Saturday 12 September 2015

Artikel Penelitian "Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Solubilisasi Metronidazol dengan Menggunakan Brij 35"



 
 Solubilisasi adalah proses melarutnya suatu substansi atau bahan padat, cair atau gas melalui perantaraan misel yang dibentuk oleh surfaktan dalam pelarut (Rosen, 1978). Solubilisasi dikatakan juga sebagai suatu proses perbaikan kelarutan dimana suatu surfaktan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan suatu larutan yang jernih yang mengandung sejumlah zat-zat yang secara biasa tidak larut atau agak sukar larut dalam air (Voigt, 1994, Halim et al., 1997).
            Salah satu penelitian yang berkaitan dengan ini adalah pengaruh ukuran partikel metronidazol terhadap proses solubilisasi menggunakan brij 35.
            Pada penelitian yang telah dilakukan, untuk memperoleh hasil dan data dari solubilisasi metronidazol dalam air dilakukan dengan menghitung konsentrasi metronidazol yang tersolubilisasi dengan menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel. Di penelitian ini, metronidazol digerus masing-masing selama 1 jam, 6 jam dan 12 jam dengan berat yang sama.
            Distribusi ukuran partikel pada penelitian ini ditentukan dengan mikroskop yang dilengkapi oculomikrometer. Mikrometer sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Sejumlah kecil metronidazol disuspensikan dalam paraffin cair, kemudian diteteskan pada objek glass, tutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop sebanyak seribu partikel. Partikel dikelompokkan pada ukuran-ukuran tertentu, kemudian masing-masing kelompok ditentukan jumlahnya. hal ini dilakukan pada Metronidazol yang digerus selama 1 jam, 6 jam, 12 jam dan tanpa penggerusan.
            Selanjutnya, penentuan harga CMC larutan brij-35 dilakukan dengan 2 metoda, yaitu:
1.      Metoda tegangan permukaan
Pada metoda ini tegangan permukaan surfaktan ditentukan dengan menggunakan alat Torsion Balance tipe “OS” pada suhu kamar. Dibuat larutan Brij-35 dengan konsentrasi 0,01 mg/ml, 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,07 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,09 mg/ml, 0,1 mg/ml. Lalu diukur tegangan permukaan larutan.
2.      Metoda Indeks Bias
Pada metoda ini, larutan surfaktan dibuat dengan konsentrasi 0,01 mg/ml, 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,07 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,09 mg/ml, 0,1 mg/ml pada suhu kamar. Larutan surfaktan yang akan diperiksa ini diteteskan ke dalam lubang tepi prisma alat refraktometer. Mikrometer diputar perlahan-lahan sampai pada medan penglihatan di teleskop, batas antara gelap terang berada pada titik potong kedua garis halus yang bersilangan. Kemudian dibaca skala yang tertera pada alat
.           Selanjutnya pada penentuan daya pensolubilisasi brij-35 terhadap solubilisasi metronidazol pada CMC, diatas CMC dan di bawah CMC Dibuat larutan brij-35 dengan konsentrasi 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml. Dua gram metronidazol ditambahkan ke dalam 100 ml larutan surfaktan. Aduk dengan magnetik stirrer. Saring dengan kertas saring Whatman No 42. Pipet larutan ini sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam labu ukur 100 ml. Larutan ini dipipet lagi sebanyak 5 ml dan diencerkan dalam labu ukur 100 ml. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum (319,5 nm). Hal yang sama dilakukan pada metronidazol yang telah digerus selama 1 jam, 6 jam, 12 jam.
            Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa diameter rata-rata partikel metronidazol tanpa penggerusan. Penggerusan 1 jam, 6 jam dan 12 jam dengan menggunakan ball mill adalah berturut-turut 44,54 m, 30,75 m, 19,51 m, 7,40 m. Konsentrasi metronidazol tanpa penggerusan, penggerusan 1 jam, 6 jam, 12 jam yang tersolubilisasi adalah berturut-turut 10,0890 mg/ml, 11,0888 mg/ml, 10,647 mg/ml, 10,4431 mg/ml. Penggerusan metronidazol 1 jam solubilisasinya lebih baik dibandingkan dengan metronidazol tanpa penggerusan selanjutnya makin lama penggerusan, metronidazol tersolubilisasi makin sedikit.

Sumber: Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013
Ditulis oleh: Febriyenti1, Auzal Halim1, Nelvianti2
1Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
2Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis, Padang, Indonesia

No comments: