Wednesday 27 February 2019

TRADITIONAL CHINESE MEDICINE (TCM) "Pengobatan Tradisional Cina"


TUGAS
HERBAL MEDICINE
TRADITIONAL CHINESE MEDICINE (TCM)


KELOMPOK 4
FATMA ZAHRA                              (2805006)
RICI ANGRIA SARI                       (2805009)
LAURA SUWINDRA                      (2805018)
AULIA MARDATILAH                (2805021)
TUTI ADITYA                                 (2805033)
ERWIN HADINATA                       (2805027)

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan penyertaan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Herbal Medicine yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tugas ini, sehingga nantinya dapat memberi manfaat dan kontribusi yang berarti bagi para pembaca.  
Selain itu, tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan tugas ini, baik dari segi dukungan moral maupun material. Dalam Makalah bertopik Traditional Chinese Medicine ini, kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun literatur-literatur yang telah kami kumpulkan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mohon kritik serta saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas ini.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini banyak memberi motivasi dan kemajuan yang berarti bagi kita semua.

Padang, 1 Februari 2019

Penulis 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pengobatan tradisional Cina telah ada selama ribuan tahun. Menurut legenda asal-usul TCM (Tradisional Chinese Medicine) ditemukan oleh Shen Nong. Beliau yang hidup sekitar 5000 tahun yang lalu dipuji sebagai "Ilahi pembudidaya" dan "Ilahi Tani" oleh orang Cina karena ia dikaitkan sebagai pendiri jamu, dan mengajar orang bagaimana untuk pertanian. Untuk menentukan sifat obat-obatan herbal berbeda, Shen Nong mencoba berbagai jenis tanaman dan mengkonsumsi sendiri untuk menguji dan menganalisis pengaruh pengaruh dari setiap tanaman. Menurut teks-teks kuno, Shen Nong mencoba seratus tumbuhan termasuk 70 zat beracun dalam satu hari, untuk menghilangkan rasa sakit penyakit yang dialami seseorang. Setelah Shen Nong menemukan penggunaan setiap tumbuhan sebagai obat, beliau juga mengajarkan masyarakat Cina bagaimana untuk bertahan hidup di dunia yang kejam. Pada saat itu TCM berkembang sangat pesat dan Diperkirakan TCM telah masuk ke wilayah Indonesia sejak abad ke 18. Pada saat itu TCM hanya dipraktekkan secara tertutup di kalangan masyarakat Cina dan pada umumnya orang yang mengetahui pengobatan cina disebut dengan nama Shinshe (dokter tradisional Cina). Namun ketika pada tahun 1962 tim ahli pengobatan tradisional Cina didatangkan dari RRC untuk mengobati Presiden Soekarno, maka pada saat itu keberadaan obat tradisional cina mulai terdengar di kalangan umum.
TCM mengamati penyakit secara menyeluruh, yang dianggap penting bukan hanya simptom - simptom yang dikeluhkan, melainkan juga keseimbangan Yin-Yang tubuh dan keseimbangan jiwa - raga. Organ yang sakit akan diobati sesuai dengan korelasi secara keseluruhannya. Berarti meredakan penyebab penyakit adalah pusat perhatian terapi TCM. TCM tidak berupaya meredakan penyakit secara radikal, melainkan berusaha memulihkan keseimbangan Yin-Yang tubuh untuk mendukung daya penyembuhan diri sendiri. Prinsip terapi ini sangat efektif dalam pengobatan penyakit kronis (Gendo, 2006).
Pada TCM, faktor pengalaman masyarakat dan pengalaman pribadi juga mendorong pasien untuk berobat ke sinse. Diperolehnya pengalaman positif tentang keberhasilan pengobatan sinse serta tidak adanya informasi negatif tentang sinse menimbulkan keyakinan pada pasien untuk berobat ke sinse. Pasien sinse umumnya memperoleh informasi tentang sinse dari komunikasi interpersonal yaitu informasi yang disampaikan dari mulut ke mulut secara lisan. Pasien akan lebih mempercayai komunikasi interpersonal karena informasi inidiperoleh langsung dari orang yang telah mengalami pengobatan atau menyaksikan sendiri keberhasilan pengobatan sinse. Informasi atau pengaruh dari teman, keluarga atau jaringan sosial mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan. (Abdul, dkk. 2008),  Berkaitan dengan hal diatas, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai TCM (Tradisional Chinese Medicine).


2.1. Rumusan Masalah?
Apa itu  TCM (Tradisional Chinese Medicine) dan apa saja jenis-jenisnya?
2.3. Tujuan Penulisan
            Mengetahui tentang TCM (Tradisional Chinese Medicine) dan jenis-jenis nya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Asal Usul dan Perkembangan Pengobatan Cina (Sheny, 2014)
Dalam catatan sejarah cina kuno, Shennong () dipercaya sebagai dewa petani. Dia mengajarkan masyarakat bagaimana cara bercocok tanam dan melakukan sistem barter. Selain itu, Shennong juga dijuluki sebagai dewa ahli pengobatan cina. Menurut legenda, Shennong pergi ke gunung untuk mencoba mencicipi seluruh jenis tanaman herbal dan mengalami keracunan tumbuhan sebanyak 70 kali. Ususnya yang membusuk menyebabkan Shennong akhirnya meninggal dunia. Hal ini ia lakukan agar orang-orang dapat belajar cara menggunakan obat-obatan herbal untuk mengobati berbagai jenis penyakit yang ada.
Dari cerita di atas, tercermin adanya proses yang tidak mudah yang dialami rakyat pekerja pada zaman dahulu kala dalam menemukan obat dan mengumpulkan pengalaman sebagai proses perjuangan terhadap alam dan penyakit. Hal ini juga merupakan gambaran sebenarnya asal usul pengobatan tradisional cina Obat Tradisional Tiongkok)
Pada jaman dahulu, TCM dikembangkan untuk kesembuhan kaisar dan keluarganya. Pada saat kaisar sakit, para tabib akan mengumpulkan penduduk yang sakit dengan gejala yang sama, kemudian diujicobakan secara langsung dengan berbagai alternatif obat hasil racikan tabib tersebut. Hasil percobaan obat yang manjur akan diberikan kepada kaisar.
Pada zaman dinasti-dinasti Xia, Shang dan Zhou (sekitar akhir abad ke-22 sebelum Masehi sampai tahun 256 sebelum Masehi), sudah muncul arak obat dan cairan untuk obat di Cina. Penemuan obat-obat tersebut kemudian diujicobakan dan dicatat oleh ahli kedokteran sejak awal dinasti Qin, sehingga muncul karya khusus farmakologi yang paling tua, yaitu Kitab Klasik Ramuan Obat Shennong pada zaman dinasti Qin dan dinasti Han (221 sebelum Masehi—220 Masehi). Lahirnya karya tersebut menandakan munculnya farmakologi tradisional cina yang pertama.
Kemakmuran ekonomi pada zaman Dinasti Tang (618—907 Masehi) juga telah mendorong perkembangan farmakologi tradisional cina. Pemerintah Dinasti Tang telah menyelesaikan penyusunan Kitab Klasik Ramuan Obat Dinasti Tang. Selanjutnya, pada Dinasti Ming (1368— 1644 Masehi), ahli farmakologi tradisional Li Shizhen telah menyelesaikan penulisan karya besar farmakologi tradisional cina— Compendium of Materia Medica. Buku ini merupakan karya terbesar dalam sejarah kitab klasik ramuan obat di Cina.
Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949, sejumlah penelitian yang luas mengenai botani, kimia, farmakologi, kedokteran klinis mengenai obat tradisional cina telah dilakukan oleh para ahli. Penelitian ini juga memberikan dasar ilmiah untuk menerangkan bahan dasar obat, pengidentifikasian keaslian obat dan mekanisme kerjanya. Atas dasar penelitian tersebut, tahun 1961 telah disusun Catatan Obat Tradisional Cina. Catatan ini merupakan cikal bakal terbitnya Kamus Besar Obat Tradisional Cina di tahun 1977. Dalam kamus tersebut tercantum 5.767 jenis obat tradisinal Cina. Besamaan dengan itu, berbagai macam kamus, artikel, surat kabar dan majalah tentang obat tradisional Cina bermunculan susul menyusul. Selain itu, berbagai macam lembaga riset ilmiah, pengajaran dan produksi berturut-turut didirikan. Obat tradisional yang diproduksi Cina selain untuk memenuhi kebutuhan pengobatan dalam negeri, juga telah diekspor ke berbagai negara di dunia (Obat Tradisional Tiongkok)
Meluasnya pengaruh TCM turut mempengaruhi teknik pengobatan di dunia, salah satunya di Jerman. Sudah banyak dokter Jerman yang telah menerima dan menggunakan TCM, terutama dalam menangani penyakit kronis. Tidak hanya dalam pengobatan, di beberapa fakultas kedokteran, TCM telah menjadi mata pelajaran pelengkap. Beberapa klinik TCM juga telah dibuka di sana. (Gendo, 2006)
Selain di Jerman, TCM juga tersebar sampai ke negara-negara Asia, seperti Indonesia. TCM masuk ke Indonesia seiring berkembangnya komunitas Tionghoa di Nusantara. Berbagai bentuk pengobatan seperti akupuntur, pijat, refleksi dan sebagainya juga semakin memarak di Indonesia. TCM yang semakin menjamur pun seringkali dapat kita lihat pada iklan-iklan di beberapa stasiun televisi.

2.2.Teori Yin-Yang dan Teori Wu-Xing (Sheny, 2014)
Dasar pemikiran dari TCM adalah teori Yin- Yang dan teori Wu-Xing. Kedua teori tersebut mennyebutkan bahwa ada hubungan antara tubuh manusia dengan alam dan lingkungan. Manusia adalah bagian dari alam, sedangkan alam memiliki kaidah dan hukum-hukumnya. Jadi, kaidah dan hukum alam pasti berlaku bagi alam (makrokosmos), dan akan berlaku pula bagi manusia (mikrokosmos), atau kaidah alam akan diproyeksikan kepada manusia.
Teori Yin-Yang merupakan suatu konsepsi pandangan hidup Taoisme yang bersifat universal. Teori ini menyatakan bahwa segala fenomena di alam semesta mempunyai dua aspek yang berpasangan dan berlawanan, yakni Yin yang dalam Kamus Bahasa Cina bermakna gelap, Yang yang dalam Kamus Bahasa Cina bermakna terang. Yin-Yang yang saling berpasangan dan berlawanan meliputi fenomena seperti dingin-panas, gelap-terang, lemah-kuat, dalam-luar, pasif-aktif, statis- dinamis, turun-naik, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut selalu berada dalam keadaan perubahan dinamis untuk menjamin keseimbangannya. Adanya keseimbangan antara Yin dan Yang dalam tubuh bertujuan untuk mempertahankan hubungan yang harmonis dalam tubuh sehingga mencapai kesehatan fisik dan umur panjang.
Teori Wu-Xing yang sudah dikenal sejak zaman dahulu, merupakan teori berdasarkan lima unsur di bumi yaitu kayu, api, tanah, logam, dan air. Teori Wu-Xing menyatakan, lima unsur yang merupakan bahan dasar dalam  pembentukan alam semesta, berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Manusia hidup di lingkungan alam sehingga fenomena yang terjadi di alam berlaku juga bagi tubuh manusia. Hal ini dianggap sebagai satu kesatuan dalam kosmos. Dasar dari penggolongan tersebut adalah sifat-sifat nyata dan imajiner yang khusus dari lima unsur itu, misalnya: logam mempunyai sifat keras, membunuh; air memiliki pengertian basah, licin, dan mengalir ke bawah; kayu (pohon) dalam arti lurus, berkembang; api bersifat panas, membubung ke atas; tanah memiliki pengertian penghasil, pengkukuh, ketenangan.

                                    Gambar 1. Diagram Wu-Xing (Sheny, 2014)
Penjelasan gambar lingkar luar (pana bewarna hitam) teori Wu Xing (五行) saling menciptakan antara lain: kayu menghasilkan api, api menghasilkan tanah (abu), tanah menghasilkan logam (mineral)logam menghasilkan air, air menumbuhkan kayu. Sedangkan lingkar dalam (panah bewarna ungu (teori Wu Xing (五行) )saling menghancurkan, antara lain: kayu melemahkan tanah, tanah merintangi air, air memadamkan api, api melelehkan logam, dan logam memotong kayu.
Tabel 1. Organ tubuh manusia dalam teori Wu-Xing
Teori Wu Xing (五行
Organ tubuh
Karakteristik
Api
Jantung
Panas dan menjulang
Tanah
Limpa
Memelihara kehidupan
Logam
Paru
Menurunkan dan membersihkan
Air
Ginjal
Dingin dan mengalir kebawah
Kayu
Hati
Berkembang bebas, tidak suka
 ditekan mudah terbakar









Wu-Xing yang terdiri dari unsur kayu, api, tanah, logam, dan air digolongkan ke dalam lima organ dalam tubuh. Menurut karateristiknya, unsur api melambangkan organ jantung yang bersifat panas dan menjulang. Unsur tanah melambangkan organ limpa yang bersifat memelihara kehidupan. Unsur logam melambangkan organ paru yang bersifat menurun dan membersihkan. Unsur air melambangkan organ ginjal yang bersifat dingin dan mengalir ke bawah. Unsur kayu melambangkan organ hati yang bersifat berkembang bebas, tidak suka ditekan, dan mudah terbakar.
Dengan demikian, teori Yin-Yang ( - ) membahas tentang keharmonisan dan keseimbangan, sedangkan 5 unsur dalam Wu- Xing (五行) saling berhubungan erat satu sama lain, saling menghidupi, dan saling membatasi untuk menjamin keseimbangan alam semesta.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, teori Wu- Xing dan teori Yin-Yang digunakan untuk memahami proses fisiologis, perubahan patologis, serta dipakai sebagai tuntunan diagnosis dan terapi. Seperti misalnya, pohon kayu akan berkembang baik pada tanah yang subur dan air tercukupi. Berarti, organ hati yang dilambangkan dengan unsur kayu, akan sehat jika organ limpa dan ginjal normal. Sedangkan, hati yang dilambangkan unsur kayu, mudah terbakar dan menjadi panas. Berarti, jika hati berubah menjadi panas, maka akan mudah mengganggu fungsi jantung (jantung yang dilambangkan dengan unsur api). Hal ini akan terus berentetan dan turut menganggu fungsi organ-organ lainnya.

2.3.Jenis-jenis Pengobatan Tradisional Cina (Sheny, 2014)
1.      Herbologi Cina
Herbologi merupakan jenis pengobatan tradisional cina dengan cara mengonsumsi tumbuh-tumbuhan herbal baik yang sudah diracik menjadi obat minum. Obat-obatan di masak dengan temperatur dan tekanan tinggi dan dimasukkan ke dalam kemasan yang dapat disimpan dalam kulkas untuk digunakan selama beberapa hari bahkan beberapa minggu. Obat dapat dipanaskan lalu dituangkan ke cangkir.12 Pengonsumsian obat-obatan herbal bertujuan untuk mengembalikan kesehatan tubuh dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
2.      Akupuntur Cina
Akupuntur merupakan jenis pengobatan tradisional cina dengan cara menusukkan jarum dalam berbagai ukuran ke “titik-titik meridian” tertentu dalam tubuh. Titik meridian adalah jalur yang sangat penting dalam tubuh manusia sebagai tempat mengalirnya qi (). Qi yang mengalir dalam tubuh manusia memberikan energi vital untuk organ tubuh agar organ-organ tubuh tersebut dapat berfungsi dengan baik. Jika qi dapat mengalir dengan bebas, maka struktur dan fungsi organ tubuh bagian dalam dapat bekerja dengan efektif. Penusukan jarum ke titik meridian ini berguna untuk mempengaruhi qi yang mengalir ke organ tubuh bagian dalam dan untuk meningkatkan struktur dan fungsi mereka.
Berikut adalah contoh gambar yang menunjukkan titik meridian:


                        Gambar 2: Titik meridian pada kaki (Sheny, 2014)

Gambar 3: Titik meridian pada tubuh (Sheny, 2014)
3.      Moksibasi Cina
Moksibasi (moxa) adalah pengobatan dengan cara membakar daun Arthemesia Vulgaris untuk menghangatkan titik meridian. Daun Arthemesia Vulgaris dijadikan sebagai obat-obatan yang dibentuk seperti dupa yang dibakar dan ditempatkan di atas titik meridian. Daun Arthemesia Vulgaris yang terbakar tidak boleh menyentuh kulit.
4.      Terapi manipulasi
Terapi manipulasi merupakan jenis pengobatan tradisional cina dengan cara pemijatan tubuh, yaitu pemijatan pada bagian otot dan persendian. Pemijatan ini bertujuan untuk melancarkan aliran Qi dan darah, sehingga membuat tubuh lebih rileks dan segar.
5.      Obat makanan
Obat makanan merupakan jenis pengobatan tradisional cina dengan memakan makanan yang tepat, misalnya banyak mengosumsi sayuran hijau dan buah. Dengan mengosumsi buah dan sayuran hijau yang banyak mengandung vitamin dan mineral, tubuh kita yang dalam keadaan panas akan dinetralkan (didinginkan).
6.      Latihan pelengkap seperti qigong dan taiji
Merupakan jenis pengobatan tradisional cina dengan cara melakukan olah raga dan melatih tubuh. Olah raga ini bertujuan untuk menyelaraskannafas, aktifitas fisik, dan kesadaran untuk meningkatkan kesehatan mental, rohani, dan jasmani. (Ahmad, 2014)

2.4.Cara pemeriksaan yang dilakukan dokter
Saat berobat ke dokter pengobatan tradisional Cina, dokter akan memperhatikan raut muka dan melihat lidah, menghitung detak nadi dan bertanya mengenai gejala-gejala yang dialami, serta kebiasaan makan yang pasien lakukan. Setelah itu, dokter akan mendiagnosis mengenai apa yang salah dari tubuh pasien dan memberitahu apakah pasien memerlukan akupuntur atau jenis pengobatan lain, serta makanan apa yang baik untuknya.
Dengan dosis dan indikasi yang benar, obat- obatan Cina pada umumnya tidak atau hanya mempunyai efek sampingan yang kecil. Untuk memperbaiki hasil terapi, ramuan dan akupuntur sering kali dikombinasi. Resep ramuan obat Cina bersifat individual dan setiap waktu dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi penyakit yang aktual. Ramuan Cina biasanya terdiri atas 8-12 macam dan pada kasus yang rumit terdapat 14-15 macam obat-obatan. Dosis tergantung pada kondisi penyakit, berat badan, dan umur, serta diminum setiap hari satu dosis harian sampai kondisi tubuh menjadi baik. Kemudian, dosis harian dapat dikurangi dan akhirnya dihentikan. Bila perlu, pengobatan ini setiap waktu boleh diulangi. (Gendo, 2006)


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
TCM (Tradisional Chinese Medicine) dikerjakan atas dasar prinsip tradisional, maka bahan - bahan yang digunakan dalam proses pengobatannya, juga berasal dari hal - hal yang bersifat alami, dan secara langsung berasal dari alam. Pengobatan ini tidak langsung menyembuhkan penyakit. Akan tetapi membuang racun atau toksin yang ada dalam tubuh atau darah dengan ramuan tertentu, setelah itu baru pemulihan organ dalam yang kemudian akan secara otomatis memperbaik kinerja sistem imun didalam tubuh untuk melawan penyakit. Jenis-jenis Pengobatan Tradisional China berupa herbologi, akupuntur, moksibasi, terapi manipulasi, obat makanan, qigong dan taiji.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi pembuatan makalah yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Abdul Haris Jauhari, Muhana Sofiati Utami, Retna Siwi Padmawati. 2008. Motivasi Dan  Kepercayaan Pasien Untuk Berobat Ke Sinse. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 24, No. 1.
Gendo, Udayana., 2006, Integrasi Kedokteran Barat dan Kedokteran Tradisional Cina. Kanisius; Yogyakarta.
Jauhari, Ahmad Murtaqi. Pengobatan herbal china. http:// www.slideshare.net/ (diakses pada tanggal 1 Februari 2019)
Sheny Allianto., 2014. Pengobatan Tradisional Cina: Tinjauan Singkat. Universitas Indonesia: Depok.


LAPORAN PHARMACEUTICAL CARE "STROKE ISKEMIK DAN CONTOH KASUS BERDASARKAN ANALISIS SOAP"


LAPORAN PHARMACEUTICAL CARE
STROKE ISKEMIK


KELOMPOK V
1.      FATMA ZAHRA                          2805006
2.      HARTATI BAWAMENEWI       2805007
3.      ETIKA NILA PERMATA           2805008
4.      RICI ANGRIA SARI                   2805009
5.      PUTRI MAQFIRA                       2805010
6.      MESRI SUSANDRA                    2805016
7.      VIVI RAHMADIA                       2805017
8.      LAURA SUWINDRA                  2805018
9.      NAJMI KHAIRA                         2805019
10.  ELFIRA ANIZA                           2805020


PROGRAM PROFESI APOTEKER
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019



STROKE NON HEMORAGIC (STROKE ISKEMIK)

1.      PENGERTIAN
Strok iskemik adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah keotak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan pembuluh darah.

2.      PATOFISIOLOGI (dipirro 9th, 120)
-          Stroke iskemik disebabkan oleh pembentukn thrombus atau emboli yang menghambat arteri serebral.  Aterosklerosis serebral adalah factor penyebab dalam kebanyakan masalah stroke iskemik. Emboli dapat muncul dari arteri intra dan extra kranial. Dua puluh persen stroke emboli muncul dari jantung.
-          Pada arterosklerosis carotid, plak dapat rusak karena paparan kolagen , agregasi platelet, dan pembentukan terombus.bekuan dapat menyebabkan hambatan sekitar atau terjadi pelepasan dan bergerak kearah distal, pada akhirnya akan menghambat pembuluh serebral.
-          Dalam masalah embolisme kardiogen, aliran darah yang berhenti dalam atrium atau ventrikel mengarah ke pembentukan bekuan local yang pelepasan bergerak melalui aorta menuju sirkulasi serebral.
-          Hasil akhir, baik pembentukan thrombus dan embolisme adalah hambatan arteri, penurunan aliran darah serebral, dan penyebab iskemia dan akhirnya infark distal mengarah hambatan.

3.      TERAPI (dipirro 9th, 120)
a.       Pendekatan umum
-          Memastikan dukungan pernafasan dan pemeriksaan stroke secara cepat dengan Ct-Scan.
-          Pasien stroke iskemia menunjukkan dalam bebera jam terjadinya gejala seharusnya dievaluasi untuk terapi perfusi.
-          Peningkatan tekanan darah seharusnya mengingatkan tidak  terobatinya periode akut (7 hari pertama) setelah strok iskemia  karena resiko penurunan aliraan darah ke otak dan gejala yang lebih buruk. Tekanan seharusnya  diturunkan jika meningkat hingga 220/120.

b.      Terapi non farmakologi
-          Pada asien stroke iskemik akut, penanganan operasi terbatas. Operasi dekompresi dapat menyelamatkan hidup dalam kasus pembengkakan significant yang berhubungan dengan infark serebral. Pendekatan interdisipliner untuk penangan stroke yang mencakup rehabilitasi awal sangat efektif dalam pengurangan kejadian stroke dan terjadinya stroke berulang pada pasien tertentu.

c.       Terapi farmakologi
Rekomendasi untuk farmakoerapi stroke iskemik
-          Alteplase diawali dalam 3 jam munculnya gejala telah diperlihatkan mengurangi ccat hebat disebabkan stroke iskemik. CT  scan hrus dilakukan untuk mencegah pendarahan sebelum terapi dimulai. Pasien harus diketahui termasuk kriteria inklusi spesifik dan bukan kriteria eklusi  (lihat table). Dosis 0,9 mg/kg  (maksimal 90 mg) diberikan secara infus intravena sampai satu jam seteah bolus 10%dosis total diberikan sampai 1 menit. Terapi antikoagulan dan terapi platelet seharusnya dihindarkan selama 24 jam  dan pendarahan pasien harus dipantau lebih dekat lagi.
-          Alpirin 50-325 mg/hari dimulai antara 24-48 jam setelah alteplase dilengkapi juga ditunjukkan untuk mengurangi kematian dan cacat jangka panjang.

-          Panduan AACP (American college of chest phyisician) untuk penggunaan terapi antitrombolitik dalam pencegahan sekunder stroke iskemik menganjurkan terapi antiplatelet sebagai dasar untuk pencegahan sekunder dalam strok nonkardioemboli. Aspirin, klopidogrel dan pelepasan diperluas klopidogrel dengan aspirin semuanya dipertimbangkan sebagai senyawa antiplatelet utama.
-          Tiklopidin dicadangkan untuk pasien yang gagal atau tidak dapat menerima terapi lain karena efek sampingnya (neutropenia, anemia aplastic, purpura trombositopenia thrombosis, ruam, diare, hiperkolesteromia).
-          Kombinasi aspirin dan klopidogrel hanya dianjurkan pada pasien dengan stroke iskemik dan riwayat terbaru infark miokard atau kejadian coroner lain dan hanya dengan aspirin dengan dosis sangat rendah untuk meminimalisisr pendarahan.
-          Joint National commite  (JNC 7) menganjurkan ACEI dan diuretic untuk mengurangi tekanan darah pada pasien stroke setelah periode akut (7 hari pertama). Yang tidak bisa menerim ACEI, ARB bisa dipertimbngkan.
-          National cholesterol education prognam (NCEP) mempertimbangkan stroke iskemik dengan resiko koroner dan menganjurkan penggunaan statin untuk mencapai konsentrasi low-density lipoprotein (LDL) kurang dari 100 mg/dl.
-          Heparin dianjurkan untuk  untuk pencegahan trombosis vena pada pasien rawat inap dan penurunan mobilitas disebabkan stroke



ANALISIS SOAP PADA KASUS 2
1.      Identitas Pasien
Nama                           : Tn  N
Umur                           : 70 Tahun
Jenis Kelamin              : Laki – laki
Alamat                         : Jl. Prof M. Yamin
Tanggal Masuk            : 24 November 2018
Tanggak Keluar           : 30  November 2018
No. Rekam Medik      : 0010xxxx

2.      Anamnesa
Seorang pasien laki - laki  Tn. N berumur 70 tahun masuk Rumah Sakit melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal  24 November 2018 pukul 13:30 WIB. Pasien masuk dengan keluhan utama  lemah anggota gerak kanan onset ± 16 jam sebelum masuk rumah sakit.

3.      Riwayat penyakit sekarang
- Lemah anggota gerak kanan dengan onset ± 16 jam sebelum masuk rumahsakit
- Bicara pelo (+)
- Sakit kepala (+)
- Muntah (+)
- Lidah berat (+)
- Menelan (+)
- BAB dan BAK (N)

4.Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Hipertensi

5. Riwayat Penyakit Keluarga
-
6.Data Penunjang
6.1.Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 24 November 2018
a.       Tanda vital
ü  Kondisi Umum       : Sedang
ü  Kesadaran               : Compos Mentis (CM)
ü  Frekuensi Nadi       : 84x /menit
ü  Frekuensi Nafas      : 20x /menit
ü  Suhu                        : 36,5 oC  
ü  GCS                        : E4 M6 V5
ü  Tekanan darah        : 190/ 100 mmHg
6.2.Data laboratorium
Test
Nilai Normal
24 November 2018
HGB
11,0-16,0 g/dl
15, 1 g/ dl
HCT
37,0-54,0 %
44, 2 %
WBC
4-10 x 103 / µl
7, 40 x 103 / µl
PLT
150-450 x 103 / µl
166 x 103 / µl
RBC
0,12-5,50 x 106 / µl
4,70 x 106/ µl




7.      Diagnosis     
7.1.Diagnosa Awal
-          Hemipharesis Dextra
-          Hipertensi
-          SNH
7.2.Diagnosa Akhir
-          Hemipharesis Dextra
-          Hipertensi
-          SNH

8.      Terapi/Tindakan
8.1.Terapi yang diberikan di IGD
ü  O2 3L/menit
ü  IVFD Nacl 0, 9 % /12 jam
ü  Injeksi ranitidine 50 mg/2 ml secara intravena
ü  Piracetam tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü  Neurodex tablet 1 x 1 secara per oral
ü  Simvastatin tablet 1 x 20 mg secara per oral
8.2.Terapi yang diberikan di Bangsal Neurologi
ü  IVFD Nacl 0, 9 % /12 jam
ü  Injeksi ranitidine 2 x 25 mg/ml secara intravena
ü  Piracetam tablet 2 x 1200 mg secara per oral
ü  Simvastatin tablet 1 x 20 mg secara per oral
ü  Aspilet tablet 1 x 80 mg secara per oral
ü   Lansoprazol kapsul 1 x 30 mg secara per oral
ü  Amlodipin tablet 1 x 10 mg secara per oral




ASSESMENT PADA PASIEN

NO
DRP
KETERANGAN
PENILAIAN
1
Indikasi yang tidak diterapi
1.      Pasien membutuhkan terapi obat baru
Tidak


2.      Pasien menderita penyakit kronik sehingga membutuhkan obat lanjutan
Iya


3.      Pasien membutuhkan kombinasi obat untuk memperoleh efek sinergis
Tidak



4.      Pasien beresiko mengalami kejadian yang tidak diharapkan yang dapat dicegah dengan terapi profilaksis
Iya
2
Terapi tanpa indiksi
1.      Pasien menerima obat tanpa indikasi
Tidak


2.      Terapi non obat (perubahan gaya hidup) lebih sesuai untuk pasien
Tidak


3.      Pasien menerima beberapa obat padahal hanya satu terai obat yang diindikasikan
Tidak


4.      Pasien menerima obat untuk mengatasi ESO obat lain yang sebenarnya dapat dicegah
Tidak
3
Pemilihan obat yang tidak tepat
1.      Pasien memiliki riwayat alergi terhadap obat yang diterima
Tidak


2.      Obat yang diterima pasien bukan merupakan obat paling efektif
Tidak


3.      Pasien KI dengan obat yang diterima
Tidak


4.      Pasien menerima obat efektif, tetapi bukan obat yang paling murah
Ya


5.      Pasien menerima obat yang efektif tetepi bukan obat yang paling aman.
Tidak


6.      Obat yang diterima pasien tidak efektif terhadap bakteri penyebab infeksi (bakteri resisten terhadap obat)
Tidak


7.      Pasien menerima kombinasi obat yang sebenarnya tidak diperlukan
Tidak
4
Dosis sub terapi
1.      Dosis yang dihasilkan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan
Tidak


2.      Kadar obat dalam darah berada dalam kisaran terapi
Ya


3.      Frekuensi pemberian, durasi terapi dan cara pemberian obat pada pasien tidak tepat.
Salah


4.      Waktu pemberian profilaksis tidak tepat (antibiotik untuk bedah)
Ya
5
Reaction
1.      Pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat
Tidak


2.      Pasien mengalami resiko mengalami eso (potensial)
Tidak


3.      Pasien mengalami idiosinkrasi terhadap obat
Tidak


4.      Bioavaibiliti obat berubah akibat interaksi obat dengan makanan
Ya


5.       



6.      Efek obat berubah akibat inhibisi/induksi oleh enzim lain
Ya


7.      Efek obat berubah akibat kandungan makanan yang dikomsumsi
Ya


8.      Efek obat dapat berubah akibat penggantian ikatan antara obat dengan protein oleh obat lain
Ya
6
Overdosis
1.      Dosis obat yang diberikan terlalu tinggi
Tidak


2.      Kadar obat dalam darah pasien melebihi kisaran terapi
Tidak


3.      Dosis obat yang dinaikkan terlalu cepat
Tidak


4.      Obat terakumulasi karena pemberian dalam jangka panjang
ya


5.      Frekuensi pemberian, durasi terapi, dan cara pemberian obat pada pasien yang tidak tepat
Tidak

7
Menerima obat
1.      Pasien gagal menerima regimen obat yang tepat karena adanya medication error
Tidak


2.      Pasien tidak mampu membeli obat (karena terlalu mahal untuk pasien)
Tidak


3.      Pasien tidak memahami petunjuk penggunaan obat
Tidak


4.      Pasien tidak mau makan obat (misalnya karena rasaa obat yang tidak enak)
Tidak

5.      PLANNING
1.      Semua terapi, baik yang diberikan di IGD maupun dibangsal neurologi sudah tepat.
-          Oksigen diberikan untuk memberikan dukungan pernafasan pasien (dipirro 9th, 121)
-          IVFD Nacl 0,9 %/12 jam untuk mengatasi kurangnya cairan pada tubuh pasien.
-          Injeksi ranitidine 50 mg/2 ml secara iv untuk mengatasi mual karena efek stress yang terjadi pada pasien  (MIMS)
-          Piracetam 2x1200 mg secara peroral digunakan untuk melindungi korteks serebral dari hipoksia. (MIMS)
-          Neurodex berisi vitamin B complex untuk melindungi dan menjaga syaraf.
-          Simvastatin untuk mengobati jika kolesterol pasien tinggi (dipirro 9th, 122)
-          Aspilet tablet yang berisi aspirin digunakan sebagai antiplatelet (dipirro 9th, 121)
-          Lansoprazol digunakan untuk mengatasi gangguan pada system pencernaan karena asam lambung yang berlebih (MIMS).
-          Amlodipin  tablet 1x 80 mg secara per oral sebagai antihipertensi karena tekanan darah pasien 190/100 mmhg
2.      Perlu dilakukan pemeriksaan kolesterol, karena penyebab pasti pasien stroke iskemik belum diketahui.
3.      Karena hipertensi sudah stage II, maka obat hipertensi dikombinasi, bisa dipakai ACEI, ARB atau diuretic.

DISKUSI
1.      Apakah perlu ranitidine dan lansoprazol untuk terapi stroke iskemik?
Jawab: perlu, karena keduanya digunakan untuk mengatasi mual dan muntah yang disebabkan karena asam lambung yang berlebih. Asam lambung yang berlebih bisa disebabkan karena pasien yang stress saat masuk rumah sakit.
2.      Pada antihipertensi berapakah target tekanan darah yang dituju atau diturunkan sedangkan dalam hal ini pasien mengalami strok iskemik?
Jawab: Menurut standard JNC VIII yaitu tekanan darah <150/90 mmHg untuk pasien berusia ≥60 tahun dan tekanan darah 140/90 mmHg untuk pasien yang berusia <60 tahun.
3.      Pada stroke iskemik pasien mengalami mual, bagaimana mengatasinya?
Jawaab: diberikan antiemetic, yaitu ranitidine
4.      Untuk mengembalikan syaraf yang rusak, terapi apa yang perlu diberikan?
Jawab: peberian neurodex tablet