Pada blog ini, untuk gambar dan bagan tidak dimasukkan, serta ada beberapa kalimat yang terpotong.
Untuk laporan lengkap, teman-teman bisa akses pada link berikut:
FORMULASI SEDIAAN OBAT FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DAN KRIM KETOKONAZOL
PENGEMBANGAN
OBAT
A.
IDENTITAS
OBAT (FI V, 2014: 998)
1 |
Nama Kimia |
4’-Hidroksiasetanilida[103-90-2] |
2 |
Nama Generik |
Parasetamol (Aetaminophen) |
3 |
Struktur molekul |
|
4 |
Bobot molekul |
151,16 |
5 |
Rumus molekul |
C8H9NO2 |
6 |
Pemerian |
Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit |
B.
SIFAT
FISIKO KIMIA OBAT (FI V, 2014)
7 |
Titik lebur |
168°-172° (FI V, 2015: 984) |
8 |
pKa |
9,38 |
9 |
Koefisien partisi |
- |
10 |
Kelarutan |
Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium hidroksida 1 N; mudah larut
dalam etanol (FI V, 2015: 984) |
11 |
Stabilitas |
Terhidrolisis pada pH minimal 5-7, stabil dalam temperatur 45°C (dalam
bentuk serbuk), relatif stabil terhadap oksidasi, menyerap uap air dalam
jumlah tidak signifikan pada suhu 25°C dan kelembaban 90%. |
12 |
Bentuk kristal/ amorf |
Hablur |
13 |
Lain-lainnya |
- |
C.
DATA
FARMAKOKINETIKA (MIMS)
14 |
Absorpsi |
Diabsorpsi setelah diberikan secara oral. Waktu puncak konsentrasi
plasma: 10-60 menit. |
15 |
Distribusi |
Didistribusi kedalam jaringan tubuh. Dapat melewati plasenta dan masuk
kedalam kelenjar susu. Ikatan protein plasma : 10-25%. |
16 |
Metabolisme |
Dimetabolisme didalam hati oleh konjugasi glukuronida dan asam sulfur.
N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI), merupakan metabolit minor yang
dihasilkan oleh CYP2E1 dan CYP3A4 dimetabolisme melalui konjugasi dengan
glutation didalam hati dan ginjal. |
17 |
Ekskresi |
Dikeluarkan melalui urin (<5%); 60-80% sebagai metabolit
glukuronida dan 20-30% sebagai metabolit sulfat). Waktu paruh : 1-3 jam. |
D.
DATA
FARMAKODINAMIK
17 |
Indikasi |
Analgetik, Anti piretik, Anti inflamasi (MIMS). |
18 |
Mekanisme kerja |
1.
Analgetik Parasetamol menghambat analgetik melalui blokade
periferal saraf nyeri. 2.
Anti Piretik Menghambat regulasi
suhu tubuh pada hipotalamus. 3.
Anti Inflamasi Menghambat produksi
prostaglandin (Neal, 2006). |
19 |
Efek samping |
Hepatoksisitas (jika penggunaan jangka panjang) (MIMS). |
20 |
Mekanisme efek
samping |
Hepatoksisitas Asetaminofen
dimetabolisme membentuk glukuronida atau konjugasi sulfat oleh sitokrom P450
terutama CYP2E1. Dosis dimetabolisme oleh fungsi campuran sitokrom P450
sistem oksigenase, terutama CYP2E1. Metabolit ini normal terkonjugasi dengan
glutathione, senyawa yang mengandung sulfihidril dalam hepatosit dan
diekskresikan dalam urin sebagai konjugat merkapturat dalam jumlah <5%. Pada dosis
berlebih produksi metabolit meningkatmelebihi kemampuan glutation untuk
mendetoksifikasi, se-hinggametabolit tersebut bereaksi dengan sel-sel hepar dan dapat
menimbulkan
nekrosissentro-lobuler (MIMS). |
21 |
Kontra indikasi |
Penyakit gagal hati dan hipersensitivitas terhadap obat (MIMS). |
22 |
Interaksi |
-
Menurunkan absorpsi
kolestiramin -
Menurunkan konsentrasi serum
rifampisin dan beberapa obat antikonvulsan (seperti fenitoin, fenobarbital,
karbamazepin, primidon) -
Meningkatkan efek anti koagulan
warfarin dan kumarin pada penggunaan jangka panjang -
Meningkatkan absorpsi
metoklopramid dan domperidon -
Meningkatkan konsentrasi serum
probenesid -
Meningkatkan konsentrasi serum
kloramfenikol (MIMS). |
23 |
Posologi |
Untuk
dewasa : 3-4 x sehari @1-2 tablet Untuk
anak 6-12 tahun : 3-4 x sehari @½-1 tablet (MIMS). |
E.
PRODUK
KOMPETITOR
25 |
Merek |
Panadol |
26 |
Nama Pabrik |
Frederick stearns & company /
GlaxoSmithKline (GSK) |
27 |
Bentuk Sediaan |
Tablet |
28 |
Kekuatan Sediaan |
500 mg |
29 |
Indikasi |
Analgetik & antipiretik |
30 |
Aturan Pakai |
3-4 kali sehari 1-2 tab (500mg/tab) |
31 |
Kemasan |
Strip |
32 |
Golongan Obat |
B |
KOMPOSISI |
||||||||||||||||||||||||
1 tab 700 mg Fase dalam Acetaminophen
500 mg Amilum kering 10% PVP 2% Laktosa qs Aquadest qs Fase luar Mg stearate 1% Amilum kering 1% Talk 25 mg |
||||||||||||||||||||||||
FORMULA |
||||||||||||||||||||||||
|
FASE DALAM (92%)
Dibuat sebanyak 100 tablet :
644 mg x 100 tablet = 64,4 gr
·
Parasetamol 500
mg
· PVP 2%
· Amilum kering 10 %
·
Laktosa qs
Fase dalam – (PCT+PVP+Amilum
kering)
= 64,4 gr – (50 gr+1,4 gr+7 gr)
= 6 gr
Aquadest digunakan sebanyak yang diperlukan sampai
dapat dibuat granul
Jumlah tablet = 98 tablet |
·
Mg stearate 1%
·
Talkum 2%
·
Amilum 5%
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
A.
VALIDASI
METODE |
Menurut Kriswanto, dkk (2014), parameter validasi
metode pada tablet parasetamol antara lain : 1.
Kecermatan (Akurasi) Disiapkan larutan sampel dengan konsentrasi 500 ppm
yang telah diukur dan diketahui kadarnya, serta dibuat larutan standar
parasetamol dengan konsentrasi 500 ppm. Sebanyak 5 ml larutan standar
parasetamol dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml, kemudian ditambahkan dengan
larutan sampel dengan konsentrasi 500 ppm, lalu diukur sebanyak 5 kali
ulangan. Persen perolehan kembali dihitung dengan rumus : Keterangan
: A
: konsentrasi sampel + konsentrasi standar yang terukur B
: konsentrasi sampel C
: konsentrasi standar teoritis yang ditambahkan 2.
Keseksamaan (Presisi) Dibuat larutan standar parasetamol dengan
konsentrasi 500 ppm. Kemudian diukur dengan menggunakan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) sebanyak 6 kali ulangan di hari yang sama. Presisi
dinyatakan dalam Residual Standar Deviasi (RSD%) dengan menggunakan rumus : 3.
Linearitas Dibuat larutan
standar parasetamol dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm,
kemudian larutan disuntikkan ke alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
pada kondisi yang telah ditentukan. Dari data pengukuran dibuat kurva kalibrasi
dengan menggunakan persamaan garis regresi linear (y = a + bx) dimana a
menyatakan intersep dan b adalah kemiringan garis dari deret larutan standar
yang diukur. Linearitas kurva kalibrasi dilihat dari nilai koefisien korelasi
(r). 4.
Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas
atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya dengan hanya mengukur zat
tertentu secara cermat dan saksama dengan adanya komponen lain yang
kemungkinan dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan
sebagai derajat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel yang
mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa
sejenis, senyawa asing lainnya dan dibandingkan terhadap hasil analisis
sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. 5.
Batas deteksi dan batas kuantisasi Persamaan
linear yang diperoleh pada uji linearitas selanjutnya digunakan untuk
menghitung batas deteksi dan kuantifikasi (LOD dan LOQ). LOD dan LOQ dihitung
dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang
diperoleh dengan rumus: Keterangan: Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantisasi) k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas
kuantisasi Sb = Simpangan baku respon analitik dari
blanko Sl = Arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva
antara respon terhadap konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y=a+bx). |
B.
METODE
PENETAPAN KADAR ( FI V, 2014; 984) |
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Parasetamol BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar lebih kurang 12 μg per ml. Larutan uji Timbang
saksama lebih kurang 120 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
500-ml, larutan dalam 10 ml metanol P, encerkan dengan air
sampai tanda.Masukan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
dengan air sampai tanda dan campur. Ukur serapan Larutan uji dan
Larutan baku pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 244 nm, terhadap air sebagi blangko. Hitung jumlah dalam mg,
asetaminofen,C₈H₉NO₂, dalam zat yang digunakan dengan rumus: 10 C (Au/As) C adalah kadar Parasetamol BPFI dalam μg per ml Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan
uji dan Larutan baku. |
No |
Uraian |
Etiket |
Brosur |
Kotak |
1 |
Komposisi |
Tablet Parasetamol
700 mg |
Tablet Parasetamol 700 mg |
Tablet Parasetamol
700 mg |
2 |
Indikasi |
Analgetik dan
anti piretik |
Analgetik dan anti piretik |
Analgetik dan
anti piretik |
3 |
Cara
penggunaan |
Tablet diminum
sesudah makan |
Tablet diminum sesudah makan |
Tablet diminum
sesudah makan |
4 |
Expire date |
Januari
2024 |
- |
Januari
2024 |
5 |
No bets |
901001 |
- |
901001 |
6 |
No registrasi |
DBL1900100110A1 |
DBL1900100110A1 |
DBL1900100110A1 |
7 |
Logo obat |
|
- |
|
8 |
Tanda
peringatan |
- |
- |
- |
9 |
HET |
Rp 7.000,- |
- |
Rp 7.000,- |
UJI STABILITAS
A.
ALAT
DAN SAMPEL
Jenis |
Uraian
|
Nama alat |
Climatic Chumber |
Jumlah sampel |
Disesuaikan dengan kebutuhan |
Sumber sampel |
Tablet yang sudah dikemas (produk jadi) |
B.
KONDISI
UJI
Jenis |
Uraian
|
Zona uji |
IVB |
Kapan dilakukan uji |
Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun
pertama dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan
seterusnya, pengujian dilakukan setahun sekali |
Lama uji |
6
kali uji dalam 2 tahun pertama. Tahun ketiga di uji sekali setahun |
Interval waktu uji |
Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun
pertama dan setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan
seterusnya, pengujian dilakukan setahun sekali |
Suhu |
45-50°C |
Kelembaban |
Rh 75% |
\
C.
CARA
PENENTUAN UMUR SIMPAN (Martin, dkk., 1993)
Sejumlah obat parasetamol
500 mg dilakukan uji stabilitas dipercepat selama 6 bulan pada suhu 45°C,
sehingga didapatkan data sebagai berikut :
Waktu (bulan) |
Konsentrasi (mg) |
Log C |
1/C |
0 |
323,74 |
2,510 |
0,00308 |
1 |
318,65 |
2,503 |
0,00314 |
2 |
317,41 |
2,501 |
0,00315 |
3 |
313,05 |
2,496 |
0,00319 |
4 |
298,07 |
2,474 |
0,00335 |
5 |
292,68 |
2,466 |
0,00342 |
6 |
302,65 |
2,480 |
0,00330 |
A.
ALAT,
SAMPEL DAN SUKARELAWAN |
||||||||||
|
||||||||||
B.
KONDISI
UJI |
||||||||||
|
||||||||||
C.
CARA PENENTUAN
DISOLUSI TERBANDING (FI V, 2014) |
||||||||||
1. Penentuan panjang gelombang maksimum Parasetamol baku dilarutkan dalam larutan dapar fosfat monobasa
sehingga diperoleh konsentrasi larutan tertentu, kemudian dilakukan scanning
panjang gelombang maksimum parasetamol dengan spektrofotometer UV. Panjang
gelombang teoritis parasetamol pada spektrofotometer UV = 243 nm 2. Pembuatan kurva baku Buat seri larutan baku, kemudian diukur serapan parasetamol pada
panjang gelombang maksimum yang didapat. 3. Penetapan kadar baku yang terdisolusi Masukkan 3 tablet parasetamol pada media disolusi
yaitu 900 ml larutan dapar fosfat pH 5,8. Uji ini menggunakan alat disolusi
tipe 2 dengan kecepatan 50 rpm. Ambil 5 ml cuplikan pada menit 10, 20 dan 30,
setiap pengambilan cuplikan ditambahkan kedalamnya 5 ml larutan dapar fosfat.
Kemudian diukur serapan dengan spektrofotometer UV dengan panjang gelombang
maksimum yang didapatkan 243 nm dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
dari 80% (Q) C8H9NO2 dari jumlah yang
tertera dari etiket. Kemudian bandingkan disolusi parasetamol dari produk
kompetitor. Menurut
Farmakope Indonesia edisi V (2014) dalam waktu 30 menit, kadar obat terdisolusi yaitu tidak
kurang 80% dari jumlah yang tertera dalam etiket. |
REGISTRASI OBAT
A. IDENTITAS OBAT
|
|||||||||||||||
B. PENETAPAN NOMOR REGISTRASI
|
PROSES PENGOLAHAN
1.
Penimbangan
bahan
Menimbang acetaminophen,
PVP, laktosa, amilum kering, talk dan Mg stearate sesuai kebutuhan yang
diinginkan.
2.
Granulasi
basah
Acetaminophen ditambahkan PVP (bahan pengikat),
laktosa (bahan pengisi), amilum kering, kemudian diaduk hingga homogen.
Asetaminofen dibasahi dengan air (sebagai zat pembasah) secukupnya, hingga
terbentuk massa kempal hancur. Kemudian diayak menggunakan pengayak yang cocok.
3.
Pengeringan
Granul yang terbentuk dikeringkan didalam aliran udara
pada suhu tidak lebih dari 60°C. Granul yang telah kering, digranulasi kembali
dan diayak menggunakan pengayak yang cocok untuk menghilangkan serbuk halus dan
granul yang terlalu kecil.
4.
Penambahan
Fase Luar
Granul
kemudian ditambahkan Mg stearate dan talkum (sebagai lubrikan dan glidant),
dicampur hingga merata. Lalu diaduk hingga homogen.
5.
Pencetakan
Tablet
Campuran homogen tersebut kemudian dicetak menggunakan
alat single punch.
PENGUJIAN MUTU FISIK (QC)
A.
JENIS
PENGUJIAN |
|
Nama
uji 1 |
WAKTU
HANCUR (FI V, 2014) |
Jumlah
sampel lengkap |
6
tablet |
Nama
alat |
Desintegrator |
Kondisi
uji |
Cairan media dipanaskan pada 35-39°C,
alat untuk menaik turunkan
keranjang dalam cairan media pada frekuensi yang tetap antara 29 – 32 kali
per menit. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi
gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm dari dasar wadah. |
Prosedur
lengkap |
Dimasukkan 5 tablet ke dalam keranjang,
turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit dalam media air yang
dihangatkan pada suhu370C±20C. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal di atas kasa. |
Persyaratan
|
Untuk tablet <15 menit |
Nama
uji 2 |
KEKERASAN (FI V, 2014) |
Jumlah
sampel lengkap |
10
tablet |
Nama
alat |
Hardness
tester |
Kondisi
uji |
Tablet
utuh |
Prosedur
ringkas |
Diambil 10 tablet lalu tablet diletakkan ditengah dan tegak
lurus dengan plan penekan hardness tester, atur skala pada 0 setelah itu
putar pelan pelan sampai tablet pecah |
Persyaratan
|
4-8 kg/cm3 |
Nama
uji 3 |
KERAPUHAN (FRIABILITAS) (FI V, 2014) |
Jumlah sampel lengkap |
20 tablet |
Nama alat |
Friabilility tester |
Kondisi uji |
Tablet utuh, 25
putaran per menit (100rpm selama 4 menit) |
Prosedur ringkas |
a.
Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram) b.
Masukkan tablet ke dalam alat friability tester untuk diuji c.
Alat diputar dengan kecepatan 50 rpm, selama 100 kali putaran d.
Keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan ditimbang kembali (W2 gram) e.
Dihitung kehilangan bobot dalam persentase : %Friabilitas = |
Persyaratan
|
Batas kerapuhan yang
diperbolehkan maksimum : 0,8% |
Nama uji 4 |
KESERAGAMAN
UKURAN (FI V, 2014) |
Jumlah sampel lengkap |
20 tablet |
Nama alat |
Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup |
Kondisi uji |
Alat dikalibrasi (skala dibuat menjadi angka nol) |
Prosedur ringkas |
Sepuluh tablet diukur
tebal dan diameternya menggunakan alat jangka sorong. Kemudian dicatat hasilnya. |
Persyaratan |
Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak
lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet. |
Nama uji 5 |
KESERAGAMAN
BOBOT (FI V, 2014) |
|||||||||||||||||
Jumlah sampel lengkap |
20 tablet |
|||||||||||||||||
Nama alat |
Timbangan analitik |
|||||||||||||||||
Kondisi uji |
Timbangan ditara
terlebih dahulu, tablet utuh |
|||||||||||||||||
Prosedur ringkas |
1) Ditimbang
20 tablet dan dihitung bobot rata - ratanya. 2) Ditimbang
satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot
rata - rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata - rata lebih dari harga dalam kolom “B”. 3) Jika
perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata - rata yang ditetapkan dalam
kolom “A” maupun kolom “B”. |
|||||||||||||||||
Persyaratan
|
|
Nama uji 6 |
DISOLUSI (FI V, 2014) |
||||||||||||
Jumlah sampel lengkap |
6 tablet |
||||||||||||
Nama alat |
Disolution tester |
||||||||||||
Kondisi uji |
Media disolusi : 900 ml Larutan dapar fosfat pH 5,8 Alat tipe 2 : 50 rpm Waktu : 30 menit |
||||||||||||
Prosedur ringkas |
a. Masukkan sejumlah volume media disolusi
yang tertera pada masing masing monografi ke wadah b. Pasang
alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37 °C ± 0,5 °C dan angkat termometer c. Masukan
satu tablet ke dalam alat Hilangkan gelembung
udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju
kecepatan seperti tertera pada monografi. |
||||||||||||
Persyaratan
|
|
PENGUJIAN MUTU KIMIA
Nama uji 1 |
Penetapan
Kadar
Zat
Aktif (FI V, 2014) |
Jumlah sampel lengkap |
- |
Nama alat |
Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi |
Kondisi uji |
- |
Prosedur ringkas |
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume yang sama (lebih kurang 10
µl) larutan baku dan larutan uji ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram,
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, C8H9NO2,
dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus. |
Persyaratan |
Tablet parasetamol mengandung parasetamol, C8H9NO2,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket. |
Nama
uji 2 |
Keseragaman
Kandungan |
Jumlah
sampel lengkap |
- |
Nama
alat |
- |
Kondisi
uji |
- |
Prosedur
ringkas |
- |
Persyaratan
|
- |
KESIMPULAN
Jenis
|
Uraian
|
Kesimpulan
|
Tablet parasetamol yang dibuat telah memenuhi syarat |
Rekomendasi
|
- |
Lain-lain |
- |
PENGEMBANGAN
OBAT
A.
IDENTITAS
OBAT (FI V, 2014; 636)
1 |
Nama Kimia |
(±)cis-1-Asetil-4-[p-[[2(2,4-diklorofenil)-2-(imidazole-1-ilmetil-1,3dioksolan-4-il]
metoksi]fenil]piperazina [65277-42-1] |
2 |
Nama Generik |
Ketokonazole |
3 |
Struktur molekul |
|
4 |
Bobot molekul |
531.44 g/mol |
5 |
Rumus molekul |
|
6 |
Pemerian |
Berupa warna putih atau hampir serbuk putih |
B.
SIFAT
FISIKO KIMIA OBAT
7 |
Jarak lebur |
Antara 148 dan 152o (FI V, 2014). |
8 |
pKa |
2,9 and 6,5 (Yahaya, 2014). |
9 |
Koefisien partisi |
4.0 (Yahaya, 2014). |
10 |
Kelarutan |
Praktis tidak larut dalam air, larut dalam metilen klorida, dan metanol
(FI IV, 1995) |
11 |
Stabilitas |
Stabil dalam wadah tertutup dan terlindungi dari cahaya matahari |
12 |
Bentuk kristal/ amorf |
Amorf |
13 |
Lain-lainnya |
- |
C. DATA FARMAKOKINETIKA
14 |
Absorpsi |
2% krim : pada pemakaian topikal, ketoconazole menguasai stratum
korneum dan berikatan dengan stratum korneum dan stratum garnulosum lebih
dari 16 jam |
15 |
Distribusi |
- |
16 |
Metabolisme |
- |
17 |
Ekskresi |
- |
Fase minyak |
D. DATA FARMAKODINAMIK
17 |
Indikasi |
Mengobati
infeksi jamur pada kulit seperti : Pityriasis versicolor, Skin fungal, Seborrhoeic
dermatitis (MIMS). |
18 |
Mekanisme kerja |
Ketokonazole adalah obat
antifungal yang mengganggu sintesis ergosterol dan kemudian mengubah
permebilitas dari membrane sel yang terinfeksi. |
19 |
Efek samping |
Iritasi, rasa terbakar, alergi, urticaria, angioedema, prutitus
(MIMS). |
20 |
Mekanisme efek
samping |
Timbulnya efek samping alergi dari ketokonazole
biasanya terjadi pada pasien yang rentan akan mendapatkan kepekaan
(hipersensitivitas) terhadap suatu bahan obat. |
21 |
Kontra indikasi |
Hipersensitivitas (MIMS). |
22 |
Interaksi |
- |
23 |
Posologi |
Pityriasis versicolor, Skin fungal 2% cream : oleskan pada daerah yang
terinfeksi 1 kali sehari selama 2 minggu Seborrhoeic dermatitis 2% ceram : oleskan pada daerah yang terinfeksi
2 kali sehari (MIMS). |
E. PRODUK KOMPETITOR
25 |
Merek |
Zoralin |
26 |
Nama Pabrik |
Medikon prima laboratories |
27 |
Bentuk Sediaan |
Krim |
28 |
Kekuatan Sediaan |
2% |
29 |
Indikasi |
Mengatasi infeksi jamur pada kulit, seperti : kurap pada kaki atau
selangkangan, panu, serta ketombe |
30 |
Aturan Pakai |
Sebelum dioleskan
bersihkan dan keringkan bagian yang terkena, lalu dioleskan tipit-tipis 2-3
kali sehari sampai infeksi sembuh, untuk mencegah jamur tumbuh kembali. Apabila pemakaian zoralin cream tidak kunjung
membaik setelah 4 minggu sebaiknya konsultasikan kembali kepada dokter. |
31 |
Kemasan |
Tube |
32 |
Golongan Obat |
Bebas Terbatas |
KOMPOSISI |
||||||||||||||||||||||||
1 tube 10 g Ketoconazole 2% TEA 2% Metil
paraben 0,12% Gliserin 18% Cera alba 2% Vaselin
album 25% Aquadest ad
100% |
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
FORMULA |
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
|
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
A.
VALIDASI
METODE |
- |
B. METODE PENETAPAN KADAR |
Timbang saksama lebih kurang 200 mg, larutkan dalam 40 mL asam
asetat glasial P. titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik
akhir secara potensio metrik. Lakukan penetapan blangko. 1 mL asam perklorat 0,1 setara dengan 26,57 mg C26H28Cl2N4O4 |
PENGEMBANGAN KEMASAN
PENANDAAN
PADA KEMASAN
No |
Uraian |
Etiket |
Brosur |
Kotak |
1 |
Komposisi |
Krim ketoconazole 2% |
Krim ketoconazole 2% |
Krim ketoconazole 2% |
2 |
Indikasi |
Mengobati infeksi jamur pada kulit |
Mengobati infeksi jamur pada kulit |
Mengobati infeksi jamur pada kulit |
3 |
Cara penggunaan |
Dioleskan tipis-tipis pada kulit yang terinfeksi sebanyak 2 kali
sehari |
Dioleskan tipis-tipis pada kulit yang terinfeksi sebanyak 2 kali
sehari |
Dioleskan tipis-tipis pada kulit yang terinfeksi sebanyak 2 kali
sehari |
4 |
Expire date |
Januari 2024 |
- |
Januari 2024 |
5 |
No bets |
01192901 |
- |
01192901 |
6 |
No registrasi |
DTL 1900100129A1 |
DTL 1900100129A1 |
DTL 1900100129A1 |
7 |
Logo obat |
|
- |
|
8 |
Tanda peringatan |
P no. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan |
P no. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan |
P no. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan |
9 |
HET |
Rp.10.000,- |
- |
Rp.10.000,- |
UJI STABILITAS
A.
ALAT
DAN SAMPEL
Jenis |
Uraian
|
Nama alat |
Oven |
Jumlah sampel |
1 sampel |
Sumber sampel |
Krim yang belum dikemas |
B.
KONDISI
UJI
Jenis |
Uraian |
Zona uji |
4B |
Kapan dilakukan uji |
Penyimpanan
pada suhu 37°C - 45°C selama 3 bulan tanpa ada
tanda ketidakstabilan menunjukkan bahwa produk stabil pada suhu kamar
(25°C-30°C) selama kurang lebih 1 tahun, dengan menganggap bahwa reaksi yang
terjadi pada suhu dinaikkan sama dengan reaksi yang terjadi pada suhu kamar. |
Lama uji |
1 tahun |
Interval waktu uji |
Januari – Maret |
Suhu |
45-50°C |
Kelembaban |
- |
UJI
EKIVALENSI
A.
ALAT, SAMPEL
DAN SUKARELAWAN |
||||||||||
|
||||||||||
B.
KONDISI UJI |
||||||||||
|
||||||||||
C.
CARA PENENTUAN
BIOEKIVALENSI |
||||||||||
- |
REGISTRASI OBAT
A. IDENTITAS OBAT
|
|||||||||||||||
B. PENETAPAN NOMOR REGISTRASI
|
PROSES PENGOLAHAN
Fase minyak Cera alba dan vaselin album dimasukkan ke dalam cawan penguap, lalu
dilebur diatas penangas air ( waterbath) pada suhu 500C. Fase air Gliserin dicampurkan kedalam TEA diaduk hingga homogen kemudian
ditambahkan metil paraben yang telah dilarutkan dalam aquadest panas. Pencampuran fase Fase minyak dimasukkan kedalam lumping panas,
kemudian dimasukkan ketokonazul, aduk hingga homogen, kemudian tambahkan fase
air sedikit demi sedikit melalui dinding lumpang dan diaduk hingga homogen. |
PENGUJIAN MUTU FISIK (QC)
A.
JENIS
PENGUJIAN |
|
Nama uji 1 |
ORGANOLEPTIS (FI V, 2014) |
Warna |
Putih |
Bentuk |
Setengah padat |
Bau |
Khas |
Persyaratan |
Lunak dan halus, berwarna putih |
Nama uji 2 |
HOMOGENITAS (FI V, 2014) |
Nama alat |
Kaca
objek |
Prosedur ringkas |
Uji homogenitas dilakukan dengan meletakkan sediaan diantara kaca objek atau bahan transparan lain yang cocok,
kemudian diamati susunannya. |
Persyaratan |
Homogen |
Nama uji 3 |
PENGUKURAN pH (FI V, 2014) |
Nama alat |
pH meter |
Prosedur ringkas |
Dengan cara mencelupkan stik pH meter
yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer dengan pH 7,01 dan pH 4,01
kedalam sediaan krim yang sebelumnya
telah dilarutkan dengan aquadest. Setelah tercelup
dengan sempurna, ditunggu hingga layar pada pH meter menunjukkan angka yang
stabil. |
Persyaratan |
4,5-6,5 |
Nama
uji 4 |
UJI VISKOSITAS (FI V, 2014) |
Nama alat |
Viskometer Brookfield |
Prosedur ringkas |
Krim dimasukkan ke dalam gelas beaker, kemudian
dipasang spindle ukuran 3 danrotor dijalankan dengan kecepatan 30 rpm. Catat
hasil setelah viskometer menunjukkan angka yang stabil |
Persyaratan |
Semakin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya atau semakin
kental |
Nama uji 4 |
UKURAN PARTIKEL (FI V, 2014) |
Nama alat |
Mikroskop Optik |
Prosedur ringkas |
Krim dioleskan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop |
Persyaratan |
- |
Nama
uji 4 |
PENENTUAN TIPE KRIM (FI V, 2014) |
Nama alat |
- |
Prosedur ringkas |
Pengujian ini dilakukan dengan melarutkan sediaan krim dengan salah
satu pelarut yaitu air atau minyak. Jika krim tipe M/A dilarutkan didalamair,
maka krim akan terdispersi dalam media air. Tetapi jika dilarutkan dengan
minyak, krim akan pecah, dimana air dan minyak tidak akan tercampur satu sama
lain. |
Persyaratan |
Krim tipe M/A dalam air : terdispersi sempurna dalam pelarut air Krim tipe M/A dalam minyak : tidak tercampur dalam pelarut minyak |
PENGUJIAN MUTU KIMIA
Nama uji 1 |
Penetapan
Kadar
Zat
Aktif |
Jumlah sampel lengkap |
- |
Nama alat |
- |
Kondisi uji |
- |
Prosedur ringkas |
- |
Persyaratan |
- |
Nama uji 2 |
Keseragaman
Kandungan |
Jumlah sampel lengkap |
- |
Nama alat |
- |
Kondisi uji |
- |
Prosedur ringkas |
- |
Persyaratan |
- |
KESIMPULAN
Jenis
|
Uraian
|
Kesimpulan
|
Salep ketokonazol setelah dilakukan beberapa rangkaian
pengujian, maka salep ketokonazol aman
digunakan. |
Rekomendasi
|
- |
Lain-lain |
- |
DAFTAR PUSTAKA
Ani, Nur. 2016. Formulasi Tablet Paracetamol Secara
Kempa Langsung dengan Menggunakan Variasi Konsentrasi Amilum Ubi Jalar (ipomea
batatas Lamk.) Sebagai Penghancur. As-Syifaa, 8(2): 64-74.
Damayanti, S., S. Ibrahim., K. Firman., D.H.
Tjahjono. 2003. Penetapan Secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Indonesian
Journal of Chemistry, 3(1): 9-13.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Ditjen POM.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Ditjen POM.
Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode
dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 1(3): 117-135.
Kriswanto., A. Permanasari., S.S. Fatimah. 2014.
Pengembangan dan Uji Validasi Metode Analisis Kadar Parasetamol dan Kafein
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal
Sains dan Teknologi Kimia, 5(1): 51-59.
Leboe, Dwi Wahyuni., E. Wahyudin., T. Naid. 2015.
Studi Bioekivalensi Amoksisilin Generik dan Dagang menggunakan Matriks Urin. JF FIK UINAM, 2(3): 121-127.
Martin, Alfred., J.
Swarbrick., A. Cammarata. 1993. Farmasi
Fisika: Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta: UI Press.
Mims Indonesia Online
Neal, M.J. 2015. At
a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Rowe, Raymond C., P.J.
Sheskey., M.E. Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press.
Sari, Devia Permata., T.N.S. Sulaiman dan O.R.
Mafruhah. 2013. Uji Disolusi Terbanding Tablet Metformin Hidroklorida Generik
Berlogo dan Bermerek. Majalah Farmaseutik,
9(1): 254-258.
Sukandar, Elin Yulinah., R. Andrajati., J.I. Sigit.,
I.K. Adnyana., A.A.P. Setiadi., Kusnandar. 2008. Iso Farmakoterapi Edisi 1. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.
Syahputri, Mimi V. 2006. Pemastian Mutu Obat: Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan Terkait Vol. 1.
Jakarta: EGC.
Trihapsoro, Iwan. 2003. Dermatitis Kontak Alergi Pada Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Medan : USU Digital Library.
Yahaya,
N., M.M. Sanag.i, H. Nur., W.A.W. Ibrahim., S. Kamaruzaman., H.Y.A. Enein. 2014. Solid-phase Membrane Tip Extraction Combined
With Liquid Chromatography for The Determination of Azole Antifungal Drugs in
Human Plasma. Journal of The Royal Society of Chemistry, 6, 3375-3381.