Sunday 21 February 2016

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIK "PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS"

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN URIN SECARA MAKROSKOPIS



OLEH:
NAMA : FATMA ZAHRA
NO.BP  : 1404045

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 
2016

PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIS
I.                   TUJUAN
Untuk mengetahui volume , warna , kekeruhan, keasaman/ reaksi pH, berat jenis dan bau urin.

II.                TEORI DAN PRINSIP
2.1  TEORI
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Frandson, 1992).
Urine atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012).
Proses Pembentukan Urin
Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
a.       Filtrasi
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto, 2013).
b.      reabsorpsi
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
c.       Augmentasi
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine, amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta garam-garam (Budiyanto, 2013).
            Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu  berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran.  Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008). Urin normal terlihat jernih.sedangkan volume urin normal  yang dikumpulkan selama 24 jam adalah 800-1600 ml/24 jam.  Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin  terkandung bermacam – macam  zat, antara lain:
a.       zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak,
b.      zat warna empedu yang memberikan  warna kuning pada  urin,
c.       garam, terutama NaCl.
d.      zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat – obatan serta  juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003). 
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
            Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin. Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam
jumlah banyak.
            Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
            Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
            pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan (Medika, 2012).
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi didalam urin. Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990)
Pemerikasaan urin bisa dilakukan secara makroskopik maupun secar mikroskopik. tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
a.   unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lender
b.      unsur anorganik (kristal, garam amorf)
c.       elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).
Bahan urin yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan pengumpulannya yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin postprandial (urin setelah makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung volumenya).

2.2  PRINSIP
a.       Volume urin
Prinsip: mengamati volume  urin yang dikumpulkan selama 24 jam didalam gelas ukur.
b.      Warna urin
Prinsip: warna urin diamati didalam tabung reaksi dengan cahaya tembus dan dilihat dalam sikap serong.
c.       Kekeruhan urin
Prinsip: dapat dilihat dalam sikap serong pada tabung reaksi dengan cahaya tembus
d.      Keasaman atau reaksi pH
Prinsip: derajat keasaman urin ditetapkan dengan lakmus atau kertas indicator
e.       Berat jenis urin
Prinsip: diperiksa dengan alat uranometer yang ditera dengan BJ air dan suhu pada saat dilakukan pemeriksaan
f.       Bau urin
Prinsip: pengujian dilakukan secara langsung menggunakan hidung.

III.             PROSEDUR  PERCOBAAN
3.1  ALAT DAN BAHAN
3.1.1        ALAT
a.        Volume urin   : gelas ukur
b.      Warna urin      : wadah urin
c.       Kekeruhan urin: wadah urion/ tabung reaksi
d.      Keasaman urin: pH meter, kertas lakmus atau kertas indikator
e.       Berat jenis urin: - urinometer yang dikalibrasi dengan temperature , gelas ukur
f.       Bau urin: wadah urin
3.1.2        BAHAN
g.       Volume urin   : urin yang dikumpulkan 24 jam
h.      Warna urin : urin
i.        Kekeruhan urin: urin
j.        Keasaman urin: urin
k.      Berat jenis urin: urin
l.        Bau urin:  urin

3.2  PROSEDUR PERCOBAAN
a.       Volume urin
Semua urin yang dikumpulkan selama 24 jam dimasukkan kedalam gelas ukur . tentukan berapa urin semuanya.
b.      Warna urin
Buka tutup wadah urin, perhatikan warnanya.
c.       Kekeruhan urin
Perhatikan kekeruhan urin didalam wadah atau masukkan urin kedalam tabung reaksi , amati apakah ada kekeruhan didalam urin.
d.      Keasaman / reaksi Ph
Celupkan kertas PH kedalam sampel  urin, bandingkan warna yang terbentuk dengan warna standar.
e.       Berat jenis  urin
Masukkan urin kedalam gelas ukur , bagian urin yang berbusa diatasnya diangkat dengan menggunakan kertas saring. Atau Celupkan urinometer kedalam gelas ukur dengan cara diputar terlebih dahulu, tentukan berapa BJ urin yang tertera
f.       Bau urin
Buka tutup wadah urin dan amati bau urin.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  HASIL

No
Pemeriksaan urin
Hasil yang didapat
Urin normal
Keterangan
1
Volume
970 ml
800-1600 ml/24 jam
Normal
2
Warna
Kuning muda
Kuning muda
Normal
3
Kekeruhan
Jernih
Jernih
Normal
4
Keasaman
Ph=6
4,7-7,5
Normal
5
BJ Sewaktu
0,926
1,002-1,030
Tidak Normal
6
Bau
Bau amoniak
Bau amoniak
Normal

4.2  PEMBAHASAN
a.      Volume urin
Pada urin yang dikumpulkan selama 24 jam didapatkan  volume urin sebanyak 970 ml. dan ini berarti urinnya normal. Volume Urin yang normal berkisar antara  800-1600 ml/24 jam. Urin 24 jam biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran metabolisme suatu zat tertentu selama 24 jam.  Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air yang diminum dan keadaan suhu . apabila suhu udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit. Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine
b.      Warna urin
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapat bahwa urin normal.  Yaitu bewarna kuning muda.  Urin normal berwarna kuning karena merupakan campuran pigmen-pigmen seperti uroetrin, urokron dan porfirin. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan ,penyakit , pengaruh adanya matabolit, makanan, obat-obatan dan pigmen.
c.       Kekeruhan urin
Dari pemeriksaan kekeruhan didapat bahwa urin bewarna jernih .dan ini menandakan behwa urin adalah normal.
d.      Keasaman /reaksi PH
Dari pemeriksaan didapat PH urin 6. Dan ini berarti urin masih normal. PH urin normal berkisar  antara 4,7-7,5 .pada pemeriksaan  pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, pH-meter. Pemeriksaan pH urine segar dapat memberi petunjuk kearah infeksi saluran kemih. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH  urin yang terlalu asam dapat disebabkan oleh : kelaparan, diet tinggi protein, metabolisme lemak obat – obatan untuk mencegah batu CaPO4, asidosis dan adanya bakteri yang memproduksi asam. pH urin yang terlalu basa disebabkan oleh : diet buah – buahan, alkalosis, obat – obatan yang digunakan untuk mencegah pembentukana asam urat dan oksalat, amonia, dan bakteri.
e.       Berat jeis sewaktu
Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapat bahwa berat jenis urin sewaktu tidak normal yaitu 0,926. Dan ini kurang dari rentang normal 1,002-1,030
      Ada pun perhitungannya dari percobaan yang telah dilakukan:
      BJ piknometer kosong = 15,9260 g
      BJ piknometer + air = 25, 7793 g
      BJ piknometer + urin = 25,0565 g
Berat jenis  =         (BJ piknometer + urin) – (BJ piknometer kosong)  X BJ air
                              (BJ piknometer + air) – (BJ piknometer kosong)
                  =          (25,0565 g + 15,9260 g) -  15,9260    x 1 g/cm3
                              25,7793 g – 15,9260g
                  =          0,926 g/cm3
Berat urin yang kurang dari normal  menandakan terjadi  gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Selain itu, Berat jenis urin berhubungan erat  dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya.  Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan  faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada  penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari  1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis  dan. Berat jenis yang rendah  ini bisa disebabkan  oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi  disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus. banyak  minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

f.       Bau urin
Dari pemeriksaan yang dilakukan didapat diketahui bau urin adalah normal, karena berbau amoniak. Adapun Bau urin yang pesing disebabkan karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Bau pada urin disebabkan karena faktor fisiologis maupun patologis. Penyebab fisiologis misalnya makanan , vitamin , obat-obatan dan hormone. Penyebab patologis berupa ada nya penyakit ataupun kerusakan pada saluran kemih.

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  KESIMPULAN
Dari pemeriksaan urin secara mikroskopis pada seseorang didapat bahwa  volume , warna , kekeruhan, keasaman/ reaksi pH,  dan bau urinnya adalah normal. Sedangkan berat jenis urin tidak karena berada dibawah rentang normal.
5.2  SARAN
Sebaiknya dalam pemeriksaan urin harus teliti dan cermat untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di: 
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal/ [Akses tanggal 22 februari 2016.
.Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Medika. 2012. Pemeriksaan Urin. Tersedia di: http://www.biomedika. co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html  [Akses tanggal22 februari 2016].
Ningsih, Suti. 2012. Proses Pembentukan Urin. Tersedia di: http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 22 februari 2016
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

No comments: