Solubilisasi
adalah proses melarutnya suatu substansi atau bahan padat, cair atau gas
melalui perantaraan misel yang dibentuk oleh surfaktan dalam pelarut (Rosen,
1978). Solubilisasi dikatakan juga sebagai suatu proses perbaikan kelarutan
dimana suatu surfaktan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan suatu larutan
yang jernih yang mengandung sejumlah zat-zat yang secara biasa tidak larut atau
agak sukar larut dalam air (Voigt, 1994, Halim et al., 1997).
Salah
satu penelitian yang berkaitan dengan ini adalah pengaruh ukuran partikel
metronidazol terhadap proses solubilisasi menggunakan brij 35.
Pada
penelitian yang telah dilakukan, untuk memperoleh hasil dan data dari
solubilisasi metronidazol dalam air dilakukan dengan menghitung konsentrasi
metronidazol yang tersolubilisasi dengan menggunakan Spektrofotometer
Ultraviolet-Visibel. Di penelitian ini, metronidazol digerus masing-masing
selama 1 jam, 6 jam dan 12 jam dengan berat yang sama.
Distribusi
ukuran partikel pada penelitian ini ditentukan dengan mikroskop yang dilengkapi
oculomikrometer. Mikrometer sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu.
Sejumlah kecil metronidazol disuspensikan dalam paraffin cair, kemudian
diteteskan pada objek glass, tutup dengan cover glass dan diamati dibawah
mikroskop sebanyak seribu partikel. Partikel dikelompokkan pada ukuran-ukuran
tertentu, kemudian masing-masing kelompok ditentukan jumlahnya. hal ini
dilakukan pada Metronidazol yang digerus selama 1 jam, 6 jam, 12 jam dan tanpa
penggerusan.
Selanjutnya,
penentuan harga CMC larutan brij-35 dilakukan
dengan 2 metoda, yaitu:
1.
Metoda tegangan permukaan
Pada metoda ini tegangan
permukaan surfaktan ditentukan dengan menggunakan alat Torsion Balance tipe
“OS” pada suhu kamar. Dibuat larutan Brij-35 dengan konsentrasi 0,01 mg/ml,
0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,07 mg/ml, 0,08
mg/ml, 0,09 mg/ml, 0,1 mg/ml. Lalu diukur tegangan permukaan larutan.
2.
Metoda Indeks Bias
Pada metoda ini, larutan
surfaktan dibuat dengan konsentrasi 0,01 mg/ml, 0,02 mg/ml, 0,03 mg/ml, 0,04
mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml, 0,07 mg/ml, 0,08 mg/ml, 0,09 mg/ml, 0,1 mg/ml
pada suhu kamar. Larutan surfaktan yang akan diperiksa ini diteteskan ke dalam
lubang tepi prisma alat refraktometer. Mikrometer diputar perlahan-lahan sampai
pada medan penglihatan di teleskop, batas antara gelap terang berada pada titik
potong kedua garis halus yang bersilangan. Kemudian dibaca skala yang tertera
pada alat
. Selanjutnya
pada penentuan daya pensolubilisasi
brij-35 terhadap solubilisasi metronidazol pada CMC, diatas CMC dan di bawah
CMC Dibuat larutan brij-35 dengan konsentrasi 0,02 mg/ml, 0,03
mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,05 mg/ml, 0,06 mg/ml. Dua gram metronidazol ditambahkan ke
dalam 100 ml larutan surfaktan. Aduk dengan magnetik stirrer. Saring dengan
kertas saring Whatman No 42. Pipet larutan ini sebanyak 1 ml dan diencerkan
dalam labu ukur 100 ml. Larutan ini dipipet lagi sebanyak 5 ml dan diencerkan
dalam labu ukur 100 ml. Ukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum
(319,5 nm). Hal yang sama dilakukan pada metronidazol yang telah digerus selama
1 jam, 6 jam, 12 jam.
Dari
penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa diameter rata-rata
partikel metronidazol tanpa penggerusan. Penggerusan 1 jam, 6 jam dan 12 jam
dengan menggunakan ball mill adalah berturut-turut 44,54 m, 30,75 m, 19,51 m, 7,40 m. Konsentrasi metronidazol tanpa penggerusan,
penggerusan 1 jam, 6 jam, 12 jam yang tersolubilisasi adalah berturut-turut
10,0890 mg/ml, 11,0888 mg/ml, 10,647 mg/ml, 10,4431 mg/ml. Penggerusan
metronidazol 1 jam solubilisasinya lebih baik dibandingkan dengan metronidazol
tanpa penggerusan selanjutnya makin lama penggerusan, metronidazol
tersolubilisasi makin sedikit.
Sumber: Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1)
April 2013
Ditulis oleh: Febriyenti1, Auzal Halim1, Nelvianti2
1Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
2Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis, Padang,
Indonesia