Thursday 10 May 2018

GASTRO RETENTIVE DRUG DELIVERY SYSTEM (GRDDS)



1.    PENGERTIAN
Gastroretentive Drug Delivery System (GRDDS) merupakan system penghantaran obat dimana sediaannya dapat dipertahankan didalam lambung.

2.     KEUNTUNGAN
-          Meningkaatkan ketersediaan hayati
Contoh : furosemide, diltiazem
-          Mengurangi frekuensi pemberian
Contoh: metformin, claritromisin
-          Digunakan untuk pengobatan penyakit refluks gastro asophageal.
Contoh: omeprazole
-          Untuk obat disolusi lama banyak pada cairan lambung.
Contoh:  furosemide, famotidin

3.     KEKURANGAN
-          Cairan yang diberikan dalam jumlah yang besar
-          Kelarutan
-          Stabilitas
-          Terjadi fisrt pass metabolisme
-          Mengiritasi lambung


4.     FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOSONGAN LAMBUNG
-          Berat jenis bentuk sediaan
-          Bentuk dan ukuran sediaan
-          Makanan yang masuk dan keadaaan alami
-          Pengaruh jenis kelamin, umur dan posisi tubuh.

5.     PEMILIHAN OBAT PADA GRDDS
-          Obat yang aksi utama dilambung
Contoh : antacid dan misoprostol
-          Obat yang absorbs utama dilambung
Contoh: furasemid, clordiazepoxide suplemen kalsium
-          Obat yang terdegredasi pada ph tinggi
Contoh : captopril
-          Obat yang tidak stabil pada colon atau intestine
Contoh: metronidazole., ranitidine HCL
-          Obat basa lemah atau obat yang kelarutanya baik dalam ph rendah
Contoh: verapamil, diazepam.
                                                             
6.     OBAT YANG TIDAK SESUAI UNTUK GRDDS
-          Kelarutan dalam asam rendah
Contoh: phenytoin
-          Tidak stabil pada daerah lambung
Contoh: critromisin
-          Obat yang pelepasannya selektif didaerah kolon.

7.     PENDEKATAN DARI GRDDS
a.      Floating
Adalah suatu system dengan densitas yang rendah (-1,004 g/cm3) bila dibandingkan dengan cairan lambug sehingga dapat mengapung didalam lambung.
b.      Non floating / high density (sinking)
Adalah formulasi sediaan dengan berat jenis lebih besar daripada berat jenis normal cairan lambung (-1, 004 g/cm3).
c.       Bioadhesif / mocoadhesif
Adalah suatu system bioadaesif yang dapat melekat pada permungkaan mukosa lambung.
d.      Swelling
Adalah system penghantaran yang dapat meningkatkan ukuran obat dengan segera sesudah obat tersebut tertelan sehingga tertahan didalam lambung, system dengan densitas yang besar sehingga ketika masuk lambung akan segera tenggeam didalam bagian lekukan lambung.
e.       System magnetic
Adalah suatu system yang menggunakan magnet sangat kecil yang ditempatkan pada lambung .
Sebagai magnet digunakan neodymium iron-iron magnet, selain itu digunakan microcristalin selulosa dan hidroksipropil selulosa H pilimer
f.       Pertukaran resin ion.
Disini bikarbonat berikatan dengan obat yang bermuatan negative, sediaan dienkapsulasi dengan suatu membrane yang semipermeable untuk mencegah hilangnya CO2, setelah sampai dilambung bikarbonat dan ion lorida bertukar tempat sehingga menghasilkan CO2.

8.     FLOATING SYSTEM
-          Sediaan ini mempunyai massa jenis kurang dari cairan lambung sehingga dapat mengapung didalam lambung tanpa dipengaruhi oleh kecepatan pengosongan lambung untuk periode waktu yang panjang dan obat dilepaskan secara lambat dengan kecepatan yang diinginkan dari system ,

-          Persyaratan utama dari system penghantaran obat floating adalah:
Ø  System harus dapat melepaskan obat secara lambat dan dapat digunakan sebagai reservoir obat.
Ø  System harus dapat mempertahankan massa jenis lebih rendah daripada cairan lambung.
Ø  System harus membentuk suau lapisan gel yang kohesif.

-          Floating system berdasarkan mekanisme mengapung dikelompokkan dalam 3 bagian:
1.      Non effervescent
·         System dibuat dengan dengan bahan pembentuk gel menggunakan matriks yang memiliki daya pengembang yang tinggi  seperti selulosa, jenis hidrokoloid, polisakarida dan polimer seperti polikarbonat, poliakrilat , polimetakrilat dan polisitren.. hidrokolid akan mengembang ketika kontak dengan cairan lambung.
·         Mekanisme:
System dengan gel pembntuk hidrokoloid apabila kontak dengan cairan lambung setelah pmberian oral dan mempertahankan bentuk buld density kurnag dari lingkungan lambung. Seanjutnya udara yang terperangkap pada pengembangan polimer memberikan daya mengapung sediaan.
Eksipien yang digunakan pada umumnya HPMC, poliakrilat, carbopol, agar, sodium klorida, alginate , polietilen oksida, dan polikarbonat.
Tipe-tipe system ini adalah:
a.       Hydrodynamically balanced system
Pada formula terdiri dari hidrkoloid pembentuk gel (20-70%) seperti HEC, HPMC, CMC , atau kapsul,
b.      Microballons/ hollow macrospheres
Polimer yang umumnya digunakan  adalah polikarbonat, celulosa asetat, calcium alginate, eudragit, agar dan methoxilat pectin. Dibuat dengan cara penguapan pelarut.
c.       Aginat beads
Dibuat dengan cara meneteskan larutan Na alginate dalam larutan berair calcium klorida dan menyebabkan pengendapan kalsium alginate. . endapan dipisahkan dan dikeringkan dengan menggunakan freze drying.
d.      Microporous compartement system
Prinsipnya yaitu enkapsulasi reservoir obat didalam kompartemen micropori dengan pori-pori sepanjang atas dan bawah dinding. Floating chamber mengandug udara yang terperangkap. Cairan lambung akan masuk melalui celah dan melarutkan obat.

2.      Effervescent
·         Kemampuan mengapung dihasilkan dari gelembung gas
·         System mengapung menggunakan matriks yang dibuat dengan polimer mengembang seperti polisakarida (kitosan)  komponen effervescent ( sodium bikarbonat,asam sitrat dan asam tatrat.
·         Bahan aktif dan eksipien diformulasi terpisah, kemudian disaut dengan suatu polimer yang permeable terhadap air tetapi tidak permeable dengan CO2.
·         Matriks pembentuk gel ketika kontak dengan cairan labung, gas yang dihasilkan terperangkap dalam gelyfieldhydrocolloid sehingga tablet akan mengapung.

3.      Raft forming system
Terdiri dari larutan pembentuk gel misalnya larutan Na alginate yang mengandung karbonat atau bikarbonat  yang akan mengembang dan membentuk lartan gel kohesif yang viskos yang memerangkap CO2 ketika kontak dengan cairan lambung. System akan membentuk lapisan pada bagian atas cairan lambung.

9.     BIOADHESIF /  MUKOADHESIV
a.       Bioadhesiv adalah kemmampuan suatu system pembawa obat (sintetik atau biologi) untuk menempel pada suatu substrat biologi untuk suatu periode waktu yang panjang. Jika polimer menempel pada bagian lapisan musin dari jaringan mukosa diistilahkan dengan mukoadhesi.
b.      Keuntungan bentuk bioadhesiv
o   Sediaan dapat segera dilokalisir dari wilayah diterapkan untuk emperbaiki dan meningkatkan ketersediaan hayati obat.
o   Bentuk sediaan memfasilitasi kontak formulasi dengan permungkaan penyerapan yang mendasarinya.
o   Sediaan yang dapat memperpanjang waktu tinggal pada tempat aplikasi dan penyerapan untuk  memungkinkan sekai atau dua kalli perhari.
o   Memperbaiki dan meningkatkan ketersediaan hayati
c.       Mekanisme mukoadhesive
1.      wetting dan swelling polimer (pembasahan dan pengembangan polimer)
2.      terjadi penetrasi antara rantai polimer dengan membrane mukosa
3.      terbentuk ikatan kimia diantara rantai.
d.      3 kategori ikan polimer dengan musin / permungkaan epithelia
1.      Polimer yang menjadi lengket saat kontak dengan air
2.      Polimer yang melekat melalui ikatan nonspesifik dan nonkovalen
3.      Polimer yang berikatan dengan rseptor yang spesifik pada permungkaan sel.
e.       Factor-faktor yang mempengaruhi mukoadhesive
·         Factor yang berkaitan dengan polimer
1.       Berat molekul
2.      Konsentrasi polimer aktiv
3.      Fleksibelitas dari rantai polimer
4.      Konfirmasi spatial
5.      Swelling
6.      Kapasitas ikatan hydrogen
7.      Jenis ikatan silang
8.      Muatan
·          Factor yang berkaitan dengan lingkungan
1.      Ph dari polimer dan tempat subtract
2.      Kekuatan penempelan
3.      Awal waktu kontak
4.      Kelembaban
5.      Keberadaan ion logam
·         Factor yang berkaitan dengan fisiologi
1.      Kemampuan perubahan musin
2.      Keadaan penyakit
3.      Kecepatan pembentukan sel mukosa baru
4.      Perpindahan gas.
f.       Teori mukoadhesiv
a.       Teori pembasahan, dimana didasarkan pada kemampuan polimer biadhesi untuk menyebar dan kontak dengan lapisan mukosa. Jika sudaut kontak cairan pada permungkaan subtract lebih rendah, maka afinitas yang lebih besar untuk cairan kepermungkaan subtract.
b.      Teori difusi, dimana difusi rantai polimer pada permungkaan subtract diseluruh antar muka sehingga membentuk struktur jaringan semipermeable oleh beitan fisik yang tergantung pada BM polimer , fleksibelitasnya dan chain segmen mobility dari polimer mkoadhesiv.
c.       Teori adsorbs, setelah kontak awal material sampai kepermungkaan karena gaya yang bekerja diantara dua permungkaan , menghasilkan pembentukan ikatan ( primer dan sekunder) karena gaya antar moekul. Adhesi merupakan hasil berbagai interaksi gaya antara polimer adhesi dengan mucus.
Gaya polimer yang kuat seperti ikatan kovalen dan gaya yang emah seperti ikatan ionic, ikatan hydrogen, dan gaya van der walls.
d.      Teori electron, transfer electron antara permungkaan terjadi karena perbedaan struktur listrik sehingga menghasilkan pembentukan lapisan ganda yang menimbulkan gaya tarik menarik.
g.      Karakteristik polimer bioadhesiv
a.        Cepat menempel pada mukosa
b.      Munurunkan interaksi yang kuat dengan musin / jaringan epithelia
c.       Mempunyai kemampuan penyebaran yang baik , pembasahan dan swelling dan kelarutan yang baik, mempunyai sifat biodegradable.
d.      Tidak berpengaruh pada kondisi hidrodinamika , adanya makanan dan perubahan PH.
e.       Mudah tersatukan dalam berbagai bentuk sediaan
f.       Memperlihatkan sifat-sifat bioadhesif pada keadaaan kering dan cair.
h.      Polimer bioadhesiv atau mukoadhesiv

Bagus
Sedang
Kurang
Karboximetil selulosa
Gelatin
pectin
Korbopol 943
Guar gum
acasia
Tragacant

Polivinil pirrolidone
Sodium alginate


Hidroksi etil selulosa



i.        Evaluasi sifat –sifat bioadhesi
o   Kekuatan tegang: kekuatan tegang diukur dengan menggunakan alat tenslometer , yang diukur adalah gaya yang diperlukan untuk memisahkan sampel mukoadhesif dari jaringan mukosa lambung tikus.
o   Gay geser:  mengukur gaya yang menyebabkan mukoadhesiv meluncur diatas lapisan mucus dengan arah parallel terhadap bidang kontaknya.
o   Bilangan adhesi: digunakan untuk menentukan kekuatan adhesi untuk partikel kecil / nanopartikel.
Persamaan :
Na = N / N0 X 100
Na= bilangan adhesi
N0=  jumlah tota partikel yang terikat pada subtract
Asumsi: semakin meningkat Na maka kekuatan adhesi juga semakin meningkat.
j.        Tipe formulasi bioadhesi
o   Formulasi bioadhesiv padat : tabet, insert, powder
o   Formulasi bioadhesiv setegah padat: gel, aerosol spray
o   Formulasi bioadhesiv cair: viscous liquid, gel-forming liquid
k.      Mukoadhesif berdasarkan rute pemberian dibedakan atas: buccal, sublingual, vaginal, rectal, nassal, ocular, dan gastrointestinal delivery system.

10.      EVALUASI FLOATING SYSTEM
-          Log time floating dan lama floating
-          Profil disolusi
-          Keseragaman bobot
-          Kekerasan
-          friability

Sumber: Catatan Kuliah “Kapita Selekta Farmasetika”

Sunday 25 February 2018

Influenza

1.      DEFINISI
Influenza adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang terkait dengan kematian dan rawat inap yang tinggi.

2.      PATOFISIOLOGI
-         Jalur penularan influenza orang melalui inhalasi
-        Tetesan pernapasan yang dapat terjadi ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. 
-       Periode inkubasi untuk influenza berkisar antara 1 dan 4 hari, dengan rata-rata inkubasi 2  hari. 

3.      PRESENTASI KLINIS
a.      Umum
-        Presentasi influenza mirip dengan sejumlah penyakit pernapasan lainnya.
-  Terjadinya influenza dipengaruhi oleh umur, imunokompetensi, virus, ROKOK, comorbidities, kehamilan, dan tingkat kekebalan.
-       Komplikasi influenza mungkin termasuk eksaserbasi mendasari comorbidities, radang paru-paru virus utama, penyakit pernapasan (misalnya, sinusitis, bronkitis, otitis), ensefalopati, myelitis, myositis, myocarditis, pericarditis, dan sindrom Reye.

b.      Tanda Dan Gejala
-          Demam
-          Mialgia, sakit kepala, malaise, produktif batuk, sakit tenggorokan, dan rhinitis.
-          Mual, muntah, dan otitis media
-          Tanda dan gejala biasanya menyelesaikan dalam kira-kira 3-7 hari

4.      TES LABORATORIUM
-      Kultur Virus
-      Rapid tests, tes antibodi fluoresensi langsung, dan assay polimerase transkripsi terbalik untuk deteksi cepat virus.
-      Radiograf dada jika diduga pneumonia.

5.      PENCEGAHAN
-       Vaksinasi. 
-        Langkah-langkah kontrol, seperti menjaga kebersihan tangan, menutupi mulut saat batuk.
-     Vaksinasi Tahunan -dianjurkan bagi mereka di berisiko tinggi untuk komplikasi dan penyakit berat, seperti: anak-anak antara 6 dan 59 bulan, wanita hamil, orang yang lebih tua dari usia 50 tahun,  anak-anak antara 6 bulan dan berusia 18 tahun yang menerima terapi aspirin jangka panjang, orang dari segala usia dengan gangguan paru atau kardiovaskular kronis, termasuk asma, tetapi tidak termasuk hipertensi. orang-orang   penyakit metabolik kronis, orang-orang  yang memiliki kondisi yang mungkin membahayakan fungsi pernapasan
-        Dua vaksin yang saat ini tersedia untuk Pencegahan influenza
1.      Trivalen Influenza Vaksin  (TIV)
o     TIV disetujui FDA untuk penggunaan pada orang lebih dari 6 bulan.
o     Efek merugikan TIV adalah rasa sakit pada tempat suntikan yang berlangsung selama kurang dari 48 jam, demam dan malaise
o    Vaksinasi harus dihindari pada orang-orang yang tidak berisiko tinggi untuk komplikasi influenza dan yang telah mengalami sindrom Guillain-Barré 6 minggu untuk menerima vaksin influenza sebelumnya.



2.      Live Attenuated Influenza Virus (LAIV). 
o   LAIV dibuat dari virus hidup yang diinaktivasi virus
o   Disetujui untuk pemberian intranasal pada orang sehat antara 5 dan 49 tahun
o   Keuntungan : kemudahan pemberian,  potensi induksi mukosa dan sistemik luas untuk respon kekebalan tubuh.
o   Efek samping : hidung meler, kemacetan, sakit tenggorokan dan sakit kepala
o   LAIV tidak diberikan kepada pasien immunosuppressed



6.      POSTEXPOSURE PROFILAKSIS
-        Adamantanes, amantadine dan rimantadine, saat ini tidak direkomendasikan untuk prophylaxis
-        Inhibitor neuraminidase, oseltamivir dan zanamivir, efektif untuk profilaksis
-        Profilaksis harus dipertimbangkan pada  Orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit serius dan/atau komplikasi yang tidak divaksinasi, orang-orang beresiko tinggi penyakit serius dan/atau komplikasi yang divaksinasi setelah aktivitas influenza telah dimulai, unvaccinated orang-orang yang memiliki sering kontak dengan orang-orang di berisiko tinggi, orang-orang yang mungkin memiliki respon yang memadai terhadap vaksinasi, penduduk fasilitas perawatan jangka panjang, terlepas dari status vaksinasi, ketika wabah telah terjadi di lembaga.
-     Wanita hamil, terlepas dari trimester, harus menerima influenza tahunan vaksinasi dengan TIV tetapi tidak dengan LAIV
-    Adamantanes dan neuraminidase inhibitor tidak direkomendasikan selama masa kehamilan karena keprihatinan mengenai efek dari obat di janin.



7.      PENGOBATAN
a.      Tujuan Terapi
1.      mengontrol gejala
2.      mencegah komplikasi
3.      mencegah penyebaran infeksi

b.      Terapi Nonpharmacologic
- tidur yang memadai dan mengurangi aktivitas. 
- Asupan cairan yang sesuai
- komsumsi permen, teh hangat atau sup

c.       Terapi Farmakologis
-  Obat-obat seperti  adamantanes, amantadine dan rimantadine, dan inhibitor neuraminidase (oseltamivirdan zanamivir).
 Oseltamivir dan zanamivir merupakan inhibitor neuraminidase yang memiliki aktivitas terhadap kedua influenza A dan virus influenza B.  Oseltamivir untuk yang lebih tua dari usia 1 tahun, zanamivir untuk lebih tua dari usia 7 tahun. 
-      Kedua adamantanes dan inhibitor neuraminidase diekskresikan dalam ASI dan harus dihindari oleh ibu yang sedang menyusui bayi mereka.

8.      EVALUASI HASIL TERAPI
Pasien harus dipantau setiap hari untuk resolusi tanda-tanda dan gejala terkait dengan influenza. tanda-tanda dan gejala biasanya akan terselesaikan dalam waktu sekitar 1 minggu. Jika pasien terus menunjukkan tanda-tanda dan gejala penyakit luar 10 hari atau memburuknya gejala setelah 7 hari, kunjungan dokter dibenarkan seperti ini mungkin indikasi infeksi bakteri sekunder.


Sumber:

DiPiro J, Talbert R, Yee G, Matzke G, Wells B, Posey Ml, eds,. Pharmacotherapy: APathophysiologic Approach, 6th ed, McGrawHill, United. StatesDipiro, J., Talbert, R., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., Posey, L., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition,  McGraw-Hill Medical Publishing, New York.Ganiswarna, S. G., Setiabudy, R., Suyatna, F. D., Ascobat, P., Nafrialdi, Ganiswarna, V. H. S., dkk., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta