Friday 17 February 2017

GRANULASI KERING

A.    Granulasi Kering
Pada granulasi kering, partikel membentuk agregat karena tekanan tinggi. Semua partikel partikulat dapat membentuk agregasi jika dikempa pada tekanan tinggi. Forsa ikatan terbentuk dengan kontak langsung antara permungkaan padat. Tekanan tinggi berfungsi meningkatkan daerah kontak antar permungkaan dengan kekuatan secara menyeluruh. Dalam beberapa hal, ikatan cukup kuat tidak dapat terbentuk hanya karena tekanan saja., perlu penambahan bahan oengikat pada saat pencampuran serbuk. Pengikat polimer membentuk jembatan sangat kental antar partikel dan berkontribusi pada kekuatann kompak. Granulasi kering tidak menggunakan panas atau air, dapat diaplikasikan pada bahan peka panas dan air. Dalam farmasi granulasi kering dapat diaplikasikakn adalah slugging dan roller compaction.
a.       Slugging
Slugging adalah kompresi serbuk kering menggunakan mesin tablet single atau rotary. Ukuran tablet slugging lebih besar dari tablet biasa mencegah lengketnya serbuk pada dinding lumpang dan permungkaan alu ditambahkan lubrikan.
Slugging dipengaruhi oleh sifat bahan , seperti kohesivitas, bobot jenis dan distribusi ukuran, karakteristik mesin cetak tablet seperti tipe dan kapisitas mesin, diameter lumpang, , ketinggian isi, kecepatan percetakan , dan tekanan slugging. Perubahan salah satu faktor diatas akan mempengfaruhi proses slugging dan sifat produk akhir.
b.       Roller compaction
Kompaksi serbuk menggunakan tekanan roller digambarkan sebagai berikut:
Prinsip tekanan roller:
Dua selinder berputar menurut arah berlawanan, serbuk dimasukkan dalam ruang antara dari kedua roller yang berputar, massa granul dikempresi menjadi lembaran atau potongan besar yang dinamakan “briquet”. Serbuk kering dimasukkan kedalam ruangan antara roller secara gravitasi , atau juga dengan menggunakan “screw feeder”
Sifat serbuk kompressi dipengaruhi oleh bobot jenis bahan dan kecepatan pemberian atau pemasukan bahan. Untuk menjaga bobot jenis terus konstan dilakukan deaerasi serbuk yang akan dikompressi. Dengan variabel kecepatan feed dan srew feeder diatur pemberian bahan kedalam ruang antar roller.
Prinsip dari metode granulasi kering ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Aggregasi partikel-partikel menjadi granul pada granulasi kering  difasilitasi oleh pemberian tekanan /energi stress pada campuran serbuk
Interaksi  antar partikel pada metode granulasi kering terjadi melalui :
1.      Gaya elektrostatik
gaya ini  berperan dalam interaksi kohesif antar  partikel,
2.      Interaksi van der Waals
gaya ini sangat besar peranannya dalam interaksi antar partikel dalam keadaan padat. Gaya van der  Waals semakin besar jika jarak antar partikel semakin dekat.
3.      Peleburan komponen dalam campuran serbuk
selama proses pemberian energi /stress pada campuran serbuk, dapat menyebabkan peleburan sebagian partikel-partikel eksipien. Pada saat solidifikasi, akan menghasilkan interaksi antar partikel yang berdekatan.
Contoh sediaan yang dibuat dengan granulasi kering adalah asetosal dan vitamin C (Siregar, 2010).

B.     Penggunaan Metode Granulasi Kering
 Metode granulasi kering  digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai  berikut :
a.       Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
b.      Zat aktif memiliki aliran yang buruk
c.       Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab
 (Surahman, 2009: 83-84)

C.    Metode Pembuatan Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk dari penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikannya pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, et al., 2005)

D.    Peralatan teknologi granulasi kering
1.      Law shear mixer
Contohnya twin arm kneader atau 2- blade mixers, fixed blow mixer-granul (code-mixer), untuk material rapuh dengan kuantitas tidak lebih dari 150 kg.
2.      High shear mixer
Contohnya lediger-mixer, lediger MGT (Jerman), fielder matrix (inggris), patterson- kelly mixer (usa), resemble y mixers, machine coletee, aeropatic.
3.      Roller compaction atau slunging.

E.     Contoh formula dan perhitungan granulasi kering
Contoh: zat A 400 mg , bobot tablet 600 mg , jumlah tablet 1000 tablet.
Formula : fase dalam 97 %
Zat A 400 g
Amilum 10% bobot tablet 60g
Laktosa 122 g
Jumlahnya = 582 g
Fase luar (3%)
Mg stearat 1 % 6 g
Talk 2 % 12 g

Slug (98,5%) zat A 400 g
Amilum 60 g
Laktosa 122 g
Mg stearat 3 g
Talk 6 g
Jumlahnya= 591 g

Misalnya slug yang diperoleh  =  500 mg, maka sisa FI yang ditambahkan :
Mg stearat = 500/591 x 3 = 2,538 g
Talk =  500/591 x 6  = 5,076 g
Slug + sisa FL =  500 g +7,614 g = 507, 614 g
Jumlah tablet yang diperoleh = 500/591 x 1000 = 846,024
Bobot tablet  = 507,614 / 846,024 = 0,6 g

F.     Keuntungan dan kekurangan  granulasi kering
1.      Keuntungan cara granulasi kering
a.      Peralatan yang diperlukan lebih sedikit karena tidak mengunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
b.      Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
c.       Mempercepat waktu hancur karena menggunakan zat pengikat
2.      Kekurangan cara granulasi kering
a.     Memerlukan mesin tablet yang khusus untuk membuat slug
b.    Tidak dapat mendistribusikan zat warna secara seragam
c.    Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB
Ansel, C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Universitas Indonesia. Jakarta.http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3035/05bab1_Dian%20Maulida%20Ratnasari_10060311070_skr_2016.pdf?sequence=5&isAllowed=y didownload tanggal 12 februari 2017http://eprints.ums.ac.id/10111/1/K100060154.pdf didownload tanggal 12 februari 2017
Siregar, J.P Charles. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

No comments: