LAPORAN
PHARMACEUTICAL CARE
STROKE
ISKEMIK
KELOMPOK V
1.
FATMA
ZAHRA 2805006
2.
HARTATI
BAWAMENEWI 2805007
3.
ETIKA
NILA PERMATA 2805008
4.
RICI
ANGRIA SARI 2805009
5.
PUTRI
MAQFIRA 2805010
6.
MESRI
SUSANDRA 2805016
7.
VIVI
RAHMADIA 2805017
8.
LAURA
SUWINDRA 2805018
9.
NAJMI
KHAIRA 2805019
10.
ELFIRA
ANIZA 2805020
PROGRAM PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
STROKE
NON HEMORAGIC (STROKE ISKEMIK)
1. PENGERTIAN
Strok iskemik
adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah keotak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan pembuluh darah.
2. PATOFISIOLOGI
(dipirro 9th, 120)
-
Stroke
iskemik disebabkan oleh pembentukn thrombus atau emboli yang menghambat arteri
serebral. Aterosklerosis serebral adalah
factor penyebab dalam kebanyakan masalah stroke iskemik. Emboli dapat muncul
dari arteri intra dan extra kranial. Dua puluh persen stroke emboli muncul dari
jantung.
-
Pada
arterosklerosis carotid, plak dapat rusak karena paparan kolagen , agregasi
platelet, dan pembentukan terombus.bekuan dapat menyebabkan hambatan sekitar
atau terjadi pelepasan dan bergerak kearah distal, pada akhirnya akan
menghambat pembuluh serebral.
-
Dalam
masalah embolisme kardiogen, aliran darah yang berhenti dalam atrium atau
ventrikel mengarah ke pembentukan bekuan local yang pelepasan bergerak melalui
aorta menuju sirkulasi serebral.
-
Hasil
akhir, baik pembentukan thrombus dan embolisme adalah hambatan arteri,
penurunan aliran darah serebral, dan penyebab iskemia dan akhirnya infark
distal mengarah hambatan.
3. TERAPI
(dipirro 9th, 120)
a.
Pendekatan
umum
-
Memastikan
dukungan pernafasan dan pemeriksaan stroke secara cepat dengan Ct-Scan.
-
Pasien
stroke iskemia menunjukkan dalam bebera jam terjadinya gejala seharusnya
dievaluasi untuk terapi perfusi.
-
Peningkatan
tekanan darah seharusnya mengingatkan tidak
terobatinya periode akut (7 hari pertama) setelah strok iskemia karena resiko penurunan aliraan darah ke otak
dan gejala yang lebih buruk. Tekanan seharusnya
diturunkan jika meningkat hingga 220/120.
b.
Terapi
non farmakologi
-
Pada
asien stroke iskemik akut, penanganan operasi terbatas. Operasi dekompresi
dapat menyelamatkan hidup dalam kasus pembengkakan significant yang berhubungan
dengan infark serebral. Pendekatan interdisipliner untuk penangan stroke yang
mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke dan
terjadinya stroke berulang pada pasien tertentu.
c.
Terapi
farmakologi
Rekomendasi untuk farmakoerapi stroke iskemik
-
Alteplase
diawali dalam 3 jam munculnya gejala telah diperlihatkan mengurangi ccat hebat
disebabkan stroke iskemik. CT scan hrus
dilakukan untuk mencegah pendarahan sebelum terapi dimulai. Pasien harus
diketahui termasuk kriteria inklusi spesifik dan bukan kriteria eklusi (lihat table). Dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) diberikan secara infus
intravena sampai satu jam seteah bolus 10%dosis total diberikan sampai 1 menit.
Terapi antikoagulan dan terapi platelet seharusnya dihindarkan selama 24
jam dan pendarahan pasien harus dipantau
lebih dekat lagi.
-
Alpirin
50-325 mg/hari dimulai antara 24-48 jam setelah alteplase dilengkapi juga
ditunjukkan untuk mengurangi kematian dan cacat jangka panjang.
-
Panduan
AACP (American college of chest phyisician) untuk penggunaan terapi
antitrombolitik dalam pencegahan sekunder stroke iskemik menganjurkan terapi
antiplatelet sebagai dasar untuk pencegahan sekunder dalam strok
nonkardioemboli. Aspirin, klopidogrel dan pelepasan diperluas klopidogrel
dengan aspirin semuanya dipertimbangkan sebagai senyawa antiplatelet utama.
-
Tiklopidin
dicadangkan untuk pasien yang gagal atau tidak dapat menerima terapi lain
karena efek sampingnya (neutropenia, anemia aplastic, purpura trombositopenia
thrombosis, ruam, diare, hiperkolesteromia).
-
Kombinasi
aspirin dan klopidogrel hanya dianjurkan pada pasien dengan stroke iskemik dan
riwayat terbaru infark miokard atau kejadian coroner lain dan hanya dengan
aspirin dengan dosis sangat rendah untuk meminimalisisr pendarahan.
-
Joint
National commite (JNC 7) menganjurkan
ACEI dan diuretic untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke setelah
periode akut (7 hari pertama). Yang tidak bisa menerim ACEI, ARB bisa
dipertimbngkan.
-
National
cholesterol education prognam (NCEP) mempertimbangkan stroke iskemik dengan
resiko koroner dan menganjurkan penggunaan statin untuk mencapai konsentrasi
low-density lipoprotein (LDL) kurang dari 100 mg/dl.
-
Heparin
dianjurkan untuk untuk pencegahan
trombosis vena pada pasien rawat inap dan penurunan mobilitas disebabkan stroke
ANALISIS
SOAP PADA KASUS 2
1. Identitas Pasien
Nama :
Tn N
Umur : 70
Tahun
Jenis Kelamin : Laki –
laki
Alamat :
Jl. Prof M. Yamin
Tanggal Masuk : 24 November
2018
Tanggak Keluar : 30 November 2018
No. Rekam Medik : 0010xxxx
2.
Anamnesa
Seorang
pasien laki - laki Tn. N berumur 70
tahun masuk Rumah Sakit melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 24 November 2018 pukul 13:30 WIB. Pasien
masuk dengan keluhan utama lemah anggota
gerak kanan onset ± 16 jam sebelum masuk rumah sakit.
3.
Riwayat
penyakit sekarang
- Lemah anggota gerak
kanan dengan onset ± 16 jam sebelum masuk rumahsakit
- Bicara pelo (+)
- Sakit kepala (+)
- Muntah (+)
- Lidah berat (+)
- Menelan (+)
- BAB dan BAK (N)
4.Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Hipertensi
5. Riwayat Penyakit Keluarga
-
6.Data Penunjang
6.1.Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 24 November
2018
a.
Tanda vital
ü Kondisi
Umum : Sedang
ü Kesadaran
:
Compos Mentis (CM)
ü Frekuensi
Nadi : 84x /menit
ü Frekuensi
Nafas : 20x /menit
ü Suhu : 36,5 oC
ü GCS : E4 M6 V5
ü Tekanan
darah : 190/ 100 mmHg
6.2.Data laboratorium
Test
|
Nilai
Normal
|
24
November 2018
|
HGB
|
11,0-16,0 g/dl
|
15,
1 g/ dl
|
HCT
|
37,0-54,0 %
|
44,
2 %
|
WBC
|
4-10 x 103
/ µl
|
7,
40 x 103 / µl
|
PLT
|
150-450 x 103
/ µl
|
166
x 103 / µl
|
RBC
|
0,12-5,50 x 106
/ µl
|
4,70
x 106/ µl
|
7.
Diagnosis
7.1.Diagnosa Awal
-
Hemipharesis Dextra
-
Hipertensi
-
SNH
7.2.Diagnosa Akhir
-
Hemipharesis Dextra
-
Hipertensi
-
SNH
8.
Terapi/Tindakan
8.1.Terapi
yang diberikan di IGD
ü O2
3L/menit
ü IVFD
Nacl 0, 9 % /12 jam
ü Injeksi
ranitidine 50 mg/2 ml secara intravena
ü Piracetam
tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü Neurodex
tablet 1 x 1 secara per oral
ü Simvastatin
tablet 1 x 20 mg secara per oral
8.2.Terapi
yang diberikan di Bangsal Neurologi
ü IVFD
Nacl 0, 9 % /12 jam
ü Injeksi
ranitidine 2 x 25 mg/ml secara intravena
ü Piracetam
tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü Simvastatin
tablet 1 x 20 mg secara per oral
ü Aspilet
tablet 1 x 80 mg secara per oral
ü Lansoprazol kapsul 1 x 30 mg secara per oral
ü Amlodipin
tablet 1 x 10 mg secara per oral
ASSESMENT
PADA PASIEN
NO
|
DRP
|
KETERANGAN
|
PENILAIAN
|
1
|
Indikasi yang tidak diterapi
|
1.
Pasien membutuhkan terapi obat baru
|
Tidak
|
2.
Pasien menderita penyakit kronik sehingga
membutuhkan obat lanjutan
|
Iya
|
||
3.
Pasien membutuhkan kombinasi obat untuk
memperoleh efek sinergis
|
Tidak
|
||
4.
Pasien beresiko mengalami kejadian yang tidak diharapkan
yang dapat dicegah dengan terapi profilaksis
|
Iya
|
||
2
|
Terapi tanpa indiksi
|
1.
Pasien menerima obat tanpa indikasi
|
Tidak
|
2.
Terapi non obat (perubahan gaya hidup) lebih
sesuai untuk pasien
|
Tidak
|
||
3.
Pasien menerima beberapa obat padahal hanya
satu terai obat yang diindikasikan
|
Tidak
|
||
4.
Pasien menerima obat untuk mengatasi ESO obat
lain yang sebenarnya dapat dicegah
|
Tidak
|
||
3
|
Pemilihan obat yang tidak tepat
|
1.
Pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat
yang diterima
|
Tidak
|
2.
Obat yang diterima pasien bukan merupakan obat
paling efektif
|
Tidak
|
||
3.
Pasien KI dengan obat yang diterima
|
Tidak
|
||
4.
Pasien menerima obat efektif, tetapi bukan
obat yang paling murah
|
Ya
|
||
5.
Pasien menerima obat yang efektif tetepi bukan
obat yang paling aman.
|
Tidak
|
||
6.
Obat yang diterima pasien tidak efektif
terhadap bakteri penyebab infeksi (bakteri resisten terhadap obat)
|
Tidak
|
||
7.
Pasien menerima kombinasi obat yang sebenarnya
tidak diperlukan
|
Tidak
|
||
4
|
Dosis sub terapi
|
1.
Dosis yang dihasilkan terlalu rendah untuk
menghasilkan respon yang diinginkan
|
Tidak
|
2.
Kadar obat dalam darah berada dalam kisaran
terapi
|
Ya
|
||
3.
Frekuensi pemberian, durasi terapi dan cara
pemberian obat pada pasien tidak tepat.
|
Salah
|
||
4.
Waktu pemberian profilaksis tidak tepat
(antibiotik untuk bedah)
|
Ya
|
||
5
|
Reaction
|
1.
Pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat
|
Tidak
|
2.
Pasien mengalami resiko mengalami eso
(potensial)
|
Tidak
|
||
3.
Pasien mengalami idiosinkrasi terhadap obat
|
Tidak
|
||
4.
Bioavaibiliti obat berubah akibat interaksi
obat dengan makanan
|
Ya
|
||
5.
|
|||
6.
Efek obat berubah akibat inhibisi/induksi oleh
enzim lain
|
Ya
|
||
7.
Efek obat berubah akibat kandungan makanan
yang dikomsumsi
|
Ya
|
||
8.
Efek obat dapat berubah akibat penggantian
ikatan antara obat dengan protein oleh obat lain
|
Ya
|
||
6
|
Overdosis
|
1.
Dosis obat yang diberikan terlalu tinggi
|
Tidak
|
2.
Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran
terapi
|
Tidak
|
||
3.
Dosis obat yang dinaikkan terlalu cepat
|
Tidak
|
||
4.
Obat terakumulasi karena pemberian dalam
jangka panjang
|
ya
|
||
5.
Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian
obat pada pasien yang tidak tepat
|
Tidak
|
||
7
|
Menerima obat
|
1.
Pasien gagal menerima regimen obat yang tepat
karena adanya medication error
|
Tidak
|
2.
Pasien tidak mampu membeli obat (karena
terlalu mahal untuk pasien)
|
Tidak
|
||
3.
Pasien tidak memahami petunjuk penggunaan obat
|
Tidak
|
||
4.
Pasien tidak mau makan obat (misalnya karena
rasaa obat yang tidak enak)
|
Tidak
|
5. PLANNING
1.
Semua
terapi, baik yang diberikan di IGD maupun dibangsal neurologi sudah tepat.
-
Oksigen
diberikan untuk memberikan dukungan pernafasan pasien (dipirro 9th, 121)
-
IVFD
Nacl 0,9 %/12 jam untuk mengatasi kurangnya cairan pada tubuh pasien.
-
Injeksi
ranitidine 50 mg/2 ml secara iv untuk mengatasi mual karena efek stress yang
terjadi pada pasien (MIMS)
-
Piracetam
2x1200 mg secara peroral digunakan untuk melindungi korteks serebral dari
hipoksia. (MIMS)
-
Neurodex
berisi vitamin B complex untuk melindungi dan menjaga syaraf.
-
Simvastatin
untuk mengobati jika kolesterol pasien tinggi (dipirro 9th, 122)
-
Aspilet
tablet yang berisi aspirin digunakan sebagai antiplatelet (dipirro 9th, 121)
-
Lansoprazol
digunakan untuk mengatasi gangguan pada system pencernaan karena asam lambung
yang berlebih (MIMS).
-
Amlodipin tablet 1x 80 mg secara per oral sebagai
antihipertensi karena tekanan darah pasien 190/100 mmhg
2.
Perlu
dilakukan pemeriksaan kolesterol, karena penyebab pasti pasien stroke iskemik
belum diketahui.
3.
Karena
hipertensi sudah stage II, maka obat hipertensi dikombinasi, bisa dipakai ACEI,
ARB atau diuretic.
DISKUSI
1.
Apakah
perlu ranitidine dan lansoprazol untuk terapi stroke iskemik?
Jawab: perlu, karena keduanya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
yang disebabkan karena asam lambung yang berlebih. Asam lambung yang berlebih
bisa disebabkan karena pasien yang stress saat masuk rumah sakit.
2.
Pada
antihipertensi berapakah target tekanan darah yang dituju atau diturunkan
sedangkan dalam hal ini pasien mengalami strok iskemik?
Jawab: Menurut standard JNC VIII yaitu tekanan darah <150/90 mmHg
untuk pasien berusia ≥60 tahun dan tekanan darah 140/90 mmHg untuk pasien yang
berusia <60 tahun.
3.
Pada
stroke iskemik pasien mengalami mual, bagaimana mengatasinya?
Jawaab: diberikan antiemetic, yaitu ranitidine
4.
Untuk
mengembalikan syaraf yang rusak, terapi apa yang perlu diberikan?
Jawab: peberian neurodex tablet
No comments:
Post a Comment