Thursday 28 September 2017

PERANGI NAFSU SERAKAH KORUPTOR, PERKUAT PERLINDUNGAN WHISTLEBLOWER

Sumber: festsamachar.com
Dewasa ini, permasalahan korupsi bukan lagi merupakan masalah lokal, tetapi merupakan fenomena transnasional yang membawa dampak bagi seluruh lapisan masyarakat dan bagi perekonomian suatu negara. Perang melawan kejahatan korupsi pun sudah cukup lama diteriakkan oleh pemerintah Indonesia. Seperti yang diketahui, masyarakat dengan mudah memperkirakan, bahwa kejahatan korupsi akan sulit untuk dilenyapkan atau berkurang dengan sendirinya. Pendapat semacam itu lahir bukan tanpa suatu alasan. Sebab,  sampai saat ini, faktanya memang masih ada saja koruptor yang terus bermunculan. Para perampok uang negara terkesan seolah-olah tidak memedulikan, atau mengabaikan ketentuan-ketentuan hukum pidana yang telah di desain sedemikian rupa dengan ancaman pidana yang sangat berat, yakni ancaman pidana mati. Sungguh pun demikian, ternyata itu saja belum cukup efektif berfungsi mengurungkan niat dan meredam nafsu serakah para koruptor.
Terkait dengan pengungkapan kasus korupsi yang sulit pembuktiannya, aparat penegak hukum kadang kala mendapatkan bantuan dari para pelapor atau pengadu atau yang lebih populer dikenal dengan istilah whistleblower. Dalam hal ini, pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan melawan hukum dilakukan secara rahasia (confidential). Namun sayangnya, dalam kasus ini tidak jarang whistleblower memperoleh “serangan balik” dari pihak yang dilaporkan. Para whistleblower akan mendapatkan intimidasi dan ancaman bahkan cenderung menjadi sasaran kriminalisasi sebagai pelaku kejahatan yang dikualifikasi sebagai tindak pidana pencemaran nama baik dan perbuatan tidak menyenangkan, sehingga pada akhirnya, mereka dituntut dan dihukum. Padahal mereka adalah kunci dari pemberantasan korupsi. Akibatnya , dirinya, keluarganya dan harta bendanya menjadi terancam. Meskipun menurut Pasal 10 Ayat (2), memungkinkan akan memberikan keringanan hukuman bagi whistleblower, namun kemungkinan tersebut tetap tidak dapat membuat seorang yang menjadi whistleblower akan bernafas lega atau bahkan sama sekali membuat seseorang tertarik untuk menjadi whistleblower.
Sebagai contoh, Hamka Yandhu dan Agus Condro merupakan dua orang whistleblower. Mereka merupakan  saksi kunci atau orang yang melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam suatu lembaga, terkait kasus suap cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Agus Condro adalah politisi yang pertama kali mengungkapkan adanya aliran uang kepada anggota Komisi IX DPR 1999-2004 dalam pemilihan Miranda Goeltom. Dalam hal ini, penilaian orang terhadap keduanya bagaikan pisau bermata dua. Dari satu sisi menguntungkan, sedang dari sisi lain merugikan. Sebagian menyebut mereka sebagai "martir" yang dengan sadar berkorban demi kepentingan publik, membantu penegakan hukum serta pemberantasan korupsi. Namun disisi lain, ada pula yang mencurigai sebagai orang yang "mencuri" kesempatan untuk memburu ketenaran dan popularitas di tengah skandal keterlibatan mereka.
Adanya kasus tersebut, maka perlu dorongan agar aparat hukum dapat menghentikan serangan balik kepada pelapor-pelapor korupsi yang beritikad baik tersebut. Selain itu, untuk membongkar kejahatan korupsi yang sifatnya terorganisir maka dibutuhkan peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) sebagai alternatif penegakan hukum dalam membongkar kejahatan korupsi. Peran LPSK ini dapat dilihat melalui tugas dan kewenangannya dalam melindungi para wistleblower. Peran dari LPSK ini memberikan suatu keyakinan bahwa kejahatan korupsi yang terorganisir dapat dibongkar berkat pelaporan dari “orang dalam” tersebut. Yang mana dari pelaporan ini dapat menjadi titik tolak untuk mencari pelaku-pelaku korupsi lainnya.
Selain itu, untuk para wistleblower  diharapkan untuk lebih berani dalam membongkar kasus korupsi yang ada. Karena dengan membongkar 1 kasus korupsi, berarti menyelamatkan ribuan nyawa dari keserakahan para koruptor. Ingat, satu pengakuanmu sungguh berarti bagi kami.


Sumber:

Sunday 24 September 2017

ISOMER DARI GLUKOSA

Isomer adalah dua senyawa atau lebih yang mempunyai rumus kimia sama tetapi mempunyai struktur yang berbeda. Glukosa adalah manosakarida dengan rumus C6H12O6 atau H-C=O-(CHOH)5H, dengan lima gugus hidroksi tersusun spesifik pada enam atom karbon.

Glukosa rantai terbuka mempunyai enam rantai karbon, dari C1 sampai C6. Pada C1 terdapat gugus fungsi aldehid. Sedangkan C yang lain mengikat gugus hidroksi dan atom hidrogen. Gugus hidroksi pada C2, C4 dan C5 harus berada disebelah kanan, sedangkan gugus hidroksi pada C3 harus berada disebelah kiri. Penyusunan  struktur glukosa yang demikian dinamakan dengan proyeksi fisher. 
Berdasarkan jumlah atom C kiral (atom yang memiliki 4 tangan yang berbeda atau punya atom C asimetris), maka isomer dari glukosa adalah berjumlah 16 buah.
Rumus dari isomer sendiri adalah:  2n, dimana n merupakan jumlah atom C kiral asimetris. Pada glukosa terdapat 4 C atom kiral asimetris. Maka isomernya adalah 2n = 2 4 = 16
       
                 Berikut adalah ke 16 isomer glukosa tersebut.


Sumber: catatan kuliah..


Wednesday 20 September 2017

FARMAKOGNOSI: ALKALOID PIPERIDIN, QUINOLIN, TROPAN, ISOQUINOLIN, INDOLE, PURINE DAN AMINE, SERTA BEBERAPA TUMBUHAN PENGHASILNYA

1.      ALKALOID PIPERIDIN
Gb.inti alkaloid piperidin
Sumber: Wikipedia.com

a.      Areca catehecu
Spesies                  : Areca catechu
Family                   : Aracaceae
Nama                     : pinang
Simplisia               : biji
Kandungan            : arecolin, arecaidine, guvacine, guvacolin
Kandungan yang lain : tannin, lipid, volatil oil, gum
Guna                     : anthelmetic, adstringen, stimulan
Pengolahan           : biji + sirih + gambir à dikunyah
                                Bisa juga sebagai tonik

b.      Punica granatum
Spesies                  : Punica granatum
Family                   : Punicaceae
Nama                    : delima
Simplisia               : kulit batang
Kandungan            : pelletierine, pesudopelletierine, isopeletierine,   methylisopelletierine
Guna                     : taenifuge, vermifuge

2.      ALKOLOID QUINOLIN

Gb.inti alkaloid quinolin
Sumber: http://www.uky.edu/~dhild/biochem/26/lect26.html

a.      Chincona
Spesies                  : Cincona succirubra, Cinchona ledgeriana
Family                   : Rubiaceae
Nama                     : kina
Simplisia                : kulit akar, kulit batang, kulit dahan
Kandungan      : quinin, quinidin, cinchonin (paling banyak), cinchonidine, asam chincotanin
Guna                     : anti malaria, persiapan effervescent
Yang beredar dipasaran :
-     Quinidine sulfat : untuk depresi kardiac , inhibitor fibrasi pendarahan
-     Quinin sulfat : antimalaria
-     Toraquinin  : antiprotozoa

3.      ALKALOID TROPAN

Gb.inti alkaloid tropan
Sumber: epharmacognosy.com

a.      Atropa belladonna
Spesies                  : Atropa belladonna
Family                   : Solanaceae
Nama                    : belladona
Simplisia               : daun, herbal, termasuk bunga, batang bagian atas
Kandungan           : L-hyoscyamin, apoatropine, belladonine, cuscohygrine, scopolamine
Guna               : spasmodik, parasimpatik depresan, antikolinergik, histologic caractenistik, midriatik, operasi optik.

b.      Erytoxylon coca
Spesies                  : Erytoxylon coca
Family                   : Erytrocylaceae
Nama                     : koka
Simplisia                : daun kering
Kandungan           :
-          Ecgonine :  cocain, cinnamylcocaine, alfa dan beta truxilline
-          Tropine : tropacocaine, valerine
-          Hygrine : higroline, cuscohygrine
Varietas                 :
-          Huano coca : 0,5-1%
-          Java coca  : 1-2 %
-          Truxillo coca : > 75 %
Guna                     : lokal anastesi, mukus membran

c.       Hyoscyamus nigra
Sspesies                 : Hyoscyamus nigra
Family                   : Solanaceae
Simplisia                : Daun kering, bunga , bagian atas buah
Kandungan             : hysciamina, skopolamina
Guna                      : parasimpatolitik

d.      Datura stramonium
Spesies                  : Datura stramonium
Family                   : Solanaceae
Simplisia               : daun kering, bunga, buah atas dan cabang
Kandungan           : hyosiamine, scopolamine
Guna                     : antikolinergik

4.      ALKALOID ISOQUINOLIN
Gb.inti alkaloid isoquinolin
Sumber: wikipedia.com


a.      Opium
Spesies                  : Papaver semniverum
Family                   : Papaveraceae
Nama                     : opium
Simplisia                : buah belum matang
Kandungan           : morphine (kandungan utama), kodein, noscapine/narcotine, thebaine, nerceine, protopine, laudanine, codamine, cryptopin, lanthopine, miconidine, asam meconia.
Yang beredar dipasaran: turkhis opium, indian tropium, cinese opium
Guna                     : mempengaruhi sistem saraf pusat. Yaitu sebagai stimulan, antidepresi,    analgesik, hipnotik, narkotic, gerak peristaltik dan kontraksi pupil

b.      Curare
Spesies                  : Strychnos castelnaei
Family                   : Loganiaceae
Simplisia               : ekstrak kasar dari kulit dan batang
Kandungan            : D- tubocurarine, bis-benzylisaquinoline
Dibagi                    : calabash, tube, poi, curare
Guna                  : aktivitas neuromuscular, relaksi otot skletal selama anastesi, mengontrol convulsi dari tetanus, terapi shock, neuropsikiatri, diagnosa pada mystenia dan gravis.


c.       Ipeca
Spesies                  : Cephaelisipecacuanha, Cephaelisacuminata
Family                   : Rubiaceae
Simplisia               : akar dab rizoma
Kandungan            : emetine, cephaeline, psychotrine, chiefly
Guna                      : syrup, emetic, diaphoretic (dicampur dengan opium)

d.      Sanquinaria
Spesies                  : Sanquinara canadensis
Family                   : Papaveraceae
Simplisia                : rhizoma
Kandungan          : protopine, saquimarine (garam bewarna merah yang mengandung nitrit dan asam sulfat), chelerythrine, allocryptopine.
Guna                     : stimulant, expectorant, antiemetic

5.      ALKALOID INDOL
Gb.inti alkaloid indole
sumber: epharmaconosy.com

a.      Rauwolfia sepentina
Spesies                  :  Rauwolfia sepentina
Family                   : Apocynaceae
Simplisia                : akar
Dari segi kebasaan, alkaloid dibagi 3: menengah , kuat, intermediet
Kandungan         : reserpine, rescinamine, deserpidine, alkaloid indol tersier ( s-yohimbine, tetrahydroreserpine, raubasine, reserpinine, ajmaline, isomaline, rauwofinine, sarpentinine, alstotinine.
Guna                     : antihipertensi

b.      Strychnos nux vanica
Spesies                 : Strychnos vomica
Family                  : Loganiaceae
Simplisia              : biji kering
Kandungan           : -  strychnine (bersifat toksikàadanya vermin dan killer),
- brucine (kurang toksik dari strycnine)
Guna                     : merangsang sistem saraf pusat, denaturasi alkohol.

c.       Catharanthus
Spesies                  : Catharanthus roseus
Family                   : Apocynaceae
Nama                     : tapak dara
Simplisia                : seluruh bagian tumbuhan
Kandungan            : vinblastine, vinleurosine, vinrosidine, vincristine
Guna                      : antikanker

d.      Clavicep purpurea
Spesies                  : Claviceps purpurea
Family                   : Hypocreaceae
Nama                     : spora
Simplisia                : jamur api
Kandungan    ergonovine, ergotamine, ergocristine, ergokryptine, ergocomine  (ergotoxine), methylergonovine, clihydroergotamine, hydergina,    methysergid, LSD.
Guna                     : sumber alkaloid ergot, sediaan galenika, oxytocic

6.      AKALOID PURIN
Gb.inti alkaloid purin
Sumber: www.purineresearchsociety.com

a.      Cola nitida
Spesies                  : Cola nitida
Family                   : Sterculiaceae
Nama                     : kola, koka
Simplisia                : cotiledone atau biji kering
Kandungan             : theobromine, caffeine ( paling banyak), purin, tanin kolacetechin.
Guna                       : stimulan

b.      Coffea
Spesies                  : Coffea
Family                   : Rubiaceae
Nama                     : kopi
Simplisia                : semen / biji
Kandungan         : coffein, trigonelline (N-methylbetaine dan tannin nikotin acid), glukosa, dextrine, fattyoil, olein, palmitin, chiefly
Guna                     : stimulan pusat

7.      ALKALOID AMIN
a.      Ephedra sinica
Spesies                  : Ephedra sinica
Family                   : Gnetaceae
Nama                     : ma huang ( ma artinya adstringen, dan huang artinya kuning)
Simplisia                : seluruh bagian tumbuhan
Kandungan            : efedrin, protoalkaloid
Guna                 : prekursor, adrenergik, bronkodilator, simpatik, abat depresi, aksi jaringan jantung, efek yang sama dengan epineprine, tekanan darah, midriasis, hyperemia.

b.      Colchicum
Spesies                  : Colchicum autumnale
Family                   : Liliaceae
Simplisia               : biji matang, umbi matang
Kandungan           : alkaloid colchicine, colchicum
Guna                     : supresant goat, tumor/ neoplastic


Sumber: diambil dari buku: -
- Dictionary of alkaloids second edition
- Modern alkaloids
- Plant alkaloids
- Handbook of alkaloids and alkoloid containing plants


Kunjungi juga: fatmazahra97.blogspot.com
  

Tuesday 19 September 2017

FARMAKOGNOSI : ALKALOID

Gb.opium
Sumber:dreamstime.com

1.      PENGERTIAN ALKALOID
a.     Alkaloid adalah senyawa yang mengandung atom N biasanya berasal dari asam amino.
b.   Alkaloid adalah Basa nitrogen organik yang ditemukan pada tanaman dan sedikit pada mikroorganisme dan hewan, yang punya sifat amina primer, sekunder dan tersier yang membedakan kebasaannya antara tipe-tipe alkaloid yang dibuat dengan reaksi dan purifikasi.
c.   Secara farmakologi adalah senyawa alam yang mengandung atom N  dimana pada dosis minimum dapat memberikan efek secara farmakologis.

2.      SEJARAH ALKALOID
a     Derosne (Apt Perancis) mengisolasi senyawa yang sekarang dikenal sebagai narcotine tahun 1803
b.    Sertürner (Apt Hanoveria) mengisolasi morphine dari opium tahun 1806 & 1816
c.  Pelletier & Caventou : strychnine (1817), emetine (1817), brucine, piperine, caffeine (1819), quinine, colchicine (1820) & coniine (1826)
d  Coniine alkaloid pertama yang ditentukan strukturnya (Schiff, 1870) & disintesis (Ladenburg, 1889)
e.    “Minor” alkaloid diisolasi oleh khemis pada awal ¼ abad yang lalu
f.      Pada pertengahan tahun 1940 telah diisolasi 800 alkaloid
g.    Pada tahun 90’an meningkat hingga 10.000
h    Pada pertengahan akhir abad XX  ® pencarian obat antikanker alkaloid ® puncaknya : penggunaan vincristine, vinblastine & paclitaxel dlm dunia medis

3.      FUNGSI ALKALOID
a.  sebagai metabolit sekunder, pada tanaman sebagai pelindung dari serangga karena kepahitan dan toksisitasnya
b.      pada kasus tertentu sebagai produk akhir dari detoksifikasi metabolit.
c.       Sebagai sumber atom N  bagi tumbuhan yang kurang atom N
d.      Pengatur pertumbuhan seperti pematangan buah, layu pada bunga dan pembusukan.
e.       Sumber energi dan kasus defisiensi CO2

4.      PENAMAAN ALKALOID
Penamaan alkaloid dilakukan dengan penambahan  akhiran -ine (Inggris)
a.       Nama genus tumbuhan penghasil
Misal:  hydrastine, atropine (dari Atropin belladonin)
b.      Nama spesies tumbuhan penghasil
Misal : cocaine, belladonine (dari Atropa belladonin)
c.       Nama umum tumbuhan penghasil
Misal  :ergotamine dari tumbuhan ergot
d.      Aktivitas fisiologi yg ditimbulkan
Misal; emetine (Karena memiliki sifat emetik/ merangsang muntah),  morphine
e.       Nama penemunya
Misal: pelletierine (ditemukan oleh palatier),  papaver semniverum (ditemukan oleh morphin)
f.        Sifat fisik senyawa itu sendiri
Misal :hygrin à hygrolopine

Penambahan awalan dan akhiran
a.       Awalan
Ø  nor
Misal :
-          N -emetilation dan N-dimetilation
-          Nor pseudoefedrin dan normicotine
Ø  Apo
Misal: apomorpine
Ø  Iso, pseudo, neo, epi
Gunanya adalah untuk identifikasi tipe isomer

b.      Akhiran
Ø  -dine
Penambahan dine hanya berbeda isomer optiknya.
Misal :
-          Cinchonina à chinconidine
-          Quinin à quinidin
Ø  -ine
Misal: ergotamine dan ergotaminine

5.      DISTRIBUSI ALKALOID
          Fungi : deriv asam lisergat (lysergic acid) & gliotoksin (gliotoxin)
         Pteridophyta : lycopodium
        Gymnospermae : Ephedra & Taxus sp.
    Kulit katak Phyllobates sp  ® alkaloid yang paling beracun ® lainnya : 24 kelas alkaloid yang mencapai 300
         Mamalia ® indole & isoquinoline alkaloid ® morfin mamalia
         Angiospermae : distribusi tidak merata

Alkaloid biasa terdapat pada ordo :
         Centrospermae (Chenopodiaceae)
         Magnoliales (Lauraceae, Magnoliaceae)
         Ranunculales (Berberidaceae, Menispermaceae, Ranunculaceae)
         Papaverales (Papaveraceae, Fumariaceae)
         Rosales (Leguminosae, sub Familia Papilionaceae)
         Rutales (Rutaceae)
         Gentiales (Apocynaceae, Loganiaceae, Rubiaceae)
         Tubiflorae (Boraginaceae, Convolvulaceae, Solanoceae)
  Campanulales (Campanulaceae, sub famili Lobeioidoe, Compositae, sub famili Senecioceae)

6.      PENENTU SIFAT KEBASAAN ALKALOID
Kebasaan alkaloid tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,  sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

7.      SIFAT FISIKA ALKALOID
a.       Umumnya berbentuk padat dan kristal.
Ada yang menguap, misal nikotin dan coniin.
Juga yang tidak menguap, misalnya pillokarpin dan hyosin.
Selain itu juga bersifat cair, misalnya : coniine (Hemlock) dan nicotine (tembakau)
b.      Umumnya tidak bewarna.
Ø  Colchinin dan berberine :kuning
Ø  sanguinarine : merah tembaga
Ø  canadine : orange
c.       kelarutan
Kelarutannya sangat bervariasi tergantung struktur
Ø  Dalam bentuk basa bebas, sedikit larut dalam air, larut dalam pelarut organic
Ø  Dalam bentuk garam larut dalam pelarut organic
Misal : Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.
Perkecualian :
-          Caffeine basa, terekstraksi oleh air
-          Colchicine larut dalam air,dalam suasana asam, netral dan basa
-          Quinine Sulfat kelarutan 1 bagian dalam 1000 bagian air
-          Quinine HCl kelarutan 1 bagian dalam < 1 bagian air
d.      Optik aktif

8.      SIFAT KIMIA ALKALOID
a.       Kebanyakan mengandung atom O, kecuali coniine (Hemlock) dan nicotine (tembakau) à cair
b.      Adanya kemampuan untuk membentuk garam
c.       Stabililitas
cahaya, oksigen, asam dan alkali mempengaruhi alkaloid. Alkaloid kurang stabil dalam bentuk basah.

9.      KLASIFIKASI ALKALOID
a.       Berdasarkan struktur kimia
Ø  Heterosiklik : ada atom N didalam cincin
Ø  Non heterosiklik : tidak
b.      Biosintesis kimia (cara klasifikasi hagneur dari tipe N dan biokimia)
Ø  Alkaloid sejati/ true alkaloid
Alkaloid yang dibiosintesis dari asam amino yang punya atom N pada cincin tetrasikliknya. Dan punya aktivitas farmakologis.
Ø  Alkaloid sederhana / Protoalkaloid
Alkaloid yang dibiosintesis dari asam amino yang punya atom N tidak pada cincin tetrasikliknya . Dan punya aktivitas farmakologis.
Ø  Alkaloid semu / pseudoalkaloid
Alkaloid yang dibiosintesis bukan dari asam amino, dan N berada diluar siklis, serta tidak punya aktivitas farmakologis. Misal kafein dan purin
c.       Berdasarkan taksonomi
Misal:
Ø  Solanaceae
Ø  Papaveraceae
d.      Berdasarkan aktifitas farmakologis
Ø  Sebagai antihipertensi
Ø  Sebagai antidepresan

10.  UJI ALKALOID
Sebagian besar alkaloid dalam larutan netral atau sedikit asam diendapkan oleh:
a.       Reagen Mayer (potassium mercuric iodide Sol.)
b.      Reagen Wagner (sol. of iodine in potassium iodide) ® merah kecoklatan
c.       Sol.Tannic acid
d.      Reagen Hages (saturated sol of picric acid)® kuning
e.       Reagen Dragendorff (sol of potassium bismuth iodide)® merah kecoklatan
Endapan dalam bentuk amorf atau kristal

Reagen2 diatas juga mengendapkan protein, dalam proses ekstraksi &  penguapan , beberapa protein tidak terekstraksi, lainnya terdenaturasi pada proses penguapan atau penyaringan, Jika ekstrak dipekatkan hingga volumenya berkurang dan alkaloid diekstraksi dengan pelarut organik suasana basa dan dicuci dengan asam encer (misal: as.tatrat) maka larutan terakhir ® bebas protein dan siap dilakukan uji alkaloid. Kafein dan Alkaloid lain tidak memberikan endapan dengan reagen Dragendorff

TEST MUREXIDE
Caranya: Ditambah sedikit potassium chlorate + 1 tetes HCl ® uapkan sampai kering, residu dialiri dengan uap amonia ® ungu
            Reaksi juga berlaku untuk turunan basa purin lainnya (Theophylline, Theobromine)
Ø  Colchicine + Asam.mineral® kuning
Ø  Alkaloid Indole + H2SO4® ungu kebiruan-merah
Ø  p-dimethylaminobenzaldehyde

11.  METODE UNTUK MENDETEKSI ALKALOID : METODE CUDVENOR DAN FITZGEROLD
Caranya:
Sampel dicampur dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat 2 N pada masing-masing filtrat,    kemudian kocok dan didiamkan. Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf. Terbentuknya endapan jingga, cokelat, dan putih menunjukkan adanya alkaloid.


Sumber:
1.       Alper, Kenneth R, 2001, “Ibogaine: Ulasan” The Alkaloid, Academic Press, 
2.     Cordell, A. 1981. Introduction to Alkaloid, A Biogenetic Approach, A Wiley Interscience Publication. New York: John Wiley and Sons, Inc
3.   Farnsworth, N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants, University of Pittsburgh, America
4.       Hesse, M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc.
5.       Ikan, R. 1969. Natural Product A Laboratory Guide. Jerussalem: Israel Universities Press
6.     Matsjeh, S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Falvonoid, Terpenoid dan Alkaloid. Jogjakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM.
7.  Harborne, J.B.1987. METODE Fitokimia penuntun cara menganalisis tumbuhan Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro. ITB, Bandung.