Monday, 19 June 2017

PROMOSI KESEHATAN "SOSIALISASI TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA) "

TUGAS
PROMOSI KESEHATAN
SOSIALISASI TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)


OLEH:
FATMA ZAHRA
1404045

DOSEN PEMBIMBING : H. ZULKARNI R, Ssi, MM, Apt


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2017


 “ Dengan memperbaiki institusi-institusi kesehatan , dan dengan mengadakan program-program baru kita memang bisa membuat pelayanan lebih merata dan lebih efisien, tetapi potensi terbesar untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat terletak oleh apa yang dibuat masyarakat itu sendiri sehubungan dengan kesehatan
( Victors Fucsh, dalam bagusmatra, 1986)

Sehubungan dengan kalimat diatas, maka perlu bagi kita sebagai calon sarjana farmasi dan calon apoteker untuk mengabdi dan menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. Hal itu sesuai dengan profesi kita sebagai bagian dari tenaga kesehatan. Salah satu bentuk pengabdian itu adalah promosi kesehatan.
Promosi Kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas faktor-faktor penentu kesehatan, dan dengan demikian dapat meningkatkan kesehatan mereka. Promosi kesehatan juga berarti membangun kebijakan publik yang sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuat aksi komunitas, mengembangkan keterampilan pribadi, dan mengorientasikan layanan kesehatan. 
Program promosi kesehatan dan pencegahan penyakit fokus pada menjaga orang sehat. Promosi kesehatan melibatkan dan memberdayakan individu dan masyarakat untuk terlibat dalam perilaku sehat, dan membuat perubahan yang mengurangi risiko pengembangan penyakit. Salah satu bentuk dari promosi kesehatan tersebut  adalah sosialisasi Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Taman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan.
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200 species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional. Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru digunakan oleh negara lain
World Health Organization (WHO) tahun 2002 menduga bahwa mayoritas masyarakat di kebanyakan negara non-industri masih mengandalkan bentuk pengobatan tradisional untuk menjaga kesehatan sehari-hari. Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan
 Tumbuhan obat dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengobatan oleh masyarakat, karena mahal dan sulitnya akses untuk mendapatkan obat-obatan modern. Akses terhadap obat-obatan dan pengobatan modern hanya dapat diakses oleh kalangan masyarakat yang mampu. Untuk mengatasi mahalnya harga obat, maka dilakukan beberapa pengembangan obat tradisional dari tanaman obat. Sehingga, selain obat kimia, banyak juga obat herbal yang berasal dari tanaman obat yang beredar di pasaran baik jamu, obat herbal terstandar maupun fitofarmaka. Harganya juga bervariasi.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari obat herbal tersebut. Kelebihan beberapa obat herbal diantaranya adalah harga terjangkau, mudah dicari dan efek samping kecil. Kekurangannya adalah tidak semua obat herbal sudah tersertifikasi atau terdaftar di Badan POM. Hal tersebut mengakibatkan adanya keraguan untuk mengkonsumsi herbal tersebut. 
Pemanfaatan obat tradisional untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini masih sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan dan harga obat-obatan. Adanya kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin meningkat, sementara taraf kehidupan sebagian masyarakat kita masih banyak yang pas-pasan. Maka dari itu, pengobatan dengan bahan alam yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi masalah tersebut (Maheswari, 2002).
Dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam (back to nature), kecenderungan penggunaan bahan obat alam/herbal di dunia semakin meningkat. Gerakan tersebut dilatarbelakangi perubahan lingkungan, pola hidup manusia, dan perkembangan pola penyakit. Obat yang berasal dari bahan alam memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan kimia, karena efek obat herbal bersifat alamiah. Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari, 2002).
Maka berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan salah bentuk promosi kesehatan berupa sosialisasi tentang Tanaman Obat Keluarga (TOGA)kepada masyarakat. sosialisasi ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan ketrampilan kepada masyarakat tentang pentingnya obat yang disediakan oleh alam dalam bentuk tanaman herbal.
Dalam kegiatan ini, sosialisasi dilakukan oleh tenaga farmasi dan apoteker yang tergabung dalam komonitas health plants community.
Dalam sosialisasi ini beberapa hal yang perlu dilakukan, meliputi:
1.      Perencanaan
Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting karena perencanaan akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan sosialisasi tersebut. Dalam perencanaan sosialisasi TOGA ini meliputi rapat koordinasi, penyusunan rencana kerja, penentuan target dan sasaran serta perencanaan pembinaan. Rapat kordinasi yang akan dilakukan berisi tentang perlombaan yang diadsakan berkaitan dengan pemanfaatan TOGA. Target dari kegiatan ini tentunya melibatkan semua warga dalam hal ini setuap rumah harus memanfaatkan pekarangannya untuk menanam TOGA. Apabila pekarangan rumahnya sempit maka TOGA dapat ditanam pada pot sehingga tidak menghasbiskan tempat. Untuk mencapai keberhasilan rencana kerja ini tentunya kader-kader PKK perwilayah mulai dari kader PKK kecamatan Sampai tingkat RT mengadakan pelatihan (pembinaan) secara berjenjang sehingga program dapat dilaksanakan oleh setiap rumah.
2.      Pelaksanaan
Tahap selanjutnya setelah perencanaan adalah pelaksanaan, karena perencanaan tanpa adanya pelaksanaan hanyalah sebuah perencanaan. Pelaksanaan dalam program sosialisasi TOGA ini meliputi beberapa tahapan. Pelaksanaan sosialisasi dimulai dengan adanya penyuluhan kepada kader-kader Penyuluhan betujuan untuk memberikan pengetahuan yang memadai tentang berbagai jenis TOGA, penanamanan, pemeliharaan, manfaat sampai dengan pengolahannya. Penyuluhan sangat mempengaruhi keberhasilan dari sosialisasi, karena para kader ini yang menjadi pelaksana program sosialiasi Pengetahuan tentang TOGA perlu ditambah lagi dengan adanya pelatihan-pelatihan. Pelaksanaan sosialiasi berlanjut pada penyedian sarana dan prasarana. Prasarana dan sarana tentunya memegang peranan yang sangat penting. Penyediaan sarana dan prasarana meliputi penyedian pamflet atau referensi yang dapat menambah pengetahuan
3.      Evaluasi dan Monitoring
Tahapan terakhir dari sosialisasi TOGA adalah evaluasi dan monitoring. Tahapan ini terdiri atas melihat hasil pemetaan dan pemanfataan serta dengar pendapat. Evaluasi diperoleh setelah adanya kunjungan-kunjungan kader ke rumah-rumah warga. Dari kunjungan ke rumah warga para kader dapat melihat berbagai macam masalah dan kendala sehubungan dengan program penanaman dan pemanfaatan TOGA yang di lapangan sehingga dapat diambil solusi supaya program sosialisasi mencapai keberhasilan
Dalam Sosialisasi Penanaman dan Pemanfaatan TOGA Sebagaimana dijelaskan oleh Effendi bahwa strategi komunikasi merupakan metode atau langkah-langkah yang diambil untuk keberhasilan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat dan perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung, Dalam kasus penanaman dan pemanfaatan tanaman obat keluarga, strategi yang digunakan adalah memperhatikan program yang dicanangkan, pelaksanaan program dan kendala serta penanganannya.Kesuksesan program ini tentunya memerlukan kegiatan komunikasi sebagai sarana untuk mensosialisasikan kepada warganya.
a.       Agen Sosialisasi (Komunikator)
Pelaksanaan sosialisasi TOGA supaya berhasil perlu melibatkan semua kader PKK dan tenaga farmasi serta apoteker yang tergabung dalam komonitas health plants community. Pesan (Isi) Sosialisasi
Pesan utama dari kegiatan yang dilakukan adalah tiap pekarangan harus ditanami TOGA. Bagi Rumah yang memilki lahan harus menanam berbagai jenis TOGA di pekarangan rumah, apabila tidak ada lahan maka harus menanam TOGA di dalam pot.
b.      Media Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi tentunya memerlukan media untuk menunjang keberhasilan. Salah satunya dengan kegiatan  pertemuan yang tidak terlalu formal, Selain itu juga dilakukan pembagian brosur seputar TOGA.

Hasil yang diharapkan dari program sosialisasi tentang penanaman dan pemanfaatan TOGA ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang tanaman obat keluarga (TOGA).  Selain itu juga diharapkan banyak warga yang menanam berbagai jenis TOGA di pekarangan mereka serta aktif memanfaatkannya sebagai pilihan pertama dalam mengobati sakit ataupun penyakit.

Dikutip dari dari berbagai sumber