Monday 25 May 2015

Farmasetika Dasar " KAPSUL"

KAPSUL

Berasal dari bahasa latin, yaitu kapsula (kotak kecil), keras ( menurut molthe dan dublenc/ prancis / 1833), lunak ( menurut Murdock / inggris/ 1847)
Menurut FI IV : kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.



KEUNTUNGAN KAPSUL
1.      Meningkatkan stabilitas, menutupi bau dan rasa yang tidak enak
2.      Penyerapan lebih cepat dibandingkan tablet atau pil
3.      Mudah pengguanan dibandingkan serbuk
4.      Dapat mengubah obat cair menjadi obat padat
5.      Dapat dilakukan pengaturan pelepasan obat
6.      Cocok untuk peracikan extemporaneous ( dosis dan komposisi obat mudah dikombinasikakn sesuai dengan keinginan pasien)
7.      Dapat dibuat sediaan cair dengan konstanta tertentu
8.      Dapat digunakan untuk depot kapsul dan enteric coated copasul

KETERBATASAN SEDIAAN KAPSUL
1.      Kesulitan untuk menekan pada beberapa pasien
2.      Tidak dapat digunakan untuk bahan yang bersifat afloresan ( kapsul akan lunak ) dan deliquescent ( kapsul akan rapuh dan mudah pecah)

BAHAN OBAT YANG DIMASUKKAN KEDALAM KAPSUL
1.      Bahan obat yang peka oksidasi , termolabil, dan higroskopis , tidak diracik dalam bentuk lain , melainkan dikapsulkan tanpa pemanasan
2.      Bahan obvat yang memilki bau yang tidak enak
3.      Campuran serbuk ynag mudah meleleh
4.      Bahan yang tidak larut dalah cairan
5.      Bahan yang tidak larut dalam cairan berminyak dapat dikapsulkan dalam bentuk suspensi atau emulsi sebagai kapsul gelatin lunak.
6.      Bahan obat padat jika dimasukkan kedalam kapsul gelatin lunak harus dilarutkan atau disuspensikan.

PERSYARATAN PIL  (IV)
1.      Keseragaman sediaan ( keseragaman bobot dan keseragaman kadungan)
2.      Disolusi , yaitu konsentrasi cairan zat aktif dalam tubuh
3.      Waktu hancur

KESERAGAMAN BOBOT
Untuk kapsul lunak berisi cairan atau untuk produk yang mengandung zat aktif lebih besar dari 50 mg atau 50% dari bobot per kapsul
DISOLUSI
Tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak, kecuali dinyatakan dalam masing-masing monografi
Misalnya kapsul amoxixilin dalam waktu 90 menit harus larut tidak kurang dari 80 % amoksisilin yang tertata pada jumlah etiket.

CARA PEMAKAIAN
1.      Per- oral
2.      Perektal
3.      Per. Vaginal
4.      Topical

KAPSUL KERAS

PENGERTIAN KAPSUL KERAS
Kapsul keras adalah kapsul yang din=buat dari cangkang keras yang umumnya dibuat dari gelatin , dengan bahan obat dan bahan tambahan lainnya.

BAHAN PENYUSUN CANGKANG KAPSUL KERAS
1.      Polimer, seperti gelatin, hypermollose, air
2.      Zat warna, missal berbagai oksidasi besi
3.      Bahan optic atau pemburam , misal TiO2
4.      ­bahan pendispersi, pengawet

 KEUNTUNGAN CANGKANG KAPSUL KERAS
1.      Memilki biovaidilitas yang lebih baik disbanding tablet
2.      Memungkinkan untuk pelepasan yang cepat
3.      Mudah diformulasi
4.      Multiple filling sehingga memungkinkan untuk memudahkan control pelepasan
5.      Kapsul keras merupakan barrier yang baik terhadap oksigen diatmosfer

KETERBATASAN KAPSUL KERAS
1.      Harga relative mahal
2.      Serbuk yang jumlahnya banyak dapat menimbulkan masalah
3.      Perlu diperhatikan kelembaban udara, untuk cangkang 13-15%
4.      Kesukaran waktu menelan

PROSES PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL
1.       Larutkan gelatin 25-30%, bahan dasar kapsul berupa gelatin dilarutkan dalam air panas demineralisata, campurkan bahan tambahan, pengawet, pewarna secara homogeny
2.      Bahan dasar dimasukkan kedalam mesin pembuat kapsul dan dicetak
3.      Cangkang yang telah jadi diperiksa dengan standar cGMP , ketebalan, diameter dan cangkang kapsul
4.      Proses printing label kapsul

UKURAN KAPSUL

NO
Ukuran cangkang kapsul
Berat ( g)
1
000
1-1,5
2
00
0,6 -1
3
0
0,5-0,7
4
1
0,3-0,5
5
2
0,25-0,4
6
3
0,2-0,35
7
4
0,125-0,3
8
5
60-mg – 150 mg



BENTUK CANGKANG
1.      Tradisional
2.      Prefit
3.      Locket

JENIS  GELATIN
1.      Skin gelatin
2.      Bone gelatin

Gelatin hasil hidrolisis partial kolagen Sumbernya tulang hewan, kulit babi ( kategori A) titik isoelektrik pH 9 (basa ), jangat sapi atau kulit sapi ( katagori B) titik isoelektrik pada pH 4,7 (asam).

PROSES PEMBUATAN GELATIN
1.      Gelatin tipe A
Dengan perendaman asam lemah (asam encer ) HCL selama sehari , dinetralkan , dicuci berulang-ulang sampai asam dan garamnya hilang. Memiliki titik pengendapan protein  pada pH lebih tinggi 7,5 -9
2.      Gelatin tipe B
Umumnya bersumber dari kulit atau jangat sapi. pH isioelektrik tipe B 4,5-5,0. Dibuat dengan perendaman beberapa minggu atau bulan dengan KOH  kemudian bahan dilarutkan dalam asam , dicuci untuk menghilangkan garam yang terbentuk

Secara ekonomis, proses asam lebih disukai dibandingkan basa karena waktu prosesnya yang relative singkat. Penggunaan gelatin dalam kapsul biasanya merupakan gelatrin dari tulang atau kulit babi. Hal ini disebabkan karena gelatin dari kulit babi menhasilkan lapisan tipis dan kencang. Sedangkan gelatin dari kulit memberikan kelenturan dan kejernihan.

MATERIAL KAPSUL KERAS
1.      Serbuk
2.      Granul
3.      Pellet
4.      Masa seperti bubur (pasta)
Material yang diisikan tidak boleh melarutkan cangkangatau mengubah integritas cangkang. Masa kapsul keras terdiri dari:
a.      Pengisi : laktosa, pati, dikalsium posphat , MCC
b.      Penghancur: pregeatin nedpati, crosscarmolosa
c.       Pelicir (gelidan), fungsinya meningkatkan sifat akar dari material. Misal: talcum, magnesium stearate
d.      Pelican (lubricant), fungsinya untuk mengurangi perlengketan pada piston dan permungkaan metal
e.      Pembasah: lauril sulfat

KAPSUL LUNAK

SKALA BESAR CANGKANG KAPSUL MENGANDUNG
1.      Pewarna
2.      Bahan optic atau pemburam
3.      Pengharum
4.      Pengawet
5.      Sukrosa 5 % sebagai pemanis
6.      Penyalut enteric
7.      Kandungan air 6-13%

PEMAKAIAN KAPSUL LUNAK
1.      Oral
2.      Vaginal
3.      Rektal
4.      Topical

BENTUK CANGKANG
1.      Oblong (0,15 -25 ml)
2.      Tube (0,15- 30 ml)
3.      Miscellar (0,3 – 5 ml)
4.      Bulat kapasitas (0,05- 6 ml)
5.      Oval (0,05-6 ml)

PEMAKAIAN KAPSUL LUNAK:  untuk obat kosmetik, bahan makanan , sabun

MATERIAL PENGISI KAPSUL LUNAK
1.      Cairan tunggal
2.      Kombinasi dua cairan yang tidak bercampur
3.      Larutan obat
4.      Suspense obat
Pembawa yang digunakan:
1.      Water immiscible ( mudah menguap atau tidak ). Misal PEG 400, PEG 600
PERSYARATAN: cairan yang digunakan kandungan air tidak lebih dari 5 %, pH 2,5 – 7,5 %

KEUNTUNGAN KAPSUL LUNAK
1.      Sesuai untuk obat cair
2.      Dapat ditutup kedap udara, terutama zat yang mudah etroksidasi
3.      Mengurangi debu dalam pembuatan
4.      Tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran
5.      Penampilan lebih elegan,
6.      Mudah ditelan

KERUGIAN KAPSUL LUNAK
1.      lebih mahal dibandingkan tablet dan kapsul keras , karena memerlukan mesin dan keahlian khusus
2.      Meningkatkan interaksi antara isi dan cangkang

PEMBUATAN KAPSUL LUNAK
1.      The plate procces
a.      Letakkan lembaran hangat dalam gelatin dibagian dalam dasar Loyang (plate)
b.      Tuangkan cairan obat
c.       Letakkan lapisan kedua dari gelatin
d.      Letakkan bagian atas lempengan yang berfungsi sebagai cetakan pada bagian atas
e.      Tekan cetakan untuk membuat bentuk yag diinginkan dan tutup kapsul secara stimultan
f.        Pindahkan dan bersihkan kapsul
2.      The rotary die process
a.      Gelatin cair dibentuk kedalam dua pita
b.      Kudua pita dibawa bersama-sama
c.       Material yang diisikan diinjeksikan diantara kedua pita
d.      Kantong-kantong gelatin yang telah diisi ditutup.
3.      The accogel mechine
Merupakan satu-satunya mesin yang digunakan untuk mengisikan serbuk kering kedalam kapsul lunak.

UKURAN DAN KAPASITAS KAPSUL LUNAK
1.      Kapsul keras
a.      Untuk manusia: 000,00,0 ,1 ,2,3,4,5
b.      Untuk hewan: 10, 11, 12
2.      Kapsul lunak
Kapasitas 1-480 minims, 1 minims = 0,06 ml

KAPASITAS RATA-RATA CANGKANG KAPSUL KERAS

TUJUAN PEMAKAIAN
NO CANGKANG
KAPASITAS (ml)
Untuk manusia
5
0,12

4
0,21

3
0,30

2
0,37

1
0,50

0
0,67

00
0,55

000
1,36
Untuk hewan
10
30

11
15

12
7,5


CARA PEMBUATAN KAPSUL LUNAK
1.      Percampuran bahan
Bahan obat ditambah bahan tambahan, cara mencampurkannya sama pada seperti serbuk
2.      Pemilihan ukuran kapsul
a.      Untuk bahan obat atau campuran bahan serbuk 65 mg- 1g
1.      Bila bobot bahan obat terlalu kecil ditambah pengisi inert ( SL, Glukosa, amilum, selulosa, mikrosel)
2.      Pengisian harus penuh karena akan mempengaruhi absorbs
3.      Bila terlalu penuh  jadikan dua kapsul dan sesuaikan aturan pakai
4.      Sesuaikan dengan usia pasien
b.      Cara pemilihan ukuran kapsul
1.      Hitung bobot bahan obat atau campuran bahan obat per kapsul, misal X g
2.      Pilih cangkang kapsul dengan kapasitas yang setara atau mendekati bobot bahan obat
3.      Tara isi cangkang kapsul dengan bahan inert , misal Y g
4.      Jika X=Y, bahan obat langsung masuk kapsul
X<<Y , maka bahan obat ditambahan bahan pengisi ad Y
X>>Y, jadikan dua kapsul
c.       Metode rule of seven
1.      Hitung bahan obat perkapsul
2.      Ubah bahan   obat menjadi satuan grain  (65ml)
Misal : campuran bahan obat perkapsul 250  mg . maka beratnya adalah 250/65 mg= 3,5 grain
3.      Bulatkan hasil perhitungan keatas , misal 3,5 menjadi 4
4.      Angka pembulatan dikurangi oleh angka 7. Hasilnya adalah cangkang kapsul yang akan dipilih
Jadi 7-4= 3. Jadi ukuran cangkang kapsul yang dipilih adalab 3
3.      Pengisian kapsul
a.      Bahan obat padat
1.      Tanpa alat
-          Cara blocking/ divinding
1.      Cara nya sama seperti pembuatan serbik bagi
2.      Selanjutnya pengisian serbuk kekapsul dengan spitel atau sudip
-          Metode punching
1.      Serbuk diatas kertas dibentuk datar dengan tinggi ¼ inci
2.      Induk kapsul dibalik, ditekan –tekan pada serbuk hingga masuk semua
3.      Tutup kapsul
2. Dengan alat
   1. induk kapsul diletakkan berjajar pada alat
2. tuanhkan campuran bahan obat ke permungkaan alat dan ratakan dengan sudip hingga seluruh kapsul masuk keinduk kapsul.
3. tutup kapsul
b. bahan obat cair
1. indukk kapsul kosong ditara dengan meletakkannya diatas karbon tengahnya biji pijakan
2. teteskan campuran bahan obat sambil dihitung sesuai dengan bobot yang diminta ( meneteskan dengan tegak lurus) misal tetes n tetes
3. Tinggal meneteskan n tetes pada cangkang yang lain
4. kapsul ditutup dan dioleskan sedikit mucilage gom arab diatas induk kapsul , lalu tutup . (mucilage = 2 gom arab + 3 ml air)

4.      Membersihkan kapsul
Tujuannya:
a.      Menghilangkan sisa bahan obat pada dinding kapsul
b.      Menghilangkan rasa dan bau ynag tidak enak
c.       Mencegah rusaknya dinding kapsul
d.      Untuk memperbagus penampilan, dengan menggunakan : kain kasa/ tisu kering , tisu basah , dan NaCl granular.
5.      Wadah dan pemberian etiket ditambah label

KAPSUL SALUT ENTERIK
            Adalah kapsul ysng disalut sedemikin rupa , sehingga tidak larut dalam lambung, namun larut dalam usus.
Maksud penyalutan:
1.      Mencegah terurainya zat-zat oleh cairan lambung
2.      Mencegah rasa mual dan muntah
3.      Memperlambat aksi suatu obat
4.      Dimaksudkan untuk obat yag bekerja diusus ( anthelmentik, amoebisida)


Farmasetika Dasar " PILLULAE/PIL)


PIL
Pil adalah bentuk sediaan padat bundar kecil mengandung  bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sekarang keadaan pil mulai tergusur disebabkan adanya tablet dan kapsul.
 Menurut F III :  Pil adalah sediaan berupa masa bulat mengandung 1 atau lebih bahan obat . Menurut Eric W Martin: Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur.
Menurut Moh. Arief (2008) : Pil adalah suatu sediian bulat seperti kelereng mengandung 1 atyau lebih bahan obat.


PEMBAGIAN PIL:
1.      Boli : jika beratnya lebih dari 300 mg
2.      Pil : jika beratnya antara 60-300 mg
3.      Granul : jika beratnya kurang dari 60

KEUNTUNGAN DARI PIL:
1.      Menutupi rasa obat yang tak enak
2.      Mudah digunakan atau ditelan

KERUGIAN PIL:
1.      Kurang cocok untuk bahan yang dikehendaki
2.      Memberikan aksi yang cepat

KOMPOSISI PIL
1.      Zat aktif atau zat berkhasiat sebagai obat
2.      Bahan pengisi, gunanya untuk mwencukupkan bobot pil
Contoh : Akaaar manis (redix)
3.      Bahan pengikat, gunanya untuk mengikat semua komponen serbuk sehingga dapat dibentuk menjadi sediaan padat yang berbentuk bundar.
Contoh: sari akar manis (succus), gum akasia, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.
4.      Bahan pembasah, gunanya untuk membasahi masa pil.
Misalnya air, sirup, madu , atau bahan lain yang cocok. Secara umum digunakan aqua gliserin dengan perbandingan (1:1)
5.      Zat penabur, gunanya untuk mencegah pil lengket saat pemotongan dan dibentuk bundar. Misalnya: likopodium, talk , atau bahan lain yang cocok
6.      Zat penyalut, gunanya untuk melinndungi pil dari cahaya, udara panas, ataupun asam lambung. Misalnya prak, balsam tolu, keratin , sirlak, kolopedium, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok.

PERATURAN PEMBUATAN PIL MENURUT VAN DWIN (1974)
1.      Bobot pil antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg
2.      Zat pengisi.
Pil yang jumlahnya sedikit , hendaknya memakai redix, sekurang-kurangnya dua kali banyak succus (2:1). Jika bahan berkhasiat cukup banyak , bisa pakai propilulae  ( campuran sama banyak redix dan succus/1:1)
3.      Zat pengikat
Jika mungkin dipakai succus liqiuritiae dan pada umumnya 2 g atau 60 pil.
4.      Pada pembuatan pil harus ditambahkan cairan, tujuannya agar diperoleh suatu masa yang homogeny dan cukup baik untuk dikerjakan selanjutnya. Bisa dipakai aqua gliserinata.


BAHAN PENGIKAT LAIN:
1.      Pulvis gummosus
Merupakan campuran saccharum, PGA , dan tragacantha. Pembasahnya yaitu aqua gliserinata ( campuran air dan gliserin sama banyak), sirup simplex. Kerugiaanya adalah pil keras.
2.      Campuran succus dan saccharum
Pembasah yang digunakan aqua gliserinata, yag dipakai 75 gram untuk 100 pil.
3.      Ekstrak kental
4.      Gliserin cumtrgakan dalam gliserin pemakaian 10% trakan dalam gliserin.
5.      Adepslanae dan vaseliun album, digunakan untuk bahan yang peka terhadap air. Bahan yang bereaksi satu dengan yang lainnya dengan adanya air. Misalnya, suatu asam dan bikarbonat (meditreen, aspirin, bikarbonat)

PIL DENGAN BAHAN PENGISI KHUSUS
1.      Folia digitalis, dengan adanya air glikosida terurai karena enzim yang menjadi aktif sehingga glikosida jantungnya tidak berkhasiat lagi. Pengikat yang digunakan oleum cacao.
2.      Asetosal dengan adanya air dari bahan pengikat atau pembasah dapat menyebabkan asetosal terhidrolisis menjadi asam salisilat  yang toksik terhadap lambing dan asam asetat. Pengikat yang digunakan adalah  oleum cacao , adeps lanae.
3.      Pi9l dengan extractum gentian bereaksi basa. Bila diberikan bersamaan dengan zat lain maka akannn melepaskan gas. Zat pengikat yang digunakan adeps lanae atau Vaseline
4.      Pil dengan garam-garam fero, harus dibuat dengan tolu balsam untuk mencegah oksidasi oleh udara.
5.      Pil dengan bahan oksidator . pengisi yang digunakan adalah bolus alba 100 mg/pil setiap berat bahan oksidator 25mg/pil. Pil dengan pengisi bolus alba sulit dipecah oleh lambung , sehingga sebagian bolus alba diganti dengan natrium bikarbonat (nabic). Bahan pengikat yang digunakan adalah adepslanae atau vaselin kurang 1/6 zat padat

PERSYARATAN PIL
1.      Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compressi
2.      Memenuhi keseragaman bobot pil
3.      Pada penyimpanannya, bentuknya harus tetap, tidak begitu keras , sehingga hancur dalam saluran pencernaan.

MEMENUHI KESERAGAMAN BOBOT
1.      Timbang pil satu persatu
2.      Hitung bobot rata-rata
3.      Penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata:

No
Bobot rata -rata
Penyimpangan rata-rata
12 pil
18 pil
1
100-250 mg
10%
20%
2
250-500 mg
75%
15%

MEMENUHI WAKTU HANCUR
Seperti yang tertera pada compressi 36-38 Oc pil selama:
1.      15 menit untuk pil yang tidak bersalut
2.      60 menit untuk pil yang bersalut

CARA PEMBUATAN PIL
1.      Dibuat masa pil dengan cara mencampurkan serbuk obat, zat pengisi , zat pengikat digerus halus.
2.      Setelah campuran serbuk ditetesi dengan pembasah (aqua gliserinata ) sambil digerus dan ditelan supaya diperoleh masa yang saling mengikat atau plastis.
3.      Pemberian aqua gliserinata untuk mencegah pil supaya tidak terlalu mengeras karena  gliserin tidak mudah menguap . tetapi pemberiannya jangan terlalu banyak  karena jika kebanyakan pil menjadi lembek.

CETAKAN PIL
1.      Pillen plank
2.      Pillen roiwler

Thursday 21 May 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ”PEMBUATAN IODOFORM“

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PEMBUATAN IODOFORM

OLEH
Nama : Fatma Zahra
No bp : 1404045
Kelas : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG

2015


I.                   TUJUAN
1.1 Mengetahui cara pembuatan iodoform dari reaksi iodium dalam KI dan NaOH dalam aseton
1.2 Memahami proses haloform

II.                TEORI DASAR
Kloroform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin etanol atau aseton dan asetaldehid dalam suasana basa. Iodoform adalah zat yang padat kuning dan bau yang khas. Iodoform banyak digunakan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai antiseptic terhadap luka-luka lecet , karena membebaskan I2 yang akan membunuh bakteri. Selain itu juga masih dalam bidang kedokteran , iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan mencegah pertumbuhan bakteri
Rumus molekul iodoform adalah CHI3.
Iodoform pertama kali disintesis oleh George serulas pada tahun 1882 dan rumus molekul diidentifikasi oleh jean baptieste paumas pada tahun 1834.hal ini disentesis oleh reaksi holoform reaksi iodium dengan salah satu dari empat jenis senyawa organic yaitu metil keton, asetaldehid , etanol dan alcohol tersier tertentu.

Reaksi iodium dengan basa metil keton akan menghasilkan endapan bewarna kuning pucat  (iodoform test). Selain dari warnanya iodoform dapat dikenali dari baunya yang khas yaitu berbau seperti  obat.
Sifat- sifat dari iodoform:
1.      Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil akan menghasilkan cis (1-etilguinaloline-4trimetilnaiomine).
2.      Iodoform dan kalium padat membentuk Cl4
3.      Iodoform dapat dihidrogenasi ditomenasi
4.      Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NaOH alkoholat karbilamine membentuk isosianida
5.      Iodoform dapat dihidrolisis dengan kuat
6.      Iodoform bila diredksi dengan Na2AsO4 akan membentuk metilen iodide
7.      Iodoform bila direaksikan dengan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu pada lapisin piridin, setelah dipanaskan sebentar.
8.      Jika iodoform dipanaskan dalam satu tabung kering akan timbul uap bewarna violet dari iodium.
9.      Tes dengan larutan AgNO3 tidak memberikan endapan kuning perak
10.  Tidak bereaksi dengan HgO

sifat fisika iodoform
1.      Bentuk berupa Kristal kuning berkilauan
2.      Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3.      Titik lebur 119-123 OC
4.      Berat jenis 4,00 gr/ml
5.      Berat molekul 393,73
6.      Komposis C=3,05 g, H= 6,266 g, I = 96,496 g
7.      Mudah menguap pada suhu kamar
8.      Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2 , CO , I2 , H2O
9.      Memiliki bau ynag khas
10.  Sukar larut dalam air, dan mudah dalam alcohol
11.  Perlahan-lahan larut dalam pentaiodida atom

Reaksi Iodoform merupakan reaksi haloform yang memakai larutan Iodin dengan NaOH encer.
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi  (halogenasi pada dasarnya ialah reaksi subtansi atau penggantian karena atom hydrogen menggantikan posisi hydrogen dalam struktur. Dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan NaOH sebagai katalisator. Iodform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptic . antiseptic merupakan zat yang bekerja bakteriostatik , biasanya dipakai pada kulit mukosa, dan melawan bakteri pada luka. Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja pada bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Reaksi iodform sering digunakan untuk menentukan struktur bila untuk mengidentifikasinya terdapat salah satu dari dua gugus , yaitu gugus keton dan aldehid.

Senyawa-senyawa selain gugus ini bereaksi dengan iodin dan naoh memberikan endapan kuning terang , dari iodoform, senyawa yang mengandung gugus –CHOHCH3 memberikan pengujian positif iodoform bila terlebih dahulu dioksidadi menjadi metil keton. Gugus metil keton  kemudian baru bereaksi dengna iodium dan ion –OH sehingga menghasilkan iodoform.
Persamaan reaksinya:

Bila gugus dari –COCH3  atau –CHOHCH3 berfungsi sebagai yang diserang maka dapat berbentuk asil, alkil atau hydrogen . selanjutnya dengan cara yang sama untuk etil alcohol dan asetaldehid juga memberikan uji positif iodoform.

III.             ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Gelas kimia
2. Corong
3. Desikator
4. Pompa isap
5. Kertas saring
6. Penangas air
7. Timbangan

3.2 Bahan
1. KI
2. Aseton
3. NaOH 10%
4. Iodium
5. Methanol atau etanol
6. Air

3.3 Cara Kerja
1. Buat larutan iodin seperti berikut:
3,125 g iodin dan 6,25 g KI larutkan dalam 100 ml pada gelas kimia kocok hingga semua zat larut
2. Tambahkan 3 ml aseton dan 15 ml NaOH 10% sambil diaduk –aduk
3. Setelah terbentuk endapan saring dengan memakai pompa iasap sampai kering
4. Kemudian Kristal yang terbentuk dicuci dengan air 2-3 kali
5. Murnikan Kristal iodoform dengan cara berikut:
a. Larutkan iodoform dengan sedikit etanol (Alkohol) ,panaskan dan saring untuk memisahkan kotoran
b. Kepala filrate tambahkan air iodoform  mengendap sempurna sebagai Kristal kuning
c. Panaskan campuran untuk mengumpulkan Kristal dengan penangas air
d. Dinginkan dan saring dengan memakai pompa isapp
e. Cuci endapan iodoform dengan memakai pompa isap
f. Cuci endapan iodoform dengan air dan biarkan kering dalam desikator.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat iod : 3,1729 g
Berat KI = 6,3 g
Berat iodoform kering = 0,9145 g
Warna Iod = hitam
Warna KI = kuning
KI + air 100 ml = kuning
Warna kuning + iod menjadi hitam kekuningan .
Warna hitam + aseton + naoh warna menjadi krim.
Setelah lama diaduk , dibawah gelas reaksi ada endapan iodoform warna kuning dan diatas larutan bewarna pink.
Reaksi pembuatan iodoform:

CH3CH3C=O +3I2 + NaOH ---->    CHI3 + CH3C=O +ONa +3 NaI.3H2O

3 MOL I2  sebanding dengan mol CH3
I mol I2 = gram I2 / mr I2 = 3,172 g/ 393,7 g = 8, 06 mol
Mol CH3 = 1/3 mol I2 = 1/3 x 8,06 mol = 2,69 mol
Berat CHI3 = mol x mr CHI3 = 2,69 x 393,7 = 1,059 g
% randemen = berat kering / berat basah x 100%
= 0,9145/ 1,059 x 100% = 86,5 %

4.2 Pembahasan
Pada pembuatan iodoform , iod dan KI ditimbang terlebih dahulu, didapat berat iod 3,1729 g dan KI 6,3 g. kemudian keduanya dimasukkan kedalam gelas piala ditambah dengan air 100 ml . Ki dimasukkan terlebih dahulu dari iodium , setelah KI larut baru dimasukkan iodium . hal ini dikarenakan iodium larut dalam KI . dari percampuran ini diperoleh warna larutan hitam kekuningan. Setelah ditambah aseton dan NaOH warnan larutan berubah menjadi krim . disini NaOH bertindak sebagai katalis , yaitu zat yang dapat mempercepat reaksi . setelah lama diaduk , dibawah gelas pial;a terdapat endapan kuning dan itu adalah iodoform , sedangkan, sedangkan diatasnya ada larutan bewarna pink.
Setelah dilakukan penyaringan, dilakukan rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang cocok.
Untuk mengumpulkan Kristal , pada percobaan dipakai etanol yang dipanaskan pada Bunsen. Setelah Kristal terkumpul , etanol dibuang dan dilakukan pemurnian serta penyaringan kembali.
Dari percobaan yang kami lakukan ,kami melihat hanya sedikit Kristal iodoform yang terbentuk . hal ini mungkin disebabkan karena sebelum dicampurkan dengan air 100 ml , Iod dan KI telah tercampur terlebih dahulu. Seharusnya Ki yang didahulukkan baru Iod.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan , kami mendapatkan berat CHI3 1,059 g. dan persentasa rendemen dari percobaan 86,54%

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
       5.1 Kesimpulan
1. Iodoform dibuat dengan cara mereaksikan Iodium dengan KI kemudian ditambah aseton                     dan NaOH , NaOH bertindak sebagai katalis
2. Reaksi Haloform merupakan reaksi iodoform  yang memakai larutan Iodin dan NaOH                         encer

       5.2 Saran
Dalam percobaan ini sebaiknya sebelum KI dicampur dengan air 100 ml , KI dimasukkan terlebih dahulu , baru iodium. Selain itu dalam percobaan dibutuhkan kehati-hatian terutama saat menggunakan alat –alat yang terbuat dari kaca

      DAFTAR PUSTAKA
      Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta. Bina                           Aksara.
     Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
     Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB
     Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
      Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB