Saturday 26 April 2014

KARYA TULIS ILMIAH BIOLOGI " MOL"



KARYA TULIS ILMIAH BIOLOGI

“PEMANFAATAN TOMAT BUSUK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)”



OLEH:
FATMA ZAHRA
XII IPA 1
GURU PEMBIMBING: NOFIARDI S,Pd

SMAN 1 LEMBAH GUMANTI
KABUPATEN SOLOK
TP.2013/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya, karya tulis  ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk melengkapi tugas biologi dengan judul “PEMANFAATAN TOMAT BUSUK SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL)”
            Dalam  penulisan karya tulis ini penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ini dapat diselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Nofiardi,S.Pd, yang telah memberi bimbingan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
2.      Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan, restu, dan motivasi untuk memudahkan dan mengiringi langkah penulius dalam menyelesaikan  karya tulis ini.
3.      Seluruh teman-teman yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis ini.
4.      Semua referensi baik media cetak maupun media elektronik.
            Penulis sadar,sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya tulis ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif guna penulisan karya tulis yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.



Alahan Panjang,  Oktober 2013



Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah……………………………………………….............................1
1.2   Rumusan Masalah………………………………………………………..........................2
1.3  Hipotesa……………………………………………………………………………………3
1.4   Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Tanaman  Tomat………………………………………………………………….………4
2.2  Tanaman Bawang Merah…………………………………………………........................6
2.3  Mikroorganisme Lokal (MOL)………………………………………………………..….7
2.4  Fermentasi……………………………………………………………………………….10
2.5   Peta Konseptual………………………………………………………………………...11

BAB III METODE PENENELITIAN
3.1  Jenis Penelitian……………………………………………………………………….…..12
3.2 jadwal pelaksanaan………………………………………………………………….……12
3.3 Obyek Penelitian…………………………………………………………………….…...12
3.4 Variabel…………………………………………………………………………………..12
3.5 Alat dan Bahan…………………………………………………………………………...13
3.6 Cara Kerja……………………………………………………………………………...…13





BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil ………………………………………………………………………………….…..15
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………………...……16
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………………………..................19
B. Saran…..……………………………………………………………………… ………….19
DAFTAR PUSTAKA ............................................ ...............................................................20
LAMPIRAN………………………………………………………………………………….iii


























BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kecematan Lembah Gumanti adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Solok yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Hasil pertanian yang menonjol adalah tomat. Tomat adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae dengan nama ilmiah Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) tomat merupakan tanaman asli dari kawasan Meksiko hingga Peru tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai yang menonjol dari barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol kemudian juga membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat, yang dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter.
Tanaman tomat tidak hanya bermanfaat bagi tubuh dan kesehatan, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) melalui proses pembusukan dan fermentasi.
Menurut Hadinata (2008), Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.  Bahan utama MOL terdiri dari beberapa  komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.  Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.  Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi .

Ferdiaz (1992), mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat , sedangkan asam amino hanya dapat difermentasikan oleh berbagai jenis bakteri tertentu.
Menurut Purwasasmita dan Kunia, (2009) MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikrob yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida .
  Banyaknya  produksi tanaman tomat  khususnya di daerah Kec. Lembah Gumanti  dan sekitarnya seringkali menimbulkan masalah bagi lingkungan, karena tidak semua hasil panen habis terjual, sehingga di lahan pertanian maupun di pasar-pasar sering kali ditemukan limbah tomat atau buah tomat yang membusuk.
  Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pemanfaatan Tomat Busuk Sebagai Bahan Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
a.       Apakah yang dimaksud dengan tanaman tomat?
b.      Apakah yang dimaksud dengan tanaman bawang merah?
c.       Apakah yang dimaksud dengan mikroorganisme lokal (MOL) ?
d.      Apakah yang dimaksud dengan fermentasi?
e.       Bagaimanakah pengaruh pemberian larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman bawang?



1.3  Hipotesa
Hipotenusa dari penelitian ini adalah :
a.       Tomat busuk dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)
b.      Pemberian larutan MOL tomat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang.

1.4   Manfaat dan Tujuan penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a.       Bagi penulis sebagai bahan untuk melengkapi tugas biologi yang diberikan oleh guru pembimbing dan sebagai bahan acuan untuk mengenal lebih dalam mengenai pembuatan MOL dari tomat serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman bawang.
b.      Bagi pembaca agar bisa memanfaatkan tomat sebagai bahan pembuatan MOL dan menjadikannya sebagai pupuk yang ramah lingkungan guna menjaga lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanaman tomat.
b.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tanaman bawang merah
c.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mikroorganisme lokal (MOL).
d.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fermentasi.
e.       Untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman bawang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman  Tomat
2.1.1 Pengertian Tomat
Tomat (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum) adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merupakan tumbuhan siklus hidup singkat yang dapat tumbuh setinggi  1 sampai 3 meter.
Tanaman tomat merupakan tanaman yang secara lengkap diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Ordo                : Tubiflorae
Famili              : Solanaceae
Genus              : Lycopersicum
Spesies            : Lycopersicum esculentum Mill (Redaksi Agromedia, 2007).   
Menurut tulisan karangan Andrew F. Smith "The Tomato in America", tomat kemungkinan berasal dari daratan tinggi pantai barat Amerika Selatan. Setelah Spanyol menguasai Amerika Selatan, mereka menyebarkan tanaman tomat ke koloni-koloni mereka di Karibia. Spanyol juga kemudian membawa tomat ke Filipina, yang menjadi titik awal penyebaran ke daerah lainnya di seluruh benua Asia. Spanyol juga membawa tomat ke Eropa. Tanaman ini tumbuh dengan mudah di wilayah beriklim Mediterania.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), ciri morfologi tanaman tomat adalah batang tomat muda berbentuk silinder dan lunak bila sudah tua akan berbentuk segi empat dan sedikit berkayu sehingga mudah patah, diameter batang dapat mencapai 4 cm serta mempunyai banyak cabang. Pada ujung batang utama terdapat meristem apikal yang merupakan bagian paling aktif membentuk daun dan bunga. Menurut Budijaya (1997), ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus di seluruh permukaannya. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Daun tanaman tomat termasuk berdaun majemuk dan bercelah menyirip. Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm, dan lebar 15-20 cm, antara pasanga-pasangan daun terdapat daun kecil yang disebut foliol. Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga/dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunga terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat 4 kantong yang letaknya menjadi satu dan menjadi bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik.
Buah tomat sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk, warna, kekerasan, rasa, dan kandungan bahan padatnya. Semua komponen tersebut mempengaruhi kualitas buah tomat. Buah tomat adalah buah buni (beri) berdaging dengan permukaan agak berbulu. Buah tomat mengandung banyak biji, biji dikelilingi oleh bahan gel yang memenuhi rongga buah. Biji tomat berbentuk pipih dan berwarna krem muda hingga coklat dan memiliki panjang 2-3 mm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
2.1.2 Pembusukan pada Tomat
Pembusukan adalah peristiwa perubahan kimia karena mikroorganisme. Pada tomat yang membusuk, tomat berubah  menjadi bau, berlendir, dan mengeluarkan gas. Oleh karena sifat tomat setelah membusuk berbeda dengan tomat sebelum membusuk, maka peristiwa pembusukan tomat dapat dikatakan sebagai perubahan kimia. Pembusukan tomat terjadi karena adanya pengaruh bakteri pembusuk. Pembusukan lebih sering terjadi pada benda yang basah dan lembab. Hal ini karena kadar air yang tinggi dalam suatu benda mempercepat proses pembusukan. Bakteri adalah salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam proses pembusukan tomat. Karena tomat merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. tomat yang telah terkontaminasi bakteri menyebabkan perubahan fisik maupun perubahan kimia. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh lingkungan yang sangat menguntungkan bagi tersedianya zat-zat makanan untuk mikroorganisme yang konsentrasinya ideal atau isotonik.
2.2  Tanaman Bawang Merah
                                                                                         Bawang merah (allium cepa L kelompok aggregatum) adalah sejenis tanaman yang menjadi  bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Bagian yang paling banyak di gunakan atau di manfaatkan adalah umbi. Tanaman ini di duga berasal dari daerah Asia Tengah atau Asia Tenggara
                                                                                         Tanaman bawang merah merupakan tanaman yang secara lengkap diklasifikasikan ke dalam golongan sebagai berikut:
Nama binomial            : Allium Cepa L
Kerajaan                      : Plantae
Divisi                           : Magnoliophyta
Kelas                           : Liliopsida
Ordo                            : Asparagales
Family                         : Amaryllidacae
Genus                          : Allium
Species                        : A. cepa                                        
            Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan di bagian tengah pun mengembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang di dalamnya. Tangkai bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapi 30-50 Cm. Bunga bawang merah termasuk bunga yang sempuna yang setiap bunga terdapat benang sari dan putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk 3 buah ruang dan dalam setiap ruang itu terdapat 2 calon biji.
 Buah bawang berbentuk bulat dengan ujung yang tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
2.3  Mikroorganisme Lokal
2.3.1 Pengertian Mikroorganisme Lokal
Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dengan kemampuan sangat penting dalam kelangsungan daur hidup biota di dalam biosfer.   Mikroorganisme mampu melaksanakan kegiatan atau reaksi biokimia untuk melangsungkan perkembangbiakan sel.  Mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan protista yang terdiri dari bakteri, fungi, protozoa, dan algae (Darwis dkk., 1992). Mikroorganisme menguraikan bahan organik dan sisa–sisa jasad hidup menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana (Sumarsih, 2003). Menurut Budiyanto (2002), mikroorganisme mempunyai fungsi sebagai agen  proses biokimia dalam pengubahan  senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan.
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.  Bahan utama MOL terdiri dari beberapa  komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.  Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal.  Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi     (Hadinata, 2008). 
Menurut Purwasasmita dan Kunia, (2009) MOL adalah cairan yang berbahan dari berbagai sumber daya alam yang tersedia setempat. MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikrob yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam MOL tersebut, maka MOL dapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungsida .
Menurut Fardiaz (1992), semua mikroorganisme yang tumbuh pada    bahan-bahan tertentu membutuhkan bahan organik untuk pertumbuhan dan proses metabolisme.  Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006). 
Keunggulan penggunaan larutan MOL yang paling utama adalah murah. Bahan-bahan yang ada disekitar kita seperti buah-buahan busuk, rebung, daun gamal, keong, urin sapi, urin kelinci serta sisa makanan dapat digunakan sebagai bahan pembuat MOL. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam drum yang kemudian dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air kelapa atau air gula. Kemudian drum ditutup dan difermentasi sampai beberapa hari. Setelah itu MOL dapat dipakai untuk menyemprot tanaman dengan terlebih dahulu diencerkan dengan perbandingan 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 l air (Amalia, 2008) dengan dosis 4,8 l/ha (Setianingsih, 2009).

2.3.2  Sifat Kimia MOL
MOL sebagai cairan yang terbuat dari limbah atau bahan-bahan organik yang ada disekitar kita mengandung mikrob serta mengandung sifat-sifat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan mikrob tersebut. Sifat-sifat kimia yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan mikrob antara lain adalah pH. pH  merupakan derajat kemasaman yang menunjukkan banyaknya ion H+ atau OH- dalam suatu larutan. Apabila ion H+ lebih banyak dari OH- disebut masam dan apabila ion OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa (Tan, 1982). Derajat kemasaman penting bagi pertumbuhan mikrob. Sebagian besar mikrob menyukai pH netral (pH 7) untuk pertumbuhannya.
Sifat kimia lain yang terdapat dalam larutan MOL adalah konduktivitas listrik (EC, Electrical Conductivity) atau daya hantar listrik, dimana EC ini berhubungan dengan pengukuran kadar garam dalam larutan hara. EC memberi indikasi mengenai hara yang terkandung dalam larutan dan yang diserap oleh akar. Larutan kaya hara akan mempunyai EC yang lebih besar daripada larutan yang mempunyai sedikit hara. Nilai EC tergantung jenis ion yang terkandung dalam larutan hara, konsentrasi ion dan suhu larutan (Morgan, 2000).

2.3.3 Bahan Dasar Pembuatan MOL
Tiga bahan utama dalam pembuatan MOL:
1.        Glukosa
Bahan ini sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang bersifat spontan (lebih mudah dimakan mereka). Sumber glukosa bisa didapat dari: gula, molases, air kelapa, air nira, dll.
2.        Karbohidrat
Bahan ini dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi. Sumber karbohidrat bisa diperoleh dari: air cucian beras, nasi bekas/basi, singkong, kentang, gandum, bekatul dll
3.        Sumber Bakteri (Mikroorganisme Lokal).
Bahan yang mengandung banyak mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman antara lain: bonggol pisang, rebung bambu, keong mas, aneka buah-buahan, aneka sayuran , nasi, urine, pucuk daun labu, tapai, singkong, buah maja dll. Biasaya dalam MOL tidak hanya mengandung 1 jenis mikroorganisme tetapi beberapa mikroorganisme diantaranya: Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat.

2.3.4 Manfaat MOL Sebagai Pupuk Organik
            Manfaat MOL sebagai pupuk organik adalah:
1.       Meningkatkan hasil pertanian serta meningkatkan nilai hasil panen karena dikelola dengan pupuk organik yang ramah lingkungan.
2.      lebih murah dalam pembuatannya karena memanfaakan bahan organik yang sudah tidak digunakan lagi sehingga mengurangi sampah yang dibuang.
3.      Mengurani ketergantungan petani terhadap pupuk kimiawi sehingga petani lebih mandiri dengan penggunaan pupuk organic.
4.      Produk hasil pertanian akan lebih aman untuk dikonsumsi karena menggunakan pupuk organic.
5.      Pupuk yang dihasilkan mengandung unsur yang komplek dan mikroba yang berfungsi menyeimbangkan ekosistem alami tanah.
6.      Membentuk rongga-rongga di tanah yang berfungsi sebagai tempat hidup mikroorganisme, mengalirkan air, dan nutrisi.

2.4  Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel  dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Ferdiaz (1992), mendefinisikan fermentasi sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobic, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat , sedangkan asam amino hanya dapat difermentasikan oleh berbagai jenis bakteri tertentu. Setiawihardjojo (1992) mendefinisikan fermentasi dengan suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolism mikroba. Pengertian ini mencakup fermentasi aerob dan anaerob.
Larutan MOL (mikroorganisme lokal) yang telah mengalami proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman (Hadinata, 2008). Larutan MOL harus mempunyai kualitas yang baik sehingga mampu meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan.  Menurut Dale (2003), kualitas merupakan tingkat yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran tertentu.  Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, pH, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N dalam bahan (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006).
Hidayat (2006) menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar    4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan adalah 14 hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi.
Fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak-bercak putih pada pemukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Pupuk cair organik disimpan dalam botol dan ruangan yang sejuk.


2.5 Kerangka Konseptual
TOMAT


PEMBUSUKAN
DIBUAT LARUTAN MOL
 PROSES FERMENTASI
PEMBERIAN LARUTAN MOL KE TANAMAN BAWANG MERAH
 







BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
 Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir,2003).
Menurut Sugiyono (2010:107) metode penelitian ekperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.  Menurut Wiersma (1991:99) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variable bebas, yang biasa disebut sebagai variable eksperimental. Gay (1981) menyatakan bahwa metode ekperimen merupakan satu-satunya metode peneltian yang dapat menguji secara hipotesis menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat). Metode penelitian eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif

3.2 Jadwal Pelaksanaan
Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dengan memanfaatan limbah tomat dilaksanakan di Alahan Panjang, tepatnya di Jembatan Basi. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 29  September  hingga 20 oktober 2013.
3.3 Obyek Penelitian
Objek yang diteliti  adalah bawang merah (Allium cepa L)
3.4  Variabel
a.       Variabel Bebas adalah larutan MOL tomat busuk.
b.      Variabel terikat adalah tanaman bawang merah.
c.       Variabel control adalah polibet, cahaya, tanah, air, kelembapa, dan Ph.

3.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah:
a.    Panci
b.   Pengaduk dari sendok
c.    Botol aqua
d.   Saringan (dari kain biasa)
e.    Timbangan
f.    Gelas
g.   Piring kecil
            Bahan yang digunakan:
a.       Limbah tomat 1 kilogram
b.      Gula merah ½ gram
c.       Air kelapa 1 gelas
d.      Air cucian beras 5 gelas
e.       Bawang merah (untuk mengetahui pengaruh larutan MOL)
3.6 Cara Kerja
Untuk pembuatan MOL, tomat yang kualitasnya sudah tidak baik atau busuk  dipotong kecil-kecil. kemudian bahan yang telah dipotong dihaluskan. Tomat yang sudah halus dimasukkan kedalam panci. Sedangkan gula merah yang masih dalam bentuk gumpalan diparut hingga halus, kemudian gula merah di letakkan didalam piring kecil. Selanjutnya disiapkan air cucian beras dan air kelapa. Lalu semua bahan tersebut diaduk didalam panci sampai merata. 
Selanjutnya, bahan yang sudah tercampur merata dimasukkan kedalam dua buah botol aqua bekas. aqua yang pertama berukuran sedang dan yang kedua berukuran kecil. Apabila telah penuh, aqua ditutup rapat dengan menggunakan penutupnya agar udara dari luar tidak masuk kedalamnya karena proses fermentasi yang dilakukan secara anaerob. Lalu bahan yang telah ditutup dibiarkan selama 14 hari. Dan setiap harinya bahan tersebut diaduk tanpa membuka penutupnya.
Disamping itu, peneliti juga menanam bawang merah untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan MOL tomat terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Bawang merah ditanam dalam polibet. Bawang merah yang telah berumur 14 hari kemudian dikelompokkan menjadi 2 untuk dilakukan dua perlakuan, yang mana tiap kelompok berjumlah 5 polibet. Pada bawang kelompok pertama diberi larutan MOL, sedangkan kelompok yang kedua tidak diberi. Perlakuan ini dilakukan selama 6 hari. Yaitu dimulai dari hari Senin hingga hari Sabtu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
 Hasil pemaanfaatan tomat busuk sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL)  dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gb.1 MOL yang  belum difermentasikan             Gb.2 MOL yang sudah difermentasikan

Gambar 1 dan 2 merupakan hasil dari pengolahan tomat busuk menjadi larutan MOL. Dari gambar 1 dan gambar 2,  dapat dilihat table perbedaan dari MOL tomat yang belum difermentasikan dengan sudah difermentasikan.

No.
Fermentasi MOL
Bau
Warna
Perubahan Morfologi
1.
Sebelum difermentasikan
Menyengat
Kuning tua/orange
Belum terjadi perubahan, masih kelihatan serasah-serasah buah-buahan.
2.
Setelah difermentasikan
Seperti bau tapai/ alkohol
Kuning kecoklatan
Serasah-serasah halus mengendap kebawah dan tinggal lebih sedikit, terdapat jamur berwarna putih di permukaan larutan, larutan berkurang.


4.2 Pembahasan
Pemanfaatan tomat busuk sebagai bahan pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dilakukan dengan cara difermentasikan. Semakin busuk dan halus buah tomat yang akan difermentasikan maka akan semakin cepat untuk terurai sehingga akan lebih cepat menjadi MOL. Untuk mempercepat penguraian didalam larutan MOL, maka ditambahkan sumber makanan bagi bakteri yang terdapat dalam larutan MOL. Sumber makanan berupa glukosa dan karbohidrat. MOL tomat ini memakai gula merah sebagai sumber glukosa dan air cucian beras sebagai sumber karbohidrat. Glukosa dan karbohidrat digunakan bakteri sebagai energi dalam dekomposer buah tomat yang akan dijadikan MOL.
MOL tomat yang dibuat membutuhkan waktu 14 hari untuk fermentasi. Hidayat (2006) menyatakan, bahwa lama fermentasi berkisar    4-14 hari, lama fermentasi yang disarankan adalah 14  hari karena bahan organik telah mengalami proses dekomposisi.
Hasil yang didapat setelah fermentasi ternyata terdapat adanya bercak-bercak putih pada permukaan cairan yang berwarna kuning kecoklatan dengan aroma khas yang menyengat. Saat larutan MOL dibuka tutupnya, maka larutan MOL akan menguap, seperti yang terlihat pada gambar:
Menurut Hidayat (2006), mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam .
            Setelah larutan MOL tomat jadi, Untuk melihat pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman bawang merah, peneliti memberikan larutan MOL tomat kepada tanaman tersebut. Pemberian dilakukan setelah umur bawang merah berusia 15 hari. Selama 6 hari dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:

NO
PENGARUH
TANAMAN BAWANG MERAH
DIBERI LARUTAN MOL
TIDAK DIBERI LARUTAN MOL
1.
Daun
Daun kelihatan layu
Daun kelihatan kuat
2.
Panjang daun
Mengalami pertambahan
Juga mengalami pertambahan, akan tetapi tidak sepanjang bawang yang diberi larutan MOL.
3.
Warna daun
Hijau muda
Hijau tua

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar:

Diberi larutan MOL                                                    Tidak diberi larutan MOL
           
            Dari data dapat diketahui bahwasannya larutan MOL tomat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Hal itu terlihat dari daun, panjang daun, dan warna daun.

BAB V
PENUTUP

5.1.1        Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1.      Tomat busuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan Milkroorganisme Lokal (MOL) melalui proses fermentasi.
2.      Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair.  Bahan utama MOL terdiri dari beberapa  komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme.
3.      Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel  dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
4.      Pemberian larutan MOL (mikroorganisme lokal) tomat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang. Hal itu bisa dilihat dari segi warna, daun, dan tinggi batang.

5.1.2        Saran
1.      Sebaiknya dalam pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) menggunakan tomat lebih diperhatikan lagi dalam kehalusan bahannya serta kerapatan tutup wadah selama fermentasi.
2.      Sebaiknya faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman bawang juga harus diperhatikan.
3.      Perlu diadakan penelitian ulang untuk lebih memperkuat hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Darwis,dkk. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali-Press, Jakarta
Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31819 didownload pada tanggal 24 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Tomat didownload pada tanggal 15 Oktober 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Bawang didownload pada tanggal 15 oktober 2013