Tuesday 2 April 2019

Makalah Farmasi Rumah Sakit; Total Pariental Nutrien (TPN) dan IV- Admixture

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
          Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapatkan masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cata parenteral (intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal kembali.
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike 1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).           
Dukungan nutrisi parenteral merujuk pada infusi formula nutrisi lewat intravena ke dalam aliran darah. Nutrisi parenteral total (TPN) berarti bahwa infusi tersebut memberikan kebutuhan lengkap nutrisi pasien. Nutrisi parenteral dapat diberikan baik secara sentral, yaitu lewat vena cava superior, atau secara perifer, yaitu lewat vena-vena lainnya, dengan segala keterbatasannya (Ferrie, 2011).
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Pencampuran intravena (intravenous admixtures) merupakan suatu proses pencampuran obat steril dengan larutan intravena steril untuk menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan intravena. Ruang lingkup dari intravenous admixtures adalah kelarutan atau rekonstitusi serbuk steril, penyiapan suntikan intravena sederhana, dan penyiapan suntikan intravena kompleks (Kastango, 2004).
Sesuai standar kompetensi apoteker Indonesia, apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pencampuran sediaan steril di rumah sakit sesuai dengan praktek penyiapan obat yang baik (good preparation practices, GPP) sehingga terjamin sterilitas, kelarutan dan kestabilannya. Bila terjadi ketidaktepatan dalam pencampuran intravena, baik dari segi prosedur aseptis, teknik pencampuran, pelarutan, dan penyimpanannya dapat menyebabkan pengendapan obat yang beresiko menimbulkan penyumbatan pada alat injeksi dan membahayakan pasien. Tempat dan lama penyimpanan juga berpengaruh pada stabilitas obat. Obat yang sudah direkonstitusi memiliki batas waktu kestabilannya sehingga perlu diperhatikan lama penyimpanannya (Lecvhuk, 1992).










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.           TOTAL PARENTERAL NUTRISI
1.             DEFINISI NUTRISI PARENTERAL
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah (Ferrie, 2011). Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike 1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).

2.             DASAR PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut (Iswono, 2008 ; Leksana, 2007 ; Setijanto, 2010) :
•   Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
•   Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
•   Pankreatitis akut ringan.
•   Kolitis akut.
•   AIDS.
•   Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
•   Luka bakar.
•   Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

3.             CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas (ASPEN, 1995):
a.    Nutrisi Parenteral Sentral ( Untuk Nutrisi Parenteral Total ) :
Merupakan pemberian nutrisi melalui vena subklavian menuju vena cava superior. Kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid.
b.    Nutrisi Parenteral Perifer ( Untuk Nutrisi Parenteral Parsial )
Merupakan pemberian nutrisi melalui vena median basilica atau vena sefalis dan berujung di vena subklavian. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.

4.             HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
·   24 jam pasca-bedah/trauma
·    Gagalnapas
·    Shock
·    Demamtinggi
·    Brain death (alasan cost-benefit)

5.             JENIS- JENIS  NUTRISI PARENTERAL
a.    Lemak
Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer .  Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak. Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids.
Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca.  Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit dan observasi efek samping pada 30 menit pertama pemberian.  Jika ada reaksi yang tidak diharapkan , segera hentikan pemberian dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak ada reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai resep.  Monitor serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta monitor terhadap tes fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
b.   Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses  intraselluler mutlak masih memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
1)    Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2)    Fruktosa / Sarbitol    : 3 gram / Kg BB/hari.
3)    Xylitol / maltose       : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1
c.    Protein/ Asam Amino
Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak , tubuh masih memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan visceral protein. Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi sumber energi Karena itu pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal  ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau protein  jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka diperlukan  karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.
d.   Mikronutrien dan Immunonutrien
Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari, masing-masing:
1)  Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2)  Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3)  Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4)  Zink  : 3 – 10 mg/ hari
     Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam  immunonutrient adalah:
1)  Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2)  Fatty acid.
3)  Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang memegang peran penting dalam proses “wound healing” peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi kesemuanya essenstial untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill sangat menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien standar:
Elemen Dasar
Jumlah
Zinc
5 mg
Copper
1 mg
Manganese
0.5 mg
Chromium
10 mcg
Selenium
60 mcg
Iodide
75 mcg

6.             TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut: Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan makanan. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:
•   Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
•   Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan berlangsung dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.
•    Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
•   Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan 10.000 kalori/hari.
•   Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi yang langsung ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi menjadi nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.

7.             INDIKASI NUTRISI PARENTERAL
Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut (Wiryana, 2007) :
a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus, atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal, diare berulang.
c.  Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d.  Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis gravidarum.

8.       KONSEP YANG PERLU DISAMAKAN MENGENAI NUTRISI PARENTERAL
a.    Menggunakan Vena Perifer Untuk Cairan Pekat.
Osmolaritas plasma  300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis  dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
b.   Memberikan Protein Tanpa Kalori Karbohidrat Yang Cukup
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar  asam amino  tersebut tidak  dibakar  menjadi  energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal = 1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
c.    Tidak Melakukan Perawatan Aseptik
Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.

9.       CONTOH SEDIAAN
a. Nutrisi Parenteral Total
1.      Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan kalsium.  Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
2.      Minofusin Paed
Larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi protein atau katabolisme protein.
                        Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin
2.511 g
L-Leusin
2.790 g
L-Lisin
2.092 g
L-Metionin
0.976 g
L-Fenilalanin
1.813 g
L-Treonin
1.743 g
L-Triptofan
0.558 g
L-Valin
2.092 g
L-Arginin
3.487 g
L-Histidin
0.698 g
L-Alanin
9.254 g
L-Aspartic acid
4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine
0.160 g
L-Glutamic acid
9.500 g
Glisin
3.845 g
L-Prolin
4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine
0.344 g
Nicotinamide
0.060 g
Piridoksin hidroklorida
0.040 g
Riboflavin-5′-phosphate sodium salt
0.0025 g
Kalium hidroksida
1.403 g
Natrium hidroksida
1.200 g
Kalsium klorida
0.735 g
Magnesium asetat



b.  Nutrisi Parenteral Parsial
1.      Cernevit
        Adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak (kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan.
Komposisi
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine 3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500 mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine 0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide 46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

10.       PENGHENTIAN NUTRISI PARENTAL
       Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah terjadinya rebound hipoglikemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.

B.            IV MIXTURE
1.             DEFINISI
Iv admixture adalah proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril,  menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara intravena. iv admixture dilakukan dengan teknik aseptic.

2.             TUJUAN PELAYANAN IV ADMIXTURE :
1.    Untuk menjamin sediaan obat memiliki mutu dan sterilitas terjamin
2.    Menghemat waktu perawat
3.    Menunrunkan angka kejadian infeksi nosokomial
4.    Ketepatan dosis
5.    Penghematan biaya

3.             KEGIATAN IV ADMIXTURE :
1.    Melarutkan obat-obat serbuk kering steril
2.    Menyiapkan suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe ataupun  kantong infuse.
3.    Menyiapkan suntikan iv dalam beberapa vial ataupun beberapa ampul yang sama ke dalam kantong infuse.

4.             PENENTUAN PRIORITAS TERHADAP PELAYANAN IV ADMIXTURE :

a.    Pasien-pasien dengan risiko infeksi terbesar
·      Immunosupressan
·      Transplantasi sum-sum,
·      Neonatal premature/bayi premature (NICU),
·      Pasien ICU/ICCU,
·      Pasien kanker.

5.             TIPE PELAYANAN IV ADMIXTURE :
1.      Pelayanan luas (semua pelarutan, antibiotika, TPN, sitostatika, ICCU, NICU, ICU)
2.      Pelayanan khusus (TPN 7hr/minggu dan sitostatika [jam kerja klinik])
6.             METODE PEMBERIAN IV ADMIXTURE :
1.    Infuse berkelanjutan (diberikan dalam waktu lama, kecepatan pemberial sangat lambat, menghindari efek toksik, volumenya besar, efek terapinya lama,obatnya stabil)
2.    Infuse intermitten ( menggantikan obat dengan volume besar dengan volumekecil yang sudah mengandung obat, kira-kira 30 menit) Penambahan via tube drip (obat dalam syringe dimasukan dalam infuse set, lama pemberian lebih singkat dibandingkan injeksi bolus ke dalam vena)

7.             LABEL IV ADMIXTURE :
·           Nama pasien, no MR, no ruangan
·           Nama obat dan jumlah yang ditambahkan
·           Nama obat dan jumlah larutan obat
·           Volume sediaan akhir larutan
·           Tanggal dan waktu pemberian
·           Kecepatan infuse rata-rata
·           Tanggal kadaluarsa
·           Petugas yang bertanggungjawab
·           Instruksi khusus

8.             JAMINAN MUTU IV ADMIXTURE:
·         Kalibrasi alat
·         Teknik dispensing
·         Label dan pencatatan order obat
·         Pemeriksaan selama transportasi : apakah ada yang pecah, tumpah, label     terlepas
·         Penyimpanan : hindari dengan pembekuan, harus diperhatikan
·         Pemeriksaan komponen sebelum dispensing : diperhatikan label, tanggal     kadaluarsa, ada endapan atau tidak, tanggal kadaluarsa

9.           HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
·      sesuaikan dengan kondisi pasien dan usiaDosis lazim obat
·      pelarut yang sesuai dengan kondisi pasienPelarutan
·      apakah di lemari es atau tidakPenyimpanan
·      harus diperhatikan karena ED masing-masing konsentrasi itu beda

10.       PROSEDUR YANG HARUS DILAKUKAN SEORANG FARMASIS DALAM PENYIAPAN IV ADMIXTURE:

1.        Cuci tangan sesuai prosedur dengan larutan aseptic
2.        Mengenakan pakaian steril, topi, penutup sepatu, masker
3.        Lewatkan semua obat dan alat melalui passbox
4.        Mengenakan sarung tangan steril
5.        Penyiapan alat
-          LAF di UV 30 menit
-          Siapkan semua obat dan alat yang dibutuhkan, susun dengan rapi di LAF
-          Periksa wadah,obat dan pelarut : endapan, warna, kadaluarsa, kebocoran
-          Cek obat : dosis, pelarut yang digunakan (jangan gunakan benzyl alcohol untuk bayi), cek label obatnya, cek juga semua alat apakah sudah benar) smua permukaan alat dan LAF dengan alcohol 70 %
6.        Pelaksanaan :
-          Ambil sejumlah obat yang dibutuhkan dengan teknik aseptic
-          Buang udara yang ada dalam spuit
-          Lepaskan kap plastic, swab dengan alcohol 70 %, masukan obat ke dalam spuit dengan perlahan-lahan
-          Tutup cap kantong infuse dengan parafilm
-          Buang spuit bekas obat
7.        Kemasan :Larutan yang telah selesai diberi label, Dikeluarkan lewat passbox (untuk kemudian) di recek oleh asst. apt, diberi klip plastic, lalu label luar, dan dikirim ke ruang rawat)
8.        Setelah selesai dikerjakan, swab kembali permukaan LAF dengan alcohol 70%
9.        LAF di UV 30 menit kembali

11.     RISIKO PEMBERIAN IV ADMIXTURE :
1.    Infeksi akibat kontaminasi
2.    Adanya pendarahan akibat pencabutan kateter
3.    Adanya emboli udara yang sampai ke jantung
4.    Adanya reaksi alergi karena efek obat yang cepat
5.    Adanya ketidaktercampuran obat karena pencampuran beberapa obat yang inkompatibilitas
-       Pyrogen
-       Pecahnya pembuluh darah
-       Terlepasnya partikel obat dari wadah ataukaret penutup wadah
-       Phlebitis dan iritan vena

BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
     IV admixture adalah proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril,  menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara intravena. iv admixture dilakukan dengan teknik aseptic. Tujuan pelayanan IV admixture adalah untuk menjamin mutu dan kesterilan obat, menghemat waktu perawat , menunrunkan angka kejadian infeksi nosokomial, ketepatan dosis dan penghematan biaya. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada sediaan IV admixture ini adalah kesterilan baik sediaan, cara pemberian, alat yang digunakan, dan kebersihan tenaga medis yang memberikan sediaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, 2004, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar      Manusia”         Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah,     S.Kp; Editor: Monica  Ester.- Jakarta : EGC

Arifin H. 2004. Rational use of Parenteral and Enteral Nutrition for postoperatve and        Critically ill Patient,Makalah lengkap KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi       intensif FKUH-RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo ,Makassar

Arifin. H. 1996.Metabolisme dan nutrisi pada Critically Ill : Langkah untuk masa   mendatang,     Kumpulan makalah pertemuan ilmiah berkala. (PIB) XI    IDSAI. Medan.

Anonim, 1996, Guideliness on Artifical Nutrition Support. British Society of Gastroenterology

Ferrie, Suzie, et al. 2011. Parenteral Nutrition Manual for Adult in Healt Care Facilities. Nutritions Support Interst Group. Dietitians Association of Australia.

Lippincott Williams & Wilkins, 1996,Modern Nutrition in Health and Disease.

Mustafa I, 2004,: Present and futute of Immunonutrition, Makalah lengkap

Kastango, E. S. 2004. The ASHP Discussion Guide for Compounding Sterile Preparations. USA : American Society of Health-System Pharmacist and Baxter Healthcare Corporation.

KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif  FKUH- RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo,Makassar

Levchuk, J. W. 1992. Parenteral Products in Hospital and Home Care Pharmacy Pratice. Pharmaceutical Dosage Forms : Perenteral Medicatoins. Volume 1.2 nd Editions. P.249-282. New York : Marcel Dekker

Olejnik, J;MrAz,PA, 1998, Perioperative Total Parental Nutrition All in One and Major    Gastrointestinal Surgery. Rozhl Chir ; 77:555

Poret, HA; Kuds, KA, 1993, Perioperative Total Parental Nutrition. Dalam buku :            Rombeau,             JL;Chadwell,MD; eds, Clinical Nutrition Parenterral            Nutrition, 2nd ed. WB Saunders

Rahardjo. 2002,Dukungan Kombinasi Nutrisi Enteral-Parenteral, 2nd Symposium             Life      Support & Critical Care on Trauma & Emergency          Patients.Surabaya
Rahardjo. E, 1992, Pola Umum Pelaksanaan Nutrisi Parenteral, Simposium Terapi           Cairan III, Nutrisi Parenteral, Surabaya

Rifki, AZ, 2001,Bantuan Nutrisi Perioperatif. Simposium Kedokteran Perioperatif II KONAS VI IDSAI

Rombeau J, 1999,Consensus Confrence Report Reviews Evidence on Perioperative            Nutritional  Support. Scientific American Surgery; II; 10:20-21

S.Sunatrio, 2004,Imunonutrisi Pada Pasien Sakit Kritis ,The Indonesian Journal Of Anaestesiology And Critical Care, Vol 22 No 2