Thursday, 24 May 2018

CONTOH SOAL YANG BERKAITAN DENGAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS


1.  Absorptivitas molar kompleks besi (II) -1, 10 fenantrolin adalah 12000 M-1cm-1.  Minimum absorbansi yang dapat dideteksi adalah 0,001 jika dukur pada suatu kuvet ketebalan 1 cm. berapakah konsentrasi minimum kompleks besi (II) -1, 10 fenantrolin yang dapat dideteksi?

Jawab:
Dengan menggunakan persamaan A=ɛbc, maka :
A       = ɛ b c
0,001 = 12000 M-1cm-1 x 1 cm x c
c        = (0,001) : (12000 M-1cm-1 x 1 cm)
c        = 8,33 x 10-⁸M

Jadi konsentrasi minimum kompleks besi (II) -1, 10 fenantrolin yang dapat dideteksi adalah 
8,33 x 10-8 M.

2.  20 tablet ditimbang satu persatu untuk mengetahui keseragaman berat tablet.  Sebanyak 20 tablet furosemide ditimbang sekaligs dan mempunyai berat 1,656,6 g. Serbuk dengan berat 519,5 mg digojok dengan 300 ml NaOH 0,1 N untuk mengekstraksi furosemide yang bersifat asam, lalu diencerkan sampai 500 ml dengan NaOH  0,1 M. sejumlah ekstrak disaaring dan diambil 5,0 ml filtrate, lalu diencerkan dengan NaOH 0,1 M sampai 250 ml.  Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 271 nm tehadap blanko NaOH 0,1 N dan mempunyai absorbansi sebesar 0,596. (nilai E%1cm  furosemide dalam basaa pada panjang gelombang 271 nm=580, kandungan furosemide yang dinyatakan terkandung tiap tabletnya adalah 40 mg). hitung kandungan furosemide tiap tabletnya!

Jawab:
Sebanyak 519,5 mg serbuk yang mengandung furosemide dilarutkan sampai 500,0 ml., Berarti:
519,5 mg / 500 ml = 103,9 mg /  100 ml

Berat rata-rata tablet = 1,656 g / 20 = 0,0828 g = 82,8 mg

Factor pengenceran = 250 / 5 = 50 kali

Konsentrasi furosemide dalam ekstrak yang diencerkan
= (absorbansi sampel ; E%1cm ) x 1 %
= (0,596 / 580 ) x 1%
= 0,001028% x factor pengenceran
= 0,001028 % x 50
= 0,0514 %
= 51,4 mg / 100 ml

Kadar furosemide tiap tablet
= (51,4 mg/100 ml) x (500 ml / 519,5 mg) x berat rata-rata tablet
= 0,514 mg/ml x 0.9625 mg/ ml x 82,8 mg/ tablet
= 40,96 mg/tablet


3.   Sebanyak 5,0 ml sediaan injeksi siklizin diambil dan diencerkan sampai 100 ml dengan asam sulfat 0,1 M. sebanyak 20 ml larutan ini ditambah 2 g NaCl dan digojok 2 kali masing-masing dengan 50 ml eter. Ekstrak eter dikumpulkan lalu dicuci dengan 10 ml larutan NaCl jenuh. Lapisan eter diekstraksi 2 kali, masing –masing dengan 25 ml asam sulfat 0,05 M. dan selanjutnya lapisan eter diekstraksi 2 kali lagi, masing-masing dengan 10 ml aquadest. Ekstrak asam dan air dikumpulkan dan diencerkan dengan air sampai 100 ml . diambil 5 ml larutan, diencerkan sampai 200 ml dengan asam sulfat 0,05 M, dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 225 nm. Hitung persen kadar siklizin sulfat (%b/v) dalam sediaan injeksi tersebut dengan menggunakan data E%1cm siklizin laktat pada 225 nm = 331. Absorbansi larutan sampel = 0,413 dan pengukuran dilakukan dalam kuvet 1 cm.

Jawab :
Pengenceran pertama adalah dari 5 ml ke 100 ml, Jadi factor pengencerannya
= 100 / 5
= 20 kali

Factor pengenceran tahap kedua adalah dari 20 ml menjadi 100 ml, jadi factor pengencerannya
= 100 / 20
= 5 kali

Factor pengenceran tahap ketiga adalah dari 5 ml ke 200 ml, jadi factor pengencerannya
= 200 / 5
= 40 kali

Jadi total pengenceran
= pengenceran pertama x pengenceran kedua x pengenceran ketiga
= 20 x 5 x 40
= 4000 kali

Konsentrasi larutan yang telah diencerkan
= (absorbansi sampel ; E%1cm ) x 1 %
= (0,413 / 331 ) x 1%
= 0,001248 g / 100 ml.

Jadi konsentrasi dalam sampel
= 0,001248 g / 100 ml x factor pengenceran
= 0,001248 g/ 100 ml x 4000
= 4,992 g /100 ml
= 4,992 %

Sumber:
Kimia Farmasi Analisis
Karangan Prof. Dr Ibnu Gholib Gandjar, DEA., Apt -  Abdur Rahman, M. Si , Pengantar:  Prof.  Sudjadi M S


Thursday, 10 May 2018

GASTRO RETENTIVE DRUG DELIVERY SYSTEM (GRDDS)



1.    PENGERTIAN
Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS) merupakan system penghantaran obat dimana sediaannya dapat dipertahankan didalam lambung.

2.     KEUNTUNGAN
-          Meningkaatkan ketersediaan hayati
Contoh : furosemide, diltiazem
-          Mengurangi frekuensi pemberian
Contoh: metformin, claritromisin
-          Digunakan untuk pengobatan penyakit refluks gastro asophageal.
Contoh: omeprazole
-          Untuk obat disolusi lama banyak pada cairan lambung.
Contoh:  furosemide, famotidin

3.     KEKURANGAN
-          Cairan yang diberikan dalam jumlah yang besar
-          Kelarutan
-          Stabilitas
-          Terjadi fisrt pass metabolisme
-          Mengiritasi lambung


4.     FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOSONGAN LAMBUNG
-          Berat jenis bentuk sediaan
-          Bentuk dan ukuran sediaan
-          Makanan yang masuk dan keadaaan alami
-          Pengaruh jenis kelamin, umur dan posisi tubuh.

5.     PEMILIHAN OBAT PADA GRDDS
-          Obat yang aksi utama dilambung
Contoh : antacid dan misoprostol
-          Obat yang absorbs utama dilambung
Contoh: furasemid, clordiazepoxide suplemen kalsium
-          Obat yang terdegredasi pada ph tinggi
Contoh : captopril
-          Obat yang tidak stabil pada colon atau intestine
Contoh: metronidazole., ranitidine HCL
-          Obat basa lemah atau obat yang kelarutanya baik dalam ph rendah
Contoh: verapamil, diazepam.
                                                             
6.     OBAT YANG TIDAK SESUAI UNTUK GRDDS
-          Kelarutan dalam asam rendah
Contoh: phenytoin
-          Tidak stabil pada daerah lambung
Contoh: critromisin
-          Obat yang pelepasannya selektif didaerah kolon.

7.     PENDEKATAN DARI GRDDS
a.      Floating
Adalah suatu system dengan densitas yang rendah (-1,004 g/cm3) bila dibandingkan dengan cairan lambug sehingga dapat mengapung didalam lambung.
b.      Non floating / high density (sinking)
Adalah formulasi sediaan dengan berat jenis lebih besar daripada berat jenis normal cairan lambung (-1, 004 g/cm3).
c.       Bioadhesif / mocoadhesif
Adalah suatu system bioadaesif yang dapat melekat pada permungkaan mukosa lambung.
d.      Swelling
Adalah system penghantaran yang dapat meningkatkan ukuran obat dengan segera sesudah obat tersebut tertelan sehingga tertahan didalam lambung, system dengan densitas yang besar sehingga ketika masuk lambung akan segera tenggeam didalam bagian lekukan lambung.
e.       System magnetic
Adalah suatu system yang menggunakan magnet sangat kecil yang ditempatkan pada lambung .
Sebagai magnet digunakan neodymium iron-iron magnet, selain itu digunakan microcristalin selulosa dan hidroksipropil selulosa H pilimer
f.       Pertukaran resin ion.
Disini bikarbonat berikatan dengan obat yang bermuatan negative, sediaan dienkapsulasi dengan suatu membrane yang semipermeable untuk mencegah hilangnya CO2, setelah sampai dilambung bikarbonat dan ion lorida bertukar tempat sehingga menghasilkan CO2.

8.     FLOATING SYSTEM
-          Sediaan ini mempunyai massa jenis kurang dari cairan lambung sehingga dapat mengapung didalam lambung tanpa dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung untuk periode waktu yang panjang dan obat dilepaskan secara lambat dengan kecepatan yang diinginkan dari system ,

-          Persyaratan utama dari system penghantaran obat floating adalah:
Ø  System harus dapat melepaskan obat secara lambat dan dapat digunakan sebagai reservoir obat.
Ø  System harus dapat mempertahankan massa jenis lebih rendah daripada cairan lambung.
Ø  System harus membentuk suau lapisan gel yang kohesif.

-          Floating system berdasarkan mekanisme mengapung dikelompokkan dalam 3 bagian:
1.      Non effervescent
·         System dibuat dengan dengan bahan pembentuk gel menggunakan matriks yang memiliki daya pengembang yang tinggi  seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida dan polimer seperti polikarbonat, poliakrilat , polimetakrilat dan polisitren.. hidrokolid akan mengembang ketika kontak dengan cairan lambung.
·         Mekanisme:
System dengan gel pembntuk hidrokoloid apabila kontak dengan cairan lambung setelah pmberian oral dan mempertahankan bentuk buld density kurnag dari lingkungan lambung. Seanjutnya udara yang terperangkap pada pengembangan polimer memberikan daya mengapung sediaan.
Eksipien yang digunakan pada umumnya HPMC, poliakrilat, carbopol, agar, sodium klorida, alginate , polietilen oksida, dan polikarbonat.
Tipe-tipe system ini adalah:
a.       Hydrodynamically balanced system
Pada formula terdiri dari hidrkoloid pembentuk gel (20-70%) seperti HEC, HPMC, CMC , atau kapsul,
b.      Microballons/ hollow macrospheres
Polimer yang umumnya digunakan  adalah polikarbonat, celulosa asetat, calcium alginate, eudragit, agar dan methoxilat pectin. Dibuat dengan cara penguapan pelarut.
c.       Aginat beads
Dibuat dengan cara meneteskan larutan Na alginate dalam larutan berair calcium klorida dan menyebabkan pengendapan kalsium alginate. . endapan dipisahkan dan dikeringkan dengan menggunakan freze drying.
d.      Microporous compartement system
Prinsipnya yaitu enkapsulasi reservoir obat didalam kompartemen micropori dengan pori-pori sepanjang atas dan bawah dinding. Floating chamber mengandug udara yang terperangkap. Cairan lambung akan masuk melalui celah dan melarutkan obat.

2.      Effervescent
·         Kemampuan mengapung dihasilkan dari gelembung gas
·         System mengapung menggunakan matriks yang dibuat dengan polimer mengembang seperti polisakarida (kitosan)  komponen effervescent ( sodium bikarbonat,asam sitrat dan asam tatrat.
·         Bahan aktif dan eksipien diformulasi terpisah, kemudian disaut dengan suatu polimer yang permeable terhadap air tetapi tidak permeable dengan CO2.
·         Matriks pembentuk gel ketika kontak dengan cairan labung, gas yang dihasilkan terperangkap dalam gelyfieldhydrocolloid sehingga tablet akan mengapung.

3.      Raft forming system
Terdiri dari larutan pembentuk gel misalnya larutan Na alginate yang mengandung karbonat atau bikarbonat  yang akan mengembang dan membentuk lartan gel kohesif yang viskos yang memerangkap CO2 ketika kontak dengan cairan lambung. System akan membentuk lapisan pada bagian atas cairan lambung.

9.     BIOADHESIF /  MUKOADHESIV
a.       Bioadhesiv adalah kemmampuan suatu system pembawa obat (sintetik atau biologi) untuk menempel pada suatu substrat biologi untuk suatu periode waktu yang panjang. Jika polimer menempel pada bagian lapisan musin dari jaringan mukosa diistilahkan dengan mukoadhesi.
b.      Keuntungan bentuk bioadhesiv
o   Sediaan dapat segera dilokalisir dari wilayah diterapkan untuk emperbaiki dan meningkatkan ketersediaan hayati obat.
o   Bentuk sediaan memfasilitasi kontak formulasi dengan permungkaan penyerapan yang mendasarinya.
o   Sediaan yang dapat memperpanjang waktu tinggal pada tempat aplikasi dan penyerapan untuk  memungkinkan sekai atau dua kalli perhari.
o   Memperbaiki dan meningkatkan ketersediaan hayati
c.       Mekanisme mukoadhesive
1.      wetting dan swelling polimer (pembasahan dan pengembangan polimer)
2.      terjadi penetrasi antara rantai polimer dengan membrane mukosa
3.      terbentuk ikatan kimia diantara rantai.
d.      3 kategori ikan polimer dengan musin / permungkaan epithelia
1.      Polimer yang menjadi lengket saat kontak dengan air
2.      Polimer yang melekat melalui ikatan nonspesifik dan nonkovalen
3.      Polimer yang berikatan dengan rseptor yang spesifik pada permungkaan sel.
e.       Factor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesive
·         Factor yang berkaitan dengan polimer
1.       Berat molekul
2.      Konsentrasi polimer aktiv
3.      Fleksibelitas dari rantai polimer
4.      Konfirmasi spatial
5.      Swelling
6.      Kapasitas ikatan hydrogen
7.      Jenis ikatan silang
8.      Muatan
·          Factor yang berkaitan dengan lingkungan
1.      Ph dari polimer dan tempat subtract
2.      Kekuatan penempelan
3.      Awal waktu kontak
4.      Kelembaban
5.      Keberadaan ion logam
·         Factor yang berkaitan dengan fisiologi
1.      Kemampuan perubahan musin
2.      Keadaan penyakit
3.      Kecepatan pembentukan sel mukosa baru
4.      Perpindahan gas.
f.       Teori mukoadhesiv
a.       Teori pembasahan, dimana didasarkan pada kemampuan polimer biadhesi untuk menyebar dan kontak dengan lapisan mukosa. Jika sudaut kontak cairan pada permungkaan subtract lebih rendah, maka afinitas yang lebih besar untuk cairan kepermungkaan subtract.
b.      Teori difusi, dimana difusi rantai polimer pada permungkaan subtract diseluruh antar muka sehingga membentuk struktur jaringan semipermeable oleh beitan fisik yang tergantung pada BM polimer , fleksibelitasnya dan chain segmen mobility dari polimer mkoadhesiv.
c.       Teori adsorbs, setelah kontak awal material sampai kepermungkaan karena gaya yang bekerja diantara dua permungkaan , menghasilkan pembentukan ikatan ( primer dan sekunder) karena gaya antar moekul. Adhesi merupakan hasil berbagai interaksi gaya antara polimer adhesi dengan mucus.
Gaya polimer yang kuat seperti ikatan kovalen dan gaya yang emah seperti ikatan ionic, ikatan hydrogen, dan gaya van der walls.
d.      Teori electron, transfer electron antara permungkaan terjadi karena perbedaan struktur listrik sehingga menghasilkan pembentukan lapisan ganda yang menimbulkan gaya tarik menarik.
g.      Karakteristik polimer bioadhesiv
a.        Cepat menempel pada mukosa
b.      Munurunkan interaksi yang kuat dengan musin / jaringan epithelia
c.       Mempunyai kemampuan penyebaran yang baik , pembasahan dan swelling dan kelarutan yang baik, mempunyai sifat biodegradable.
d.      Tidak berpengaruh pada kondisi hidrodinamika , adanya makanan dan perubahan PH.
e.       Mudah tersatukan dalam berbagai bentuk sediaan
f.       Memperlihatkan sifat-sifat bioadhesif pada keadaaan kering dan cair.
h.      Polimer bioadhesiv atau mukoadhesiv

Bagus
Sedang
Kurang
Karboximetil selulosa
Gelatin
pectin
Korbopol 943
Guar gum
acasia
Tragacant

Polivinil pirrolidone
Sodium alginate


Hidroksi etil selulosa



i.        Evaluasi sifat –sifat bioadhesi
o   Kekuatan tegang: kekuatan tegang diukur dengan menggunakan alat tenslometer , yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk memisahkan sampel mukoadhesif dari jaringan mukosa lambung tikus.
o   Gay geser:  mengukur gaya yang menyebabkan mukoadhesiv meluncur diatas lapisan mucus dengan arah parallel terhadap bidang kontaknya.
o   Bilangan adhesi: digunakan untuk menentukan kekuatan adhesi untuk partikel kecil / nanopartikel.
Persamaan :
Na = N / N0 X 100
Na= bilangan adhesi
N0=  jumlah tota partikel yang terikat pada subtract
Asumsi: semakin meningkat Na maka kekuatan adhesi juga semakin meningkat.
j.        Tipe formulasi bioadhesi
o   Formulasi bioadhesiv padat : tabet, insert, powder
o   Formulasi bioadhesiv setegah padat: gel, aerosol spray
o   Formulasi bioadhesiv cair: viscous liquid, gel-forming liquid
k.      Mukoadhesif berdasarkan rute pemberian dibedakan atas: buccal, sublingual, vaginal, rectal, nassal, ocular, dan gastrointestinal delivery system.

10.      EVALUASI FLOATING SYSTEM
-          Log time floating dan lama floating
-          Profil disolusi
-          Keseragaman bobot
-          Kekerasan
-          friability

Sumber: Catatan Kuliah “Kapita Selekta Farmasetika”