LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIKA
DASAR
“PENENTUAN INDEKS BIAS (REFRAKTOMETRI)”
O
L
E
H
NAMA : FATMA ZAHRA
NO
BP. : 1404045
KELAS
: A
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN
PERINTIS
PADANG
2014
PENENTUAN INDEKS BIAS
(REFRAKTOMETRI)
I.
TUJUAN
Untuk menentukan indeks bias dari beberapa zat dengan
menggunakan refraktometer.
II.
TEORI DASAR
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai
perbandingan antara kecepatan cahaya
dalam ruang hampa dengan cepat rambat cahaya
pada suatu medium (Wikipedia, 2010).
Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan
cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut.
Pembiasan cahaya adalah pembelokan cahaya ketika
berkas cahaya melewati bidang batas dua
medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks
bias mutlat suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya diruang
hampa dengan kecepatan cahaya dibahan tersebut. Indeks bias relative medium kedua terhadap medium pertama adalah
perbandingan indeks bias antara medium
kedua dengan indeks bias medium pertama.
Pembiasan cahaya menyebabkan kedalam semu dan pemantulan sempurna.
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau
pembelokan cahaya karena melalui dua
medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya dapat terjadi
dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium
yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium kurang
rapat. Menurut Christian Huggeas (1629-1695) “perbandingan laju cahaya ruag hampa
dengan cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias” (Johan, 2008).
Dalam pembiasan, berlaku hukum snellius. Hukum
snellius adalah rumusan matematika yang memberikan hubungan antara sudut dating
dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua
medium isotopic berbeda, seperti udara dan gelas. Hukum ini diambil dari
matematika Belanda Willebrord Snellius yang merupakan salah satu penemunya.
Hukum ini juga dikenal sebagai Hukum Dascartes atau Hukum Pembiasan (Wikipedia,
2010
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama
Willebrord Snell (1591-1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara
sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama Snell
yang berbunyi :
a.
Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu
bidang datar.
b.
Hasil bagi sinus sudut dating dengan sinus sudut bias
merupakan bilangan tetap dan disebut indeks bias (Johan, 2008)
Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam :
1.
Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya
merambat dari medium optic kurang rapat kemudian optic lebih rapat. Contoh
cahaya merambat dari udara kedalam air
2.
Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya
merambat dari medium optic lebih rapat kemudian optic kurang rapat.
Contohnya cahaya merambat dari air
keudara (Johan, 2008).
Pengukuran indeks bias penting untuk :
-
Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
-
Mengetahui konsentrasi larutan-larutan.
-
Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
- Mengetahui
kadar zat yang diekstrasikan dalam pelarut.
Refraktometer
adalah alat ukur untuk menentukan indeks bias cairan atau padat, bahan
transparan dan refractometry. Prinsip pengukuran dapat dibedakan, oleh cayaha,
penggembalaan kejadian, total refleksi, ini adalah pembiasan (refraksi) atau
reflaksi total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan semua
tiga prinsip, satu dengan insdeks bias dikenal (Prisma). Cahaya merambat dalam
transisi antara pengukuran prisma dan media sampel (n cairan) dengan kecepatan
yang berbeda indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan defleksi
cahaya (Wikipedia Commons, 2010).
Refraktometer
abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks cairan, padatan dalam cairan
atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300-1,700 dan persentase padatan 0-95%.
Alat untuk menentukan indeks bias minyak, lemak, gelas optic, larutan gula, dan
sebagainya. Indeks bias antara 1,300 -1,700 dapat dibaca langsung dengan
ketelitian sampai 0,001 dan 0,0002 dari gelas skala didalam.
Ada 4 jenis
refraktometer:
1.
Refraktometer genggam tradisional
2.
Refraktometer genggam digital
3.
Refraktometer labolatorium (refraktometer abbe)
4.
Refraktometer inline
Bagian –bagian
refraktometer:
a.
Day light plate
Terbuat dari kaca. Fungsinya
mencegah prisma tergores debu dan benda asing dan agar sampel yang diteteskan
pada prisma tidak jatuh atau tumpah
b.
Prisma
Merupakan komponen sensitive
terhadap goresan. Berfuingsi untuk membaca skala atau indeks bias dari zat
terlarut dan mengubah cahaya polikromatis menjadi monokromatis.
c.
Knop pengatur skala
Berfungsi untuk
mengkalibrasi alat menggunakan aquades. Cara kalibrasi yaitu obeng minus
diletakkan pada knop pengatur skala, lalu diputar-putar hingga rapatan jenis
menunjukkan hasil 1000.
d.
Lensa
Berfungsi memfokuskan cahaya
yang berada pada bagian handle.
e.
Handle/pegangan
Berfungsi untuk memegang
refraktometer dan menjaga suhu tetap stabil
f.
Biomaterial skip
Berfungsi untuk menstabilkan
suhu (20 0C) dengan range suhu 15-20 0C dan berada pada bagian dalam handle.
g.
Skala
Berfungsi sebagai pembacaan
specific gravity atau rapatan jenis, indeks bias, dan konsentrasi suatu zat
yang dianalisis.
h.
Lensa pembesar
Berfungsi untuk melihat dan
memperjelas ketajaman skala.
i.
Eye places
Berfungsi untuk melihat
pembacaan skala dengan menggunakan detector mata.
Prinsip pengukuran indeks bias:
Bila seberkas cahaya
monokromatik datang dari ruang hampa udara (medium A) dan mengenai permungkaan
batas suat cairan atau zat padat (media B), maka cahaya ini pada titik singgung
akan dibelokkan, sudut datang a adalah lebih besar dari sudut b.
gambar
III.
ALAT DAN BAHAN
a.
Alat
1.
Refraktometer
2.
Pipet tetes
3.
Gelas piala 100 ml
4.
Tissue
b.
Bahan
1.
Beberapa minyak (ol. Anisi. Ol. Eucalipty.,ol. Menthae, ol.
Olivarum,.ol ricini)
2.
Alcohol
3.
Air suling
IV.
PROSEDUR KERJA
1.
Prisma dibersihkan dan dikeringkan dengan alcohol
2.
Prisma ditetesi dengan air suling dan dirapatkan hingga
diperoleh garis batas yang jelas antara gelap dan terang
3.
Skala diatur sampai garis batas berimpit dengan titik-titik
potong dari dua garis yang bersilangan sehingga indeks bias dapat dibaca pada
skala, dan suhunya juga diamati.
4.
Pengukuran terhadap beebrapa sampel juga dilakukan dengan
cara yang sama.
V.
MONOGRAFI
a.
Air suliung
Nama resmi aqua destilata.
Peperian cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
penyimpanan dalam wadah terrtutup baik, rumus h2o, kegunaan sebagai zat
tambahan pelarut.
b.
Gliserin
Cairan jernih seperti sirup,
tidak bewarna, rasa manis, kelarutan dapat bercampur dalam air dan etanol,
tidak larut daklan kloroform. Dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap. Higroskopik dan netral
terhasap lakmus. Bobot jenis tidak kurang dari 1,249 .
c.
Aleum anisi
Minyak anis adalah minyak
atsiri yang diperoleh dengan cara penyulingan uap buah kering illicium verum
atau buah masak kering. Pemerian cairan jernih, tidak bewarna atau kuning
pucat, terlihat bebas air, bau seperti bau buah hancur. Rasa manis dan
aromatic, menghablur pada pendinginan, suhu beku tidak lebih rendah dari 15.
Rotasi noptik -2 sampai +1. Indeks bias 1,533 sampai 1,560. Wadah penyimpan
tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak lebih
dari 25 C.
d.
Oleum eucalipty
Minyak eucalipty adalah
minyak atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dan retifikasi dari daun
segar atau cabang segar dari berbagai spesies eucalyptus. Pemerian cairan tidak
bewarna atau kuning pucat, bau aromatis seperti kamfer diikuti rasa dingin.
Indeks bias 1,458-1,470. Larut dalam 5 bagian volume etanol P 70%.penyimpanan
dalam wadah terisi penuh, kedap udara, dan simpan pada suhu tidak lebih dari 25
C.
e.
Oleum methae
Minyak permen adalah minyak
atsiri yang diperoleh dengan destilasi uap dibagian diatas tanah tanaman
berbunga menthe piperita linne yang segar. Dimurnikan dengan cara destilasi dan
tidak dimentolisasi sebagian ataupun keseluruhan. Pemerian cairan tidak bewarna
atau kuning pucat, bau khas kuat menusuk, rasa pedas diikuti rasa dingin jika
udara dihirup melaui mulut. Kelarutan dalam etanol 70%. Satu bagian volume
dilarutkan dalam 3 bagian volume etanol 70% tidak terjadi opelesensi. Iundeks
bias antara 1,465-1,495. Penyimpanan diwadah tertutup rapat dan hindarkan dari
panas berlebih.
f.
Oleum olivarum
Minyak zaitun adalah minyak
lemak yang diperoleh dari buah masak europae linne. Pemerian, minyak , bewarna
kuning pucat atau kuning kehijauan terang, dan rasa khas lemah, dengan rasa
ikutan agak pedas. Sukar larut dalam etanol. Bercampur dengan eter, dengan
kloroform, dan karbon sulfide. Wadah dan penyimapanan dalam wadah tertutup
rapat dan hindarkan dari panas berlebih.
g.
Oleum ricini
Minyak jarak adalah minyak
lemak yang diperoleh dari biji ricinus linne, tidak mengandung bahan tambahan,
pemerian cairan kental, transparan, kuning pucat, atau hamper tidak bewarna,
bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik, rasa khas. Larut dalam etanol .
dapat bercampur dengan atanol mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan
kloroform dan dengan eter. Disimpan dalam wadah etrtutup rapat dan terhindar
dari panas berlebih.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil
Tabel pengamatan indeks bias
No
|
Sampel
|
Suhu
(0C)
|
Indeks bias percobaan
|
Indeks bias menurut FI
|
1
|
Ol. Anisi
|
30,8
|
1,482765
|
1,553-1,560
|
2
|
Ol. Eucalipty
|
31,2
|
1,47745
|
1,458-1,470
|
3
|
Ol.ricini
|
31,2
|
1,474735
|
1,477-1,481
|
4
|
Ol. Olivarum
|
31,4
|
1,467705
|
1,533
|
5
|
Ol. Methae
|
31,8
|
1,45566
|
1,465-1,495
|
6
|
Aquadest
|
31,5
|
1,332
|
1,3320
|
7
|
Gliserin
|
31,9
|
1,45565
|
1,46
|
8
|
Larutan 2,5 ml
|
31,7
|
11,455655
|
1,46
|
9
|
Larutan 5 ml
|
31,8
|
1,455655
|
1,46
|
10
|
Larutan 7,5 ml
|
31,8
|
1,455655
|
1,46
|
b.
Pembahasan
Pada percobaan ini
dilakukan pengukuran indekas bias dari beberapa sampel yaitu ol. Anisi,
ol.eucalipty, ol. Ricini, ol. Mathae, ol. Olivarum, aquadest, gliserin,dan
larutan aquadest yang ditambah 2,5 ml, 5 ml, dan 7,5 ml gliserin dengan
menggunakan alat refraktometer.
Prinsip kerja
dari alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudt
terkecil dari luas bidang dengan garis normal dalam medium yang indeks biasnya
terbesar.
Sebelum
refraktometer dipakai, refraktometer dibersihkan dengan menggunakan aquades dan
dibiarkan sampai kering, setelah itu permungkaannya ditetesi dengan= sampel
yang ada secara bergantian, sambil mengamati skala pada refraktometer tersebut
dengan memutarnya.
Dari percobaan
yang telah dilakukan, kami mendapati indeks bias yang berbeda dari semua sampel
yang ada, dan setelah kami bendingkan dengan FI , ternyata yang nilainya sama
hanyalah aquadest, sedangkan sampel yang lain memiliki nilai indeks bias yang
lebih dan kurang dari ketetapan yang ada dalam FI.
Berdasarkan
hasil tersebut diketahui bahwa perbedaan indeks bias dipengaruhi oleh
konsentrasi sampel, kerapatan, kecepatan cahaya, serta pengamatan skala yang
kurang tepat.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
Dari percobaan
yang telah dilakukan, ternayat indeks bias yang didapat berbeda dengan FI,
kevuaili pada aquadest yang sama dengan yang ditetapkan FI yaitu 1,332.
Sedangkan sampel yang lain memiliki nilai indeks bias yang lebih dan kurang
dari ketetapan yang ada dalam FI. Adanya perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
konsentrasi sampel, kerapatan, kecepatan cahaya, serta pengamatan skala yang
kurang tepat.
b. Saran
b. Saran
Sebaiknya pada
percobaan selanjutnya dibutuhkan ketelitian yang lebih , terutama dalam
mengamati skala yang ada pada refraktometer guna mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawangsa, ZA. 1980. Penuntun
Praktikum Analisis Instrumental Dasar-Dasar Penggunaan. Jakarta: Grayuna
Sodiq, Ibnu. 2004. Kimia Analitik, Malang: JICA
Susilawaati, Tuti, 2011. Praktikum Fisika Eksperimen. Bandung: UNPAD
Zemansky, Sears. 1987. Fisika untuk Universitas. Jakarta: Binacitra
No comments:
Post a Comment