TUGAS
PROMOSI KESEHATAN
SOSIALISASI TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)
OLEH:
FATMA ZAHRA
1404045
DOSEN PEMBIMBING : H. ZULKARNI R, Ssi, MM, Apt
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2017
“ Dengan
memperbaiki institusi-institusi kesehatan , dan dengan mengadakan
program-program baru kita memang bisa membuat pelayanan lebih merata dan lebih
efisien, tetapi potensi terbesar untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat
terletak oleh apa yang dibuat masyarakat itu sendiri sehubungan dengan
kesehatan”
(
Victors Fucsh, dalam bagusmatra, 1986)
Sehubungan
dengan kalimat diatas, maka perlu bagi kita sebagai calon sarjana farmasi dan
calon apoteker untuk mengabdi dan menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan. Hal itu sesuai dengan profesi kita sebagai bagian dari
tenaga kesehatan. Salah satu bentuk pengabdian itu adalah promosi kesehatan.
Promosi Kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol
atas faktor-faktor penentu kesehatan, dan dengan demikian dapat meningkatkan
kesehatan mereka. Promosi kesehatan juga berarti membangun kebijakan
publik yang sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuat aksi
komunitas, mengembangkan keterampilan pribadi, dan mengorientasikan layanan
kesehatan.
Program
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit fokus pada menjaga orang sehat.
Promosi kesehatan melibatkan dan memberdayakan individu dan masyarakat untuk
terlibat dalam perilaku sehat, dan membuat perubahan yang mengurangi risiko
pengembangan penyakit. Salah satu bentuk dari promosi kesehatan
tersebut adalah sosialisasi Tanaman Obat
Keluarga (TOGA).
Tanaman
obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat
sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik
di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan
tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga
akan obat-obatan.
Indonesia
dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live
laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan
kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan
produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber
daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan
masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang dimanfaatkan dan
diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal
dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain
World
Health Organization (WHO) tahun 2002 menduga bahwa mayoritas masyarakat di
kebanyakan negara non-industri masih mengandalkan bentuk pengobatan tradisional
untuk menjaga kesehatan sehari-hari. Upaya pengobatan tradisional dengan
obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan
sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang
pembangunan kesehatan
Tumbuhan obat dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif pengobatan oleh masyarakat, karena mahal dan sulitnya akses untuk
mendapatkan obat-obatan modern. Akses terhadap obat-obatan dan pengobatan
modern hanya dapat diakses oleh kalangan masyarakat yang mampu. Untuk mengatasi
mahalnya harga obat, maka dilakukan beberapa pengembangan obat tradisional dari
tanaman obat. Sehingga, selain obat kimia, banyak juga obat herbal yang berasal
dari tanaman obat yang beredar di pasaran baik jamu, obat herbal terstandar
maupun fitofarmaka. Harganya juga bervariasi.
Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dari obat herbal tersebut. Kelebihan beberapa
obat herbal diantaranya adalah harga terjangkau, mudah dicari dan efek samping
kecil. Kekurangannya adalah tidak semua obat herbal sudah tersertifikasi atau
terdaftar di Badan POM. Hal tersebut mengakibatkan adanya keraguan untuk mengkonsumsi
herbal tersebut.
Pemanfaatan
obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat
ini masih sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya
biaya pengobatan dan harga obat-obatan. Adanya kenyataan bahwa tingkat
kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin meningkat, sementara taraf
kehidupan sebagian masyarakat kita masih banyak yang pas-pasan. Maka dari itu,
pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi
masalah tersebut (Maheswari, 2002).
Dengan
kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back
to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia
semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola
hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Obat yang berasal dari bahan
alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia,
karena efek obat herbal bersifat alamiah. Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat
yang telah dipelajari dan diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa
tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti
bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari, 2002).
Maka
berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan salah bentuk promosi kesehatan
berupa sosialisasi tentang Tanaman
Obat Keluarga (TOGA)kepada masyarakat. sosialisasi ini dilaksanakan
dengan tujuan memberikan ketrampilan kepada masyarakat tentang pentingnya obat
yang disediakan oleh alam dalam bentuk tanaman herbal.
Dalam
kegiatan ini, sosialisasi dilakukan oleh tenaga farmasi dan apoteker yang
tergabung dalam komonitas health plants
community.
Dalam
sosialisasi ini beberapa hal yang perlu dilakukan, meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting
karena perencanaan akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan sosialisasi
tersebut. Dalam perencanaan sosialisasi TOGA ini meliputi rapat koordinasi,
penyusunan rencana kerja, penentuan target dan sasaran serta perencanaan
pembinaan. Rapat kordinasi yang akan dilakukan berisi tentang perlombaan yang
diadsakan berkaitan dengan pemanfaatan TOGA. Target dari kegiatan ini tentunya
melibatkan semua warga dalam hal ini setuap rumah harus memanfaatkan
pekarangannya untuk menanam TOGA. Apabila pekarangan rumahnya sempit maka TOGA
dapat ditanam pada pot sehingga tidak menghasbiskan tempat. Untuk mencapai
keberhasilan rencana kerja ini tentunya kader-kader PKK perwilayah mulai dari
kader PKK kecamatan Sampai tingkat RT mengadakan pelatihan (pembinaan) secara
berjenjang sehingga program dapat dilaksanakan oleh setiap rumah.
2. Pelaksanaan
Tahap selanjutnya setelah perencanaan
adalah pelaksanaan, karena perencanaan tanpa adanya pelaksanaan hanyalah sebuah
perencanaan. Pelaksanaan dalam program sosialisasi TOGA ini meliputi beberapa
tahapan. Pelaksanaan sosialisasi dimulai dengan adanya penyuluhan kepada
kader-kader Penyuluhan betujuan untuk memberikan pengetahuan yang memadai
tentang berbagai jenis TOGA, penanamanan, pemeliharaan, manfaat sampai dengan
pengolahannya. Penyuluhan sangat mempengaruhi keberhasilan dari sosialisasi,
karena para kader ini yang menjadi pelaksana program sosialiasi Pengetahuan
tentang TOGA perlu ditambah lagi dengan adanya pelatihan-pelatihan. Pelaksanaan
sosialiasi berlanjut pada penyedian sarana dan prasarana. Prasarana dan sarana
tentunya memegang peranan yang sangat penting. Penyediaan sarana dan prasarana
meliputi penyedian pamflet atau referensi yang dapat menambah pengetahuan
3. Evaluasi
dan Monitoring
Tahapan terakhir dari sosialisasi TOGA
adalah evaluasi dan monitoring. Tahapan ini terdiri atas melihat hasil pemetaan
dan pemanfataan serta dengar pendapat. Evaluasi diperoleh setelah adanya
kunjungan-kunjungan kader ke rumah-rumah warga. Dari kunjungan ke rumah warga
para kader dapat melihat berbagai macam masalah dan kendala sehubungan dengan
program penanaman dan pemanfaatan TOGA yang di lapangan sehingga dapat diambil
solusi supaya program sosialisasi mencapai keberhasilan
Dalam
Sosialisasi Penanaman dan Pemanfaatan TOGA Sebagaimana dijelaskan oleh Effendi
bahwa strategi komunikasi merupakan metode atau langkah-langkah yang diambil
untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain
untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik secara
langsung maupun tidak langsung, Dalam kasus penanaman dan pemanfaatan tanaman
obat keluarga, strategi yang digunakan adalah memperhatikan program yang
dicanangkan, pelaksanaan program dan kendala serta penanganannya.Kesuksesan
program ini tentunya memerlukan kegiatan komunikasi sebagai sarana untuk
mensosialisasikan kepada warganya.
a. Agen
Sosialisasi (Komunikator)
Pelaksanaan
sosialisasi TOGA supaya berhasil perlu melibatkan semua kader PKK dan tenaga
farmasi serta apoteker yang tergabung dalam komonitas health plants community. Pesan (Isi) Sosialisasi
Pesan utama dari kegiatan yang dilakukan
adalah tiap pekarangan harus ditanami TOGA. Bagi Rumah yang memilki lahan harus
menanam berbagai jenis TOGA di pekarangan rumah, apabila tidak ada lahan maka
harus menanam TOGA di dalam pot.
b. Media
Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi tentunya memerlukan
media untuk menunjang keberhasilan. Salah satunya dengan kegiatan pertemuan yang tidak terlalu formal, Selain itu
juga dilakukan pembagian brosur seputar TOGA.
Hasil
yang diharapkan dari program sosialisasi tentang penanaman dan pemanfaatan TOGA
ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang tanaman obat
keluarga (TOGA). Selain itu juga diharapkan
banyak warga yang menanam berbagai jenis TOGA di pekarangan mereka serta aktif
memanfaatkannya sebagai pilihan pertama dalam mengobati sakit ataupun penyakit.
Dikutip
dari dari berbagai sumber