BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nutrisi
seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita
yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapatkan masukan
nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cata parenteral
(intravena). Nutrisi parenteral tidak menggantikan fungsi alamiah usus, karena
itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai usus berfungsi normal
kembali.
Nutrisi adalah proses dimana tubuh
manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan,
pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang
baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S,
2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap
struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu
bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah
hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan
akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi
parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses menelan,
gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike 1996;
Mahon, 2004;Trujillo,2005).
Dukungan nutrisi parenteral merujuk
pada infusi formula nutrisi lewat intravena ke dalam aliran darah. Nutrisi
parenteral total (TPN) berarti bahwa infusi tersebut memberikan kebutuhan
lengkap nutrisi pasien. Nutrisi parenteral dapat diberikan baik secara sentral,
yaitu lewat vena cava superior, atau secara perifer, yaitu lewat vena-vena
lainnya, dengan segala keterbatasannya (Ferrie, 2011).
Pemberian nutrisi parenteral hanya
efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya. Status
nutrisi basal dan berat ringannya penyakit memegang peranan penting dalam
menentukan kapan dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada
orang-orang dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini
dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Pencampuran intravena (intravenous admixtures) merupakan suatu
proses pencampuran obat steril dengan larutan intravena steril untuk
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk penggunaan intravena.
Ruang lingkup dari intravenous admixtures
adalah kelarutan atau rekonstitusi serbuk steril, penyiapan suntikan
intravena sederhana, dan penyiapan suntikan intravena kompleks (Kastango,
2004).
Sesuai standar kompetensi apoteker
Indonesia, apoteker bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pencampuran
sediaan steril di rumah sakit sesuai dengan praktek penyiapan obat yang baik (good preparation practices, GPP)
sehingga terjamin sterilitas, kelarutan dan kestabilannya. Bila terjadi
ketidaktepatan dalam pencampuran intravena, baik dari segi prosedur aseptis,
teknik pencampuran, pelarutan, dan penyimpanannya dapat menyebabkan pengendapan
obat yang beresiko menimbulkan penyumbatan pada alat injeksi dan membahayakan
pasien. Tempat dan lama penyimpanan juga berpengaruh pada stabilitas obat. Obat
yang sudah direkonstitusi memiliki batas waktu kestabilannya sehingga perlu
diperhatikan lama penyimpanannya (Lecvhuk, 1992).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TOTAL
PARENTERAL NUTRISI
1.
DEFINISI NUTRISI PARENTERAL
Nutrisi Parenteral adalah suatu
bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui saluran pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah
hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan
akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral
Total, namun demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah (Ferrie, 2011).
Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike
1996; Mahon, 2004;Trujillo,2005).
2.
DASAR PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral secara
rutin tidak direkomendasikan pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut
(Iswono, 2008 ; Leksana, 2007 ; Setijanto, 2010) :
• Pasien-pasien kanker yang sedang
menjalankan terapi radiasi dan kemoterapi.
• Pasien-pasien preoperatif yang bukan
malnutrisi berat.
• Pankreatitis akut ringan.
• Kolitis akut.
• AIDS.
• Penyakit paru yang mengalami
eksaserbasi.
• Luka bakar.
• Penyakit-penyakit berat stadium
akhir (end-stage illness)
3.
CARA PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas (ASPEN, 1995):
a.
Nutrisi Parenteral Sentral ( Untuk Nutrisi Parenteral
Total ) :
Merupakan
pemberian nutrisi melalui vena subklavian
menuju vena cava superior. Kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse
karena keadaan saluran pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang
dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E
1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang
mengandung lemak seperti intralipid.
b.
Nutrisi Parenteral Perifer ( Untuk Nutrisi Parenteral
Parsial )
Merupakan
pemberian nutrisi melalui vena median
basilica atau vena sefalis dan berujung di vena subklavian. Sebagian
kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi melalui enteral. Cairannya
yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
4.
HAL YANG
HARUS DIPERHATIKAN SELAMA PEMBERIAN
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III
pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka pemberian
paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi
parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
· 24 jam
pasca-bedah/trauma
· Gagalnapas
· Shock
· Demamtinggi
· Brain death (alasan cost-benefit)
5.
JENIS- JENIS NUTRISI PARENTERAL
a.
Lemak
Lipid
diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer .
Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak.
Sebagian besar berasal dari minyak kacang kedelai, yang komponen utamanya
adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic,dan stearic acids.
Ketika
menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah sesuatu ke dalam larutan
emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap emulsi yang terpisah menjadi lapisan
lapisan atau berbuih, jika ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke
farmasi, jangan menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu
besar untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar
digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan lubang
angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan botol kaca. Berikan TPN
ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign setiap 10 menit dan observasi
efek samping pada 30 menit pertama pemberian. Jika ada reaksi yang tidak
diharapkan , segera hentikan pemberian dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak
ada reaksi yang tidak diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai
resep. Monitor serum lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta
monitor terhadap tes fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan
ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian
lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak esensial (terutama asam
linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi pendamping karbohidrat terutama
pada kasus stress yang meningkat. Bila lemak tidak diberikan dalam program
nutrisi parenteral total bersama subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak
rantai panjang akan terjadi kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik
bertahan sekitar empat minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml
emulsi lemak 10 ml paling sedikit 2 kali seminggu.
b.
Karbohidrat
Beberapa
jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur
metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa, sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak
seperti glukosa maka, bahwa maltosa ,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk
menembus dinding sel tidak memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak
memerlukan insulin untuk masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak
masih memerlukannya sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses
intrasel. Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh karena
itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing karbohidrat :
1)
Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2)
Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3)
Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa,
Xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1
c. Protein/
Asam Amino
Selain kalori yang dipenuhi dengan
karbohidrat dan lemak , tubuh masih memerlukanasam amino untuk regenerasi sel ,
enzym dan visceral protein. Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi
sumber energi Karena itu pemberian protein / asam amino harus dilindungi kalori
yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak dibakar menjadi energi (
glukoneogenesis). Jangan memberikan asam amino jika kebutuhan kalori belum
dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150
kcal ( karbohidrat ) untuk setiap gram nitrogen atau 25 kcal untuk tiap
gram asam amino . Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam
perhitungan kebutuhan kalori. Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam
amino atau protein jika diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari
maka diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300
gram.
d. Mikronutrien
dan Immunonutrien
Pemberian calsium, magnesium &
fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari, masing-masing:
1) Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2) Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3) Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4) Zink : 3 – 10 mg/ hari
Tiga
grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient adalah:
1)
Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2)
Fatty acid.
3)
Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas
adalah ingredients yang memegang peran penting dalam proses “wound healing”
peningkatan sistem immune dan mencegah proses inflamasi kesemuanya essenstial
untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill sangat menurun.
Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini ditambahkan dalam
support nutrisi dengan nama Immune Monulating Nutrition (IMN ) atau
immunonutrition.
Contoh larutan mikronutrien standar:
Elemen Dasar
|
Jumlah
|
Zinc
|
5 mg
|
Copper
|
1 mg
|
Manganese
|
0.5 mg
|
Chromium
|
10 mcg
|
Selenium
|
60 mcg
|
Iodide
|
75 mcg
|
6.
TUJUAN PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL
Adapun
tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut: Menyediakan nutrisi
bagi tubuh melalui intravena, karena tidak memungkinkannya saluran cerna untuk
melakukan proses pencernaan makanan. Total Parenteral Nutrition (TPN)
digunakan pada pasien dengan luka bakar yang berat, pancreatitis ,inflammatory
bowel syndrome, inflammatory bowel disease,ulcerative colitis,acute renal
failure,hepatic failure,cardiac disease, pembedahan dan cancer. Mencegah lemak
subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
Pemberian
dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:
• Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan
nutrisinya,kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
• Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses
glukoneogenesis akan berlangsung dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi
karbohidrat.
• Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500
kalori/hari,diperlukan oleh rata-rata dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh
untuk digunakan.
• Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan
penyakit hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan 10.000
kalori/hari.
• Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam
konsentrasi yang langsung ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi
menjadi nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.
7.
INDIKASI NUTRISI PARENTERAL
Indikasi
dari nutrisi parenteral sebagai berikut (Wiryana, 2007) :
a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula
enterokunateus, atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b. Kondisi dimana usus harus
diistirahatkan seperti pada pancreatitis berat, status pre operatif dengan malnutrisi
berat, angina intestinal, diare berulang.
c. Gangguan motilitas usus seperti
pada ileus yang berkepanjangan.
d. Makan, muntah terus menerus, gangguan
hemodinamik, hiperemisis gravidarum.
8. KONSEP
YANG PERLU DISAMAKAN MENGENAI NUTRISI PARENTERAL
a. Menggunakan Vena Perifer Untuk Cairan Pekat.
Osmolaritas
plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900
mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka makin mudah terjadi
tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya
digunakan vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah
besar dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak
dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka
sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan
osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan ) Vena kaki tidak
boleh dipakai karena sangat mudah deep vein trombosis dengan resiko
teromboemboli yang tinggi.
b. Memberikan Protein Tanpa Kalori Karbohidrat Yang Cukup
Sumber
kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan eritrosit
mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi lebih dulu. Diperlukan
deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam
amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi
pemberian asam amino harus dilindungi kalori, agar asam amino
tersebut tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap
gram Nitrogen harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen
setara 6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak
ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam amino jika
kebutuhan kalori belum dipenuhi.
c. Tidak Melakukan Perawatan Aseptik
Penyulit
trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/ infeksi. Prevalensi
infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering ditemukan adalah flora kulit yang
terbawa masuk pada penyulit atau ganti penutup luka infuse.
9. CONTOH SEDIAAN
a. Nutrisi Parenteral Total
1. Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk
infus intravena. Dikemas dalam satu kantong dengan dua bagian: satu berisi
larutan asam amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan
kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori (kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium (mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat (mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6 Osmolaritas (mOsm/l) 845
2.
Minofusin Paed
Larutan asam amino 5% bebas
karbohidrat, mengandung elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan
bayi. Bagian dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi
protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana pemberian
peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di mana kebutuhan protein
meningkat, defisiensi protein atau katabolisme protein.
Komposisi:
Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin
|
2.511 g
|
L-Leusin
|
2.790 g
|
L-Lisin
|
2.092 g
|
L-Metionin
|
0.976 g
|
L-Fenilalanin
|
1.813 g
|
L-Treonin
|
1.743 g
|
L-Triptofan
|
0.558 g
|
L-Valin
|
2.092 g
|
L-Arginin
|
3.487 g
|
L-Histidin
|
0.698 g
|
L-Alanin
|
9.254 g
|
L-Aspartic acid
|
4.045 g
|
N-Acetyl-L-cysteine
|
0.160 g
|
L-Glutamic acid
|
9.500 g
|
Glisin
|
3.845 g
|
L-Prolin
|
4.185 g
|
N-Acetyl-L-tyrosine
|
0.344 g
|
Nicotinamide
|
0.060 g
|
Piridoksin hidroklorida
|
0.040 g
|
Riboflavin-5′-phosphate sodium salt
|
0.0025 g
|
Kalium hidroksida
|
1.403 g
|
Natrium hidroksida
|
1.200 g
|
Kalsium klorida
|
0.735 g
|
Magnesium asetat
|
b. Nutrisi Parenteral Parsial
1.
Cernevit
Adalah
preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak (kecuali vitamin K)
dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic acid dan lecithin). Mengingat
kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin berkurang karena berbagai situasi stress
(trauma, bedah, luka bakar, infeksi) yang dapat memperlambat proses
penyembuhan.
Komposisi
Setiap vial mengandung:
Retinol
Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU, Cholecalciferol 220 IU, DL
alphatocopherol 10.200 mg ,Amount corresponding to alphatocopherol 11.200
IU,Asam Askorbat 125.000 mg, Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount
corresponding to thiamine 3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate
5.670 mg ,Amount corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine
Hydrochloride 5.500 mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg,
Cyanocobalamine 0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount
corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg, Nicotinamide
46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000 mg Soya Lecithin 112.500
mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.
10. PENGHENTIAN
NUTRISI PARENTAL
Penghentian
nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap untuk mencegah
terjadinya rebound hipoglikemia. Cara yang dianjurkan adalah melangkah mundur
menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi enteral dinaikkan kandungan
subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral yang adekuat (2/3 dari jumlah
kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru dapat dihentikan.
B.
IV MIXTURE
1.
DEFINISI
Iv
admixture adalah proses pencampuran obat steril ke dalam larutan intravena steril, menghasilkan suatu sediaan steril yang
bertujuan untuk pemberian secara intravena. iv admixture dilakukan dengan
teknik aseptic.
2.
TUJUAN PELAYANAN IV ADMIXTURE :
1.
Untuk menjamin sediaan obat memiliki
mutu dan sterilitas terjamin
2.
Menghemat waktu perawat
3.
Menunrunkan angka kejadian infeksi
nosokomial
4.
Ketepatan dosis
5.
Penghematan biaya
3.
KEGIATAN IV ADMIXTURE :
1. Melarutkan
obat-obat serbuk kering steril
2. Menyiapkan
suntikan iv dalam 1 vial atau 1 ampul ke dalam syringe ataupun kantong infuse.
3. Menyiapkan
suntikan iv dalam beberapa vial ataupun beberapa ampul yang sama ke dalam
kantong infuse.
4.
PENENTUAN PRIORITAS TERHADAP PELAYANAN IV ADMIXTURE
:
a.
Pasien-pasien dengan risiko infeksi
terbesar
· Immunosupressan
· Transplantasi
sum-sum,
· Neonatal
premature/bayi premature (NICU),
· Pasien
ICU/ICCU,
· Pasien
kanker.
5.
TIPE PELAYANAN IV ADMIXTURE :
1.
Pelayanan luas (semua pelarutan,
antibiotika, TPN, sitostatika, ICCU, NICU, ICU)
2.
Pelayanan khusus (TPN 7hr/minggu dan
sitostatika [jam kerja klinik])
6.
METODE PEMBERIAN IV ADMIXTURE :
1. Infuse
berkelanjutan (diberikan dalam waktu lama, kecepatan pemberial sangat lambat,
menghindari efek toksik, volumenya besar, efek terapinya lama,obatnya stabil)
2.
Infuse intermitten ( menggantikan obat
dengan volume besar dengan volumekecil yang sudah mengandung obat, kira-kira 30
menit) Penambahan via tube drip (obat dalam syringe dimasukan dalam infuse set,
lama pemberian lebih singkat dibandingkan injeksi bolus ke dalam vena)
7.
LABEL IV ADMIXTURE :
·
Nama pasien, no MR, no ruangan
·
Nama obat dan jumlah yang ditambahkan
·
Nama obat dan jumlah larutan obat
·
Volume sediaan akhir larutan
·
Tanggal dan waktu pemberian
·
Kecepatan infuse rata-rata
·
Tanggal kadaluarsa
·
Petugas yang bertanggungjawab
·
Instruksi khusus
8.
JAMINAN MUTU IV ADMIXTURE:
·
Kalibrasi alat
·
Teknik dispensing
·
Label dan pencatatan order obat
·
Pemeriksaan selama transportasi : apakah
ada yang pecah, tumpah, label terlepas
·
Penyimpanan : hindari dengan pembekuan,
harus diperhatikan
·
Pemeriksaan komponen sebelum dispensing
: diperhatikan label, tanggal kadaluarsa,
ada endapan atau tidak, tanggal kadaluarsa
9.
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
· sesuaikan
dengan kondisi pasien dan usiaDosis lazim obat
· pelarut
yang sesuai dengan kondisi pasienPelarutan
· apakah
di lemari es atau tidakPenyimpanan
·
harus diperhatikan karena ED
masing-masing konsentrasi itu beda
10.
PROSEDUR YANG HARUS DILAKUKAN SEORANG FARMASIS DALAM
PENYIAPAN IV ADMIXTURE:
1.
Cuci tangan sesuai prosedur dengan
larutan aseptic
2.
Mengenakan pakaian steril, topi, penutup
sepatu, masker
3.
Lewatkan semua obat dan alat melalui
passbox
4.
Mengenakan sarung tangan steril
5.
Penyiapan alat
-
LAF di UV 30 menit
-
Siapkan semua obat dan alat yang
dibutuhkan, susun dengan rapi di LAF
-
Periksa wadah,obat dan pelarut :
endapan, warna, kadaluarsa, kebocoran
-
Cek obat : dosis, pelarut yang digunakan
(jangan gunakan benzyl alcohol untuk bayi), cek label obatnya, cek juga semua
alat apakah sudah benar) smua permukaan alat dan LAF dengan alcohol 70 %
6.
Pelaksanaan :
-
Ambil sejumlah obat yang dibutuhkan
dengan teknik aseptic
-
Buang udara yang ada dalam spuit
-
Lepaskan kap plastic, swab dengan
alcohol 70 %, masukan obat ke dalam spuit dengan perlahan-lahan
-
Tutup cap kantong infuse dengan parafilm
-
Buang spuit bekas obat
7.
Kemasan :Larutan yang telah selesai
diberi label, Dikeluarkan lewat passbox (untuk kemudian) di recek oleh asst.
apt, diberi klip plastic, lalu label luar, dan dikirim ke ruang rawat)
8.
Setelah selesai dikerjakan, swab kembali
permukaan LAF dengan alcohol 70%
9.
LAF di UV 30 menit kembali
11.
RISIKO PEMBERIAN IV ADMIXTURE :
1. Infeksi
akibat kontaminasi
2.
Adanya pendarahan akibat pencabutan
kateter
3. Adanya
emboli udara yang sampai ke jantung
4. Adanya
reaksi alergi karena efek obat yang cepat
5. Adanya
ketidaktercampuran obat karena pencampuran beberapa obat yang inkompatibilitas
- Pyrogen
- Pecahnya
pembuluh darah
- Terlepasnya
partikel obat dari wadah ataukaret penutup wadah
- Phlebitis
dan iritan vena
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nutrisi Parenteral adalah suatu
bentuk pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa
melalui saluran pencernaan. Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan
kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah
berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan
nutrisi enteral yang mudah dicerna.
IV admixture adalah proses pencampuran obat
steril ke dalam larutan intravena steril,
menghasilkan suatu sediaan steril yang bertujuan untuk pemberian secara
intravena. iv admixture dilakukan dengan teknik aseptic. Tujuan pelayanan IV
admixture adalah untuk menjamin mutu dan kesterilan obat, menghemat waktu
perawat , menunrunkan angka kejadian infeksi nosokomial, ketepatan dosis dan penghematan
biaya. Hal – hal yang perlu diperhatikan pada sediaan IV admixture ini adalah
kesterilan baik sediaan, cara pemberian, alat yang digunakan, dan kebersihan
tenaga medis yang memberikan sediaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat,
S.Kp, 2004, “Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp,
Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor:
Monica Ester.- Jakarta : EGC
Arifin H. 2004. Rational use of Parenteral and Enteral Nutrition for postoperatve and Critically ill Patient,Makalah
lengkap KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi intensif FKUH-RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo ,Makassar
Arifin. H. 1996.Metabolisme dan nutrisi pada Critically Ill
: Langkah untuk masa mendatang, Kumpulan makalah pertemuan ilmiah berkala.
(PIB) XI IDSAI. Medan.
Anonim, 1996, Guideliness on Artifical Nutrition Support. British Society of
Gastroenterology
Ferrie, Suzie, et al. 2011. Parenteral
Nutrition Manual for Adult in Healt Care Facilities. Nutritions Support Interst
Group. Dietitians Association of Australia.
Lippincott
Williams & Wilkins, 1996,Modern Nutrition in Health and Disease.
Mustafa I,
2004,: Present and futute of
Immunonutrition, Makalah lengkap
Kastango, E. S. 2004. The ASHP Discussion Guide for Compounding Sterile
Preparations. USA : American Society of Health-System Pharmacist and Baxter
Healthcare Corporation.
KONAS IDSAI VII, Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FKUH- RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo,Makassar
Levchuk, J. W. 1992. Parenteral Products
in Hospital and Home Care Pharmacy Pratice. Pharmaceutical
Dosage Forms : Perenteral Medicatoins. Volume 1.2 nd Editions. P.249-282.
New York : Marcel Dekker
Olejnik, J;MrAz,PA, 1998, Perioperative Total Parental Nutrition All
in One and Major Gastrointestinal
Surgery. Rozhl Chir ; 77:555
Poret, HA; Kuds,
KA, 1993, Perioperative Total Parental
Nutrition. Dalam buku : Rombeau,
JL;Chadwell,MD; eds,
Clinical Nutrition Parenterral Nutrition,
2nd ed. WB Saunders
Rahardjo. 2002,Dukungan Kombinasi Nutrisi
Enteral-Parenteral, 2nd Symposium Life
Support & Critical Care on Trauma
& Emergency Patients.Surabaya
Rahardjo. E, 1992, Pola Umum Pelaksanaan Nutrisi Parenteral, Simposium Terapi Cairan III, Nutrisi Parenteral,
Surabaya
Rifki, AZ, 2001,Bantuan Nutrisi Perioperatif. Simposium Kedokteran Perioperatif II
KONAS VI IDSAI
Rombeau J, 1999,Consensus Confrence Report Reviews Evidence on Perioperative Nutritional Support. Scientific American Surgery; II;
10:20-21
S.Sunatrio, 2004,Imunonutrisi Pada Pasien Sakit Kritis ,The Indonesian Journal Of
Anaestesiology And Critical Care, Vol 22 No 2
No comments:
Post a Comment