Tuesday 11 July 2017

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

1.      KEGUNAAN
a.       Untuk memeriksa komposi campuran
b.      Menentukan kondisi percobaan kromatografi kolom
c.       Mengetahui kesempurnaan reaksi
d.      Identifikasi obat, ekstrak tanaman, preparat biokimia
e.       Mendeteksi kontaminan dan pemalsuan

2.      KEBAIKAN
a.       Peralatan sederhana
b.      Waktu dibutuhkan singkat
c.       Jumlah zat kecil
d.      Teknik pengerjaan sederhana
e.       Proses lebih cepat dan lebih terulang
f.        Untuk peenyempurnaan pemisahan dapat dibuat campuran absorban
g.      Daerah bercak lebih mampat dan jenis reaksi penyemprot lebih banyak

3.      KEBURUKAN
a.       Pembuatan lempeng memerlukan waktu

4.      PRINSIP
Pemisahan berdasarkan penyerapan, partisi atau gabungannya

5.      METODE PEMISAHAN
      lapisan  pemisah tipis yang terdiri atas butir penyerap atau penyangga dilapiskan pada lempeng kaca, logam dan lain-lain. Untuk mendapatkan kondisi jenuh dalam bejana kromatografi, dinding bejana dilapisi dengan lembaran kertas saring , fase gerak dituang kedalam bejana sehingga kertas saring basah dan dalam bejana terdapat fase gerak setinggi 5-10 mm . bejana ditutup dan dibiarkan selama 1 jam pada 20-250
        Sebelum digunakan, lapisan tipis pada tepi vertikal lempeng selebar kira-kira 5 mm dihilangkan. Larutan yang diperiksa ditotolkan dalam bentuk bercak bundar dengan garis tengah 2-6 mm atau dalam bentuk pita 20 mm x 2-6 mm (kecuali disebutkan lain). Larutan ditotolkan pada garis sejajar dengan tepi bawah, yaitu 20 mm dari tepi bawah, tidak kurang dari 20 mm dari tepi samping , jarak antar bercak  tidak kurang dari 1,5 cm. Jarak rambat dari garis awal adalah 15 cm atau jarak lain yang disebutkan dalam monografi, dan pada jarak tersebut diberi tanda.
      Lempeng dimasukkan kedalam bejana kromatografi dengan posisi setegak mungkin dan bercak terletak diatas permungkaan fase gerak. Bejana ditutup dan dibiarkan pada suhu 20-250, kecuali disebutkan lain dalam monografi , sampai fase naik mencapai tanda batas atas. Lempeng diangkat, dikeringkan, dan ditempatkan seperti yang disebutkan dalam monografi.
      Hal penting yang harus diperhatikan pada teknik penyemprotan adalah larutan penampak bercak harus tersebar dalam bentuk kabut yang halus dan merata.

6.      HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN PELARUT
a.       Pelarut harus murni
b.      Campuran maksimal 2 atau 3 kali
c.       Komposisi pelarut berubah karena penyerapan atau penguapan
d.      Komponen pelarut bereaksi satu sama lain
e.       Eter atau kloroform harus mengandung 0,5-1% etanol

7.      CONTOH PELARUT YANG DIGUNAKAN
n-heksan, heptan, benzen, kloform, aseton, etanol , metanol, etil asetat, dietil eter

8.      ADSORBEN YANG DIGUNAKAN
Silika gel, alumina, tanah diatom, serbuk selulosa

9.      FASE YANG DIGUNAKAN
a.       Fase normal
-          Fase diam : senyawa polar, seperti Silika gel, alumina, tanah diatom, serbuk selulosa
-          Fase gerak : senyawa non polar, berupa pelarut organik
b.      Fase terbalik
-          Fase diam : senyawa non polar, seperti C8, C18
-          Fase gerak : senyawa polar, seperti metanol, air , dietil eter

10.  DETEKSI BERCAK
a.       Secara umum:
-          Uap iodium
-          H2SO4 pekat
-          H2SO4 ditambah kalsium bikromat
-          H2SO4 ditambah asam nitrat
b.      Secar khusus
-          Menggunakan pereaksi, seperti pereaksi E.Stahl dan K. Macek
-          UV à Absorbansi 254 nm, floresensi 366 nm

11.  ISOLASI KOMPONEN CAMPURAN (PADA KLT PREPARATIF)
a.       Bercak disedot dengan vakum
b.      Bercak dikorek dengan spatula, disari dengan pelarut polar, disaring dengan gelas sinter

12.  ANALISIS KUANTITATIF PADA KLT
a.       Dengan membuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan luas bercak
b.      Fotodensitometer
c.       Isolasi dan menyari bercakà dilakukan spektrofotometri

13.  BEDA KLT DENGAN KLT DENSITOMETRI
Pada KLT hanya diketahui nilai Rf, sedang pada KLT Densitometri selain Rf juga diketahui luas AUC (daerah dibawah kurva)

14.  PRINSIP KLT DENSITOMETRI
Analisis instrumental yang didasarkan pada interaksi elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak atau noda pada lempeng KLT

15.  ANALISIS KUANTITATIF PADA KLT DENSITOMETRI
a.       Langsung pada lempeng KLT, densito akan bekerja secara serapan atau floresensi
b.      Densito punya semburan cahaya monokromator untuk memilih panjang gelombang yang cocok
c.       Lansung dilewatkan pasa sinar UV

Sumber:
“Analisis Fisikokimia : Kromatografi Volume 2
Oleh : Prof. Dr. Harmita, Apt.
Penerbit: buku kedokteran EGC


KROMATOGRAFI KERTAS

KROMATOGRAFI KERTAS

1.      KEGUNAAN
a.       Pemisahan senyawe organik : obat, makanan, kosmetik
b.      Analisis biokimia apabila jumlah sampel terbatas

2.      KEBAIKAN
a.       Sederhana
b.      Murah
c.       Cepat
d.      Pemisahan tidak perlu terus menerus ditunggu
e.       Cocok untuk mikrosampel
f.        Pemisahan campuran dengan struktur hampir sama

3.      KEBURUKAN
a.      Tidak bisa digunakan pereaksi yang bersifat korosif

4.      SIFAT KERTAS YANG DIGUNAKAN
a.       Afinitas besar terhadap air
b.      Bersifat reduktor

5.      MEKANISME PEMISAHAN: partisi
PRINSIP: partisi multiaplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang tidak saling campur. Partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa (air dan fase gerak) yang melewatinya berupa pelarut organik ytang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.

6.      NILAI YANG DIHITUNG: Rf (faktor retardasi)
Rf        = jarak yang ditempuh bercak / jarak pelarut
Rf dipengaruhi oleh kondissi percobaan :
a.       Suhu
b.      Ukuran bercak
c.       Kualitas kertas
d.      Kejernihan bejana kromatogram
e.       Waktu perambatan

7.      ALAT PADA KROMATOGRAFI KERTAS
a.       Bejana tertutup à mencegah penguapan pelarut
b.      Pipa kapiler à penontolan
c.       Penyemprot à menghasilkan butiran halus
d.      UV à pengamat bercak

8.      METODE PEMISAHAN
a.       Menurun
Bejana ditambahkan lubang pemasukan pelarut , bak pelarut, dan batang penahan kertas. Keuntungannya lebih cepat karena pelarut mengalir dari atas kebawah

b.      Menaik
Menggunakan bejana sederhana, bisa tabung reaksi atau gelas ukur. Gunanya untuk penentuan sistem pelarut yang cocok. Caranya kertas ditotoli sampel, masukkan kedalam pelarut tapi sampel tidak terendam, maka pelarut akan merambat keatas melalui totolan sampel oleh daya kapiler. Keuntungannya keseimbangan tercapai dan bercak jelas.

c.       Dua dimensi
Terjadinya elevasi berturut-turut dalam arah yang tegak lurus.  Bisa menaik ataupun menurun. Caranya kertas diangkat, dikeringkan, putar 900, kemudian lakukan elusi kedua dengan pelarut yang beda. Keuntungan : pemisahan sempurna karena kombinasi dua pelarut.

d.      Melingkar
Guna : pemisahan campuran dengan cepat.
Cawan petri tertutup dapat digunakan sebagai wadah pelarut. Kertas yang digunakan berbentuk melingkar yang pada pusatnya diberi sumbu untuk mengalirkan pelarut. Sampel ditotolkan disekitar pusat kertas , kemudian kertas diletakkan secara horizontal sehingga sumbu tercelup dalam pelarut. Karena kerja kapiler, pelarut bergerak kearah tepi kertas sambil membawa komponen-komponen campuran . bercak-bercak yang terjadi berupa garis lengkung dengan diameter makin panjang bila bercak makin ketepi.


9.      SISTEM PELARUT
a.       Fase normal
-          Fase diam : senyawa polar , seperti air
-          Fase gerak : senyawa non polar, seperti alkohol, asam, aseton, ester, amin , fenol, hidrokarbon atau campuran pelarut
b.      Fase terbalik
-          Fase diam : senyawa non polarà jika kertas dilapisi senyawa hidrofobik seperti lateks karet, minyak silikon
-          Fase gerak : senyawa polar
Fase terbalik digunakan untuk pemisahan senyawa asam lemak atau senyawa non polar

10.  DETEKSI BERCAK
a.       UV : pada panjang gelombang:
-          254 nm : jika bercak tidak bewarna
-          365 nm : untuk zat yang berflouresensi
b.      Disemprot pereaksi kimia
c.       Pengamatan hambatan bakteri dengan meletakkan potongan kertas pada medium biakan tertentu.

11.  IDENTIFIKASI ZAT PEMBANDING
Pada sehelai kertas dibuat tiga kromatogram, yaitu pertama untuk sampel, kedua untuk pembanding, dan ketiga untuk campuran sampel dan pembanding. Jika sampel sama dengan pembanding, ketiga kromatogram akan memberikan warna dan harga Rf yang sama dan kromatogram campuran akan memberikan bercak tunggal.

Sumber:
“Analisis Fisikokimia : Kromatografi Volume 2
Oleh : Prof. Dr. Harmita, Apt.

Penerbit: buku kedokteran EGC

Monday 10 July 2017

Kimia Farmasi Kapita Selekta : Analisis Obat yang Mengandung Vitamin B1, B6, dan B12

Bagi teman-teman yang mau lihat mengenai analisis obat yang mengandung vitamin B1, B6 dan B12 bisa klik di link berikut:


PERAN PEMUDA DALAM REVITALISASI KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA

PERAN PEMUDA DALAM REVITALISASI KEARIFAN LOKAL DI INDONESIA
Oleh : Fatma Zahra

Menurut UU No. 40 Tahun 2009, Pasal 1 ayat 1 Pemuda adalah warga  negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Kepemudaan adalah berbagai hal yang berkaitan dengan potensi, tanggung jawab, hak, karakter, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang berfungsi. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Kearifan lokal adalah kumpulan pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam kebudayaan suatu kelompok manusia, yang merupakan hasil pengamatan selama kurun waktu yang lama . Pada dasarnya kearifan lokal atau kearifan tradisional dapat didefinisikan sebagai pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pengetahuan kebudayaan yang berkenaan dengan model-model pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur lingkungan, fungsi lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya tercipta antara manusia dan lingkungan alamnya.
Kearifan lokal lahir dan berkembang dari generasi ke generasi seolah-olah bertahan dan berkembang dengan sendirinya. Pada dasarnya, tidak ada ilmu atau teknologi yang mendasarinya. Kearifan lokal meniscayakan adanya muatan budaya masa lalu dan berfungsi untuk membangun kerinduan pada kehidupan nenek moyang  yang menjadi tonggak kehidupan masa sekarang.  Kearifan lokal dapat dijadikan jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang, generasi nenek moyang dan generasi sekarang. Jadi kearifan lokal dapat dijadikan simpai perekat dan pemersatu antar generasi.
Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih dari 17.504 pulau. Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang dipegangnya yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.
Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnya kearifan local tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jati dirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya. Kita sendiri, bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset yang tidak ternilai tersebut. Sungguh kondisi yang kontradiktif. Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian melestarikan warisan budaya yang sampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak punah. Akan tetapi melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable). Jadi bukan pelestarian yang hanya mode sesaat, berbasis proyek, berbasis donor dan elitis (tanpa akar yang kuat di masyarakat). Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal para siswa, skripsi para sarjana dan disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas, terlebih kepada pemuda sebagai agen dalam revitalisasi kearifan lokal.


:::::Diambil dari berbagai sumber:::::::