Wednesday 27 February 2019

LAPORAN PHARMACEUTICAL CARE "STROKE ISKEMIK DAN CONTOH KASUS BERDASARKAN ANALISIS SOAP"


LAPORAN PHARMACEUTICAL CARE
STROKE ISKEMIK


KELOMPOK V
1.      FATMA ZAHRA                          2805006
2.      HARTATI BAWAMENEWI       2805007
3.      ETIKA NILA PERMATA           2805008
4.      RICI ANGRIA SARI                   2805009
5.      PUTRI MAQFIRA                       2805010
6.      MESRI SUSANDRA                    2805016
7.      VIVI RAHMADIA                       2805017
8.      LAURA SUWINDRA                  2805018
9.      NAJMI KHAIRA                         2805019
10.  ELFIRA ANIZA                           2805020


PROGRAM PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019



STROKE NON HEMORAGIC (STROKE ISKEMIK)

1.      PENGERTIAN
Strok iskemik adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah keotak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan pembuluh darah.

2.      PATOFISIOLOGI (dipirro 9th, 120)
-          Stroke iskemik disebabkan oleh pembentukn thrombus atau emboli yang menghambat arteri serebral.  Aterosklerosis serebral adalah factor penyebab dalam kebanyakan masalah stroke iskemik. Emboli dapat muncul dari arteri intra dan extra kranial. Dua puluh persen stroke emboli muncul dari jantung.
-          Pada arterosklerosis carotid, plak dapat rusak karena paparan kolagen , agregasi platelet, dan pembentukan terombus.bekuan dapat menyebabkan hambatan sekitar atau terjadi pelepasan dan bergerak kearah distal, pada akhirnya akan menghambat pembuluh serebral.
-          Dalam masalah embolisme kardiogen, aliran darah yang berhenti dalam atrium atau ventrikel mengarah ke pembentukan bekuan local yang pelepasan bergerak melalui aorta menuju sirkulasi serebral.
-          Hasil akhir, baik pembentukan thrombus dan embolisme adalah hambatan arteri, penurunan aliran darah serebral, dan penyebab iskemia dan akhirnya infark distal mengarah hambatan.

3.      TERAPI (dipirro 9th, 120)
a.       Pendekatan umum
-          Memastikan dukungan pernafasan dan pemeriksaan stroke secara cepat dengan Ct-Scan.
-          Pasien stroke iskemia menunjukkan dalam bebera jam terjadinya gejala seharusnya dievaluasi untuk terapi perfusi.
-          Peningkatan tekanan darah seharusnya mengingatkan tidak  terobatinya periode akut (7 hari pertama) setelah strok iskemia  karena resiko penurunan aliraan darah ke otak dan gejala yang lebih buruk. Tekanan seharusnya  diturunkan jika meningkat hingga 220/120.

b.      Terapi non farmakologi
-          Pada asien stroke iskemik akut, penanganan operasi terbatas. Operasi dekompresi dapat menyelamatkan hidup dalam kasus pembengkakan significant yang berhubungan dengan infark serebral. Pendekatan interdisipliner untuk penangan stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke dan terjadinya stroke berulang pada pasien tertentu.

c.       Terapi farmakologi
Rekomendasi untuk farmakoerapi stroke iskemik
-          Alteplase diawali dalam 3 jam munculnya gejala telah diperlihatkan mengurangi ccat hebat disebabkan stroke iskemik. CT  scan hrus dilakukan untuk mencegah pendarahan sebelum terapi dimulai. Pasien harus diketahui termasuk kriteria inklusi spesifik dan bukan kriteria eklusi  (lihat table). Dosis 0,9 mg/kg  (maksimal 90 mg) diberikan secara infus intravena sampai satu jam seteah bolus 10%dosis total diberikan sampai 1 menit. Terapi antikoagulan dan terapi platelet seharusnya dihindarkan selama 24 jam  dan pendarahan pasien harus dipantau lebih dekat lagi.
-          Alpirin 50-325 mg/hari dimulai antara 24-48 jam setelah alteplase dilengkapi juga ditunjukkan untuk mengurangi kematian dan cacat jangka panjang.

-          Panduan AACP (American college of chest phyisician) untuk penggunaan terapi antitrombolitik dalam pencegahan sekunder stroke iskemik menganjurkan terapi antiplatelet sebagai dasar untuk pencegahan sekunder dalam strok nonkardioemboli. Aspirin, klopidogrel dan pelepasan diperluas klopidogrel dengan aspirin semuanya dipertimbangkan sebagai senyawa antiplatelet utama.
-          Tiklopidin dicadangkan untuk pasien yang gagal atau tidak dapat menerima terapi lain karena efek sampingnya (neutropenia, anemia aplastic, purpura trombositopenia thrombosis, ruam, diare, hiperkolesteromia).
-          Kombinasi aspirin dan klopidogrel hanya dianjurkan pada pasien dengan stroke iskemik dan riwayat terbaru infark miokard atau kejadian coroner lain dan hanya dengan aspirin dengan dosis sangat rendah untuk meminimalisisr pendarahan.
-          Joint National commite  (JNC 7) menganjurkan ACEI dan diuretic untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke setelah periode akut (7 hari pertama). Yang tidak bisa menerim ACEI, ARB bisa dipertimbngkan.
-          National cholesterol education prognam (NCEP) mempertimbangkan stroke iskemik dengan resiko koroner dan menganjurkan penggunaan statin untuk mencapai konsentrasi low-density lipoprotein (LDL) kurang dari 100 mg/dl.
-          Heparin dianjurkan untuk  untuk pencegahan trombosis vena pada pasien rawat inap dan penurunan mobilitas disebabkan stroke



ANALISIS SOAP PADA KASUS 2
1.      Identitas Pasien
Nama                           : Tn  N
Umur                           : 70 Tahun
Jenis Kelamin              : Laki – laki
Alamat                         : Jl. Prof M. Yamin
Tanggal Masuk            : 24 November 2018
Tanggak Keluar           : 30  November 2018
No. Rekam Medik      : 0010xxxx

2.      Anamnesa
Seorang pasien laki - laki  Tn. N berumur 70 tahun masuk Rumah Sakit melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal  24 November 2018 pukul 13:30 WIB. Pasien masuk dengan keluhan utama  lemah anggota gerak kanan onset ± 16 jam sebelum masuk rumah sakit.

3.      Riwayat penyakit sekarang
- Lemah anggota gerak kanan dengan onset ± 16 jam sebelum masuk rumahsakit
- Bicara pelo (+)
- Sakit kepala (+)
- Muntah (+)
- Lidah berat (+)
- Menelan (+)
- BAB dan BAK (N)

4.Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Hipertensi

5. Riwayat Penyakit Keluarga
-
6.Data Penunjang
6.1.Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 24 November 2018
a.       Tanda vital
ü  Kondisi Umum       : Sedang
ü  Kesadaran               : Compos Mentis (CM)
ü  Frekuensi Nadi       : 84x /menit
ü  Frekuensi Nafas      : 20x /menit
ü  Suhu                        : 36,5 oC  
ü  GCS                        : E4 M6 V5
ü  Tekanan darah        : 190/ 100 mmHg
6.2.Data laboratorium
Test
Nilai Normal
24 November 2018
HGB
11,0-16,0 g/dl
15, 1 g/ dl
HCT
37,0-54,0 %
44, 2 %
WBC
4-10 x 103 / µl
7, 40 x 103 / µl
PLT
150-450 x 103 / µl
166 x 103 / µl
RBC
0,12-5,50 x 106 / µl
4,70 x 106/ µl




7.      Diagnosis     
7.1.Diagnosa Awal
-          Hemipharesis Dextra
-          Hipertensi
-          SNH
7.2.Diagnosa Akhir
-          Hemipharesis Dextra
-          Hipertensi
-          SNH

8.      Terapi/Tindakan
8.1.Terapi yang diberikan di IGD
ü  O2 3L/menit
ü  IVFD Nacl 0, 9 % /12 jam
ü  Injeksi ranitidine 50 mg/2 ml secara intravena
ü  Piracetam tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü  Neurodex tablet 1 x 1 secara per oral
ü  Simvastatin tablet 1 x 20 mg secara per oral
8.2.Terapi yang diberikan di Bangsal Neurologi
ü  IVFD Nacl 0, 9 % /12 jam
ü  Injeksi ranitidine 2 x 25 mg/ml secara intravena
ü  Piracetam tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü  Simvastatin tablet 1 x 20 mg secara per oral
ü  Aspilet tablet 1 x 80 mg secara per oral
ü   Lansoprazol kapsul 1 x 30 mg secara per oral
ü  Amlodipin tablet 1 x 10 mg secara per oral




ASSESMENT PADA PASIEN

NO
DRP
KETERANGAN
PENILAIAN
1
Indikasi yang tidak diterapi
1.      Pasien membutuhkan terapi obat baru
Tidak


2.      Pasien menderita penyakit kronik sehingga membutuhkan obat lanjutan
Iya


3.      Pasien membutuhkan kombinasi obat untuk memperoleh efek sinergis
Tidak



4.      Pasien beresiko mengalami kejadian yang tidak diharapkan yang dapat dicegah dengan terapi profilaksis
Iya
2
Terapi tanpa indiksi
1.      Pasien menerima obat tanpa indikasi
Tidak


2.      Terapi non obat (perubahan gaya hidup) lebih sesuai untuk pasien
Tidak


3.      Pasien menerima beberapa obat padahal hanya satu terai obat yang diindikasikan
Tidak


4.      Pasien menerima obat untuk mengatasi ESO obat lain yang sebenarnya dapat dicegah
Tidak
3
Pemilihan obat yang tidak tepat
1.      Pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat yang diterima
Tidak


2.      Obat yang diterima pasien bukan merupakan obat paling efektif
Tidak


3.      Pasien KI dengan obat yang diterima
Tidak


4.      Pasien menerima obat efektif, tetapi bukan obat yang paling murah
Ya


5.      Pasien menerima obat yang efektif tetepi bukan obat yang paling aman.
Tidak


6.      Obat yang diterima pasien tidak efektif terhadap bakteri penyebab infeksi (bakteri resisten terhadap obat)
Tidak


7.      Pasien menerima kombinasi obat yang sebenarnya tidak diperlukan
Tidak
4
Dosis sub terapi
1.      Dosis yang dihasilkan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan
Tidak


2.      Kadar obat dalam darah berada dalam kisaran terapi
Ya


3.      Frekuensi pemberian, durasi terapi dan cara pemberian obat pada pasien tidak tepat.
Salah


4.      Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (antibiotik untuk bedah)
Ya
5
Reaction
1.      Pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat
Tidak


2.      Pasien mengalami resiko mengalami eso (potensial)
Tidak


3.      Pasien mengalami idiosinkrasi terhadap obat
Tidak


4.      Bioavaibiliti obat berubah akibat interaksi obat dengan makanan
Ya


5.       



6.      Efek obat berubah akibat inhibisi/induksi oleh enzim lain
Ya


7.      Efek obat berubah akibat kandungan makanan yang dikomsumsi
Ya


8.      Efek obat dapat berubah akibat penggantian ikatan antara obat dengan protein oleh obat lain
Ya
6
Overdosis
1.      Dosis obat yang diberikan terlalu tinggi
Tidak


2.      Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran terapi
Tidak


3.      Dosis obat yang dinaikkan terlalu cepat
Tidak


4.      Obat terakumulasi karena pemberian dalam jangka panjang
ya


5.      Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian obat pada pasien yang tidak tepat
Tidak

7
Menerima obat
1.      Pasien gagal menerima regimen obat yang tepat karena adanya medication error
Tidak


2.      Pasien tidak mampu membeli obat (karena terlalu mahal untuk pasien)
Tidak


3.      Pasien tidak memahami petunjuk penggunaan obat
Tidak


4.      Pasien tidak mau makan obat (misalnya karena rasaa obat yang tidak enak)
Tidak

5.      PLANNING
1.      Semua terapi, baik yang diberikan di IGD maupun dibangsal neurologi sudah tepat.
-          Oksigen diberikan untuk memberikan dukungan pernafasan pasien (dipirro 9th, 121)
-          IVFD Nacl 0,9 %/12 jam untuk mengatasi kurangnya cairan pada tubuh pasien.
-          Injeksi ranitidine 50 mg/2 ml secara iv untuk mengatasi mual karena efek stress yang terjadi pada pasien  (MIMS)
-          Piracetam 2x1200 mg secara peroral digunakan untuk melindungi korteks serebral dari hipoksia. (MIMS)
-          Neurodex berisi vitamin B complex untuk melindungi dan menjaga syaraf.
-          Simvastatin untuk mengobati jika kolesterol pasien tinggi (dipirro 9th, 122)
-          Aspilet tablet yang berisi aspirin digunakan sebagai antiplatelet (dipirro 9th, 121)
-          Lansoprazol digunakan untuk mengatasi gangguan pada system pencernaan karena asam lambung yang berlebih (MIMS).
-          Amlodipin  tablet 1x 80 mg secara per oral sebagai antihipertensi karena tekanan darah pasien 190/100 mmhg
2.      Perlu dilakukan pemeriksaan kolesterol, karena penyebab pasti pasien stroke iskemik belum diketahui.
3.      Karena hipertensi sudah stage II, maka obat hipertensi dikombinasi, bisa dipakai ACEI, ARB atau diuretic.

DISKUSI
1.      Apakah perlu ranitidine dan lansoprazol untuk terapi stroke iskemik?
Jawab: perlu, karena keduanya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang disebabkan karena asam lambung yang berlebih. Asam lambung yang berlebih bisa disebabkan karena pasien yang stress saat masuk rumah sakit.
2.      Pada antihipertensi berapakah target tekanan darah yang dituju atau diturunkan sedangkan dalam hal ini pasien mengalami strok iskemik?
Jawab: Menurut standard JNC VIII yaitu tekanan darah <150/90 mmHg untuk pasien berusia ≥60 tahun dan tekanan darah 140/90 mmHg untuk pasien yang berusia <60 tahun.
3.      Pada stroke iskemik pasien mengalami mual, bagaimana mengatasinya?
Jawaab: diberikan antiemetic, yaitu ranitidine
4.      Untuk mengembalikan syaraf yang rusak, terapi apa yang perlu diberikan?
Jawab: peberian neurodex tablet

No comments: