Sunday, 15 November 2015

MORTAXTUM part 1 " Ruang Lingkup Mortaxtum dan Tumbuhan"

BERDASARKAN TINGKATANNYA TUMBUHAN DIBAGI ATAS 2 TINGKATAN, YAITU:
1.       Tingkat rendah
a.       Thallophyta
adalah tumbuhan yang memiliki batrang, daun dan akar yang jelas..
Misalnya alga/ganggang
b.      Bryophyte
Adalah tumbuhan yang akar, batang , daun belum terdeferensiasi sempurna dan berkembang biak dengan spora.
Misalnya lumut (hepatica, hanworts, mosses)
c.       Pteridophyta
Adalah tumbuhan yang akar, batang , daun terdeferensiasi sempurna dan berkembang biak dengan spora.
d.      Kormophyta berspora
Misalnya lumut, paku gajah

2.       Tumbuhann tingkat tinggi
a.       Spermatophyte
Adalah tumbuhan yang akar, batang , daun terdeferensiasi sempurna dan berkembang biak dengan biji.
b.      Kormophyta berbiji
Misalnya cycas rumphi, jambu, pakis haji


PRINSIP DASAR MORTAXTUM
1.       Klasifikasi
Usaha mengelompokkan tumbahan kedalam tingkatan takson tertentu berdasarkan kesamaan dan hubungan karakter yang dimilikinya.
Tujunannya:
a.       Menempatkan tumbuhan pada suatu tingkatan takson tertentu berdasarkan kesamaan dan hubungan kekerabatan yang dimiliknya
b.      Memberikan urutan system, posisi, dan tingkatan takson secara teratur
c.       Memberikan suatu sistem informasi tentang tumbuhan tertentu secara efektif dan efesien.
2.       Identifikasi
Adalah usaha untuk memberikan identitas pada suatu jenis tumbuhan disesuaikan dengan nomenclature yang berlaku
3.       Nomenclature adalah sistem atau pedoman tatacara pemberian nama serta pengelompokan  tumbuhan yang berlaku secsara Tumbuhan yang berlaku secara internasional
4.       Deskripsi adalah suatu pernyataan atau uraian lengkap dari morfologi (struktur luar) dari suatu tumbuhan yang diamati.


TINGKATAN TAKSON TUMBUHAN
1.       Kingdom / regnum (dunia)
2.       Divisi / phylum
3.       Class (kelas)
4.       Ordo (bangsa)
5.       Family (suku)
6.       Genus (marga)
7.       Species (jenis)
Penggunaan misalnya pada padi:
Kingdom: plantae
Divisi      : spermatophyte
Class      : monocotyledonae
Ordo      : poales
Genus   : poaceae
Spesies : oryza sativa
                                Penulisan spesies:
1.       Kata pertama huruf kapital
2.       Kata kedua awalnya kecil
3.       Dimiringkan/ digaris bawahi / dipertebal

SISTEM KLASIFIKASI DAN PERKEMBANGAN
1.       Artificial classification
Adalah pengelompokkan berdasarkan manfaat, karakter yang mudah diamati atau perawakan yang sama.
a.       Periode 0-1753 M
-          Periode sebelum adanya peradaban: manusia belum mengenal tulis baca (folk taksonomi)
b.      Periode awal peradaban  : manusia sudah kenal tulis baca, belum ada naskah taksonimi yang dicetak. Dikenal theoprastus (yunani) sebagai bapak botani. Ia mengelompokkan sifat batang, pohon, semak , semak kecil dan herba. Bvukunya berjudul de historia plantarum
c.       Periode botani abad pertengahan : adanya avicienna (ibnu sina) yang membuat list obat “conon of medoicine)
d.      Periode botani renaissance, percetakan naskah nya dieropa
e.      Periode sexual sistem : menggunakan organ seksual sebagai karakter pembeda. Abad ini dikenal corollus linneus sebagai bapak taksonomi modern. Ia mengembangkan sistem binomial system , yaitu nama yang memakai 2 suku kata. Dia juga mengembangkan konsep spesies plantarum dan buku hortus aplanditus
2.       Klasifikasi alami (natural classification)
Adalah sistem pengelompokkan berdasarkan pada beberapa karakter alami yang memungkinkan unutk pengelompokkan suatu takson. Pengelompokkan:
a.       1763-1883 : Michel adanson mengembangkan konsep numerical taksonomi
b.      George bentham dan j.d. hooker (inggris) memisahkan dicotyledone, monocotyledene dan gymnospermae dalam pengelompokkan yang terpisah.
3.       Phylogenetic classification (1883-sekarang)
Adalah pengelompokkan tumbuhan berdasarkan kekerabatan antara takson dengan melakukan analisis karakter. Ahli:
a.       Adolph angles dan kart prantl (jerman) : menyatakan bahwa seluruh kingdom tumbuhan datambah kunci determinasi dan deskripsi dari seliuruh genera yang diketahui. Bukunya die natrichen pflanzenfamilien
4.       Phonetic classification
Adalah pengelompokkan tumbuhan berdasarkan ciri fenetik (morfologi, anaomi , embriologi dan fitokimia) yang ada tanpa mempedulikan hubungan kekerabatannya. Ahli:
Sneath dan sokal. Bukunya berjudul mathematical taxonomi
5.       Evolusionary taxonomix classification
Adalah pengelompokkan tumbuhan berdasarkan evolusi  dan hubungan kekerabatan. Ahli: simpson dan stuessy


CARA IDENTIFIKASI
1.       Sendiri
a.       membandingkan sampel tumbuhan dengan gambar , foto, ilustrasi yang ada dalam buku botani, jurnal atau botani resmi
b.      membandingkan dengan specimen herbarium yang telah terindentifikasi
2.       bantuan orang lain
a.       menanyakan secara langsung kepada ahli botani  atau lembaga resmi yang khusus melkukan kerja identifikasi (herbarium)
b.      menggunakan kunci determinasi

herbarium adalah institusi atau lembaga penelitian didalamnya terdapat spesies tumbuhan yang telah diawetkan dan diberi label. Fungsi utamanya adalah menyimpan sampel tumbuhan, pusat penelitian , dan untuk identifikasi.

Institusi yang menyimpan gtumbuhan yang diawetkan itu misalnya:
1.       herbarium begorience (BO)
2.       herbarium andalas (ANDA)
3.       herbarium leiden (belanda)
4.       herbarium kew (inggris)
Kunci determinasi adalah serangkaian kalimat pendek yang disusun untuk mengekspresikan karakter-karakter yang penting atau utama yang dimiliki oleh suatu kelompok tumbuhan.
Macam –macam kunci determinasi:
1.       flora
2.       manuals
3.       monograph
Kunci determinasi terbaru:
1.       bracketed key (kunci kurung)
-          kalimat pertama penting, jika salah, jenis susah ditemukan
-          mudah dipakai untuk pemula
2.       idented key (kunci cekung)
-          kuncinya pendek-pendek
-          pemula akan kebingungan
-          kalimat pertama letaknya berjauhan
3.       multi acces key (dengna menggunakan kartu)
4.       computer-stored key
kelemahan tidak semua tumbuhan yang bisa tercover
5.       DNA barcoding
-          Diciptakan orang PGA
-          Tidak bisa dipakai untuk daerah tropis


NOMENCLATURE BOTANI
Adalah sistem tatacara pemberian nama serta pengelompokkan tumbuhan yang berlaku secara internasional. Diatur dalam International Code Of Botanical Nomenclature (ICBN), atau dalam bahasa Indonesianya Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT).  Dipublikasikan oleh International Association Of Plant Taxonomi (IAPT).
a.       Pada hewan : International Code Of zoologican nomenclature ( ICZN)
b.      Pada bakteri : International Code Of nomenclature bacteria (ICBN/BC)
c.       Pada budidaya : International Code Of nomenclature of cultivated plants ( ICNCP)

PERBEDAAN NAMA LOKAL DENGAN NAMA ILMIAH
1.       Nama lokal
a.       Bersifat lokal
b.      Hanya dimengerti masyarakat kecil
c.       Dalam bahasa sehari –hari
d.      Mudah dieja dan dilafalkan
e.      Tidak mengikuti ketentuan manapun
f.        Mempunyai bentuk sinonim dan homonym
2.       Nama ilmiah
a.       Bersifat internasional
b.      Dimengerti masyarakat internasional minimal kalangan ilmuan
c.       Dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa latin
d.      Kedang sulit dieja dan dilafalkan
e.      Mengikuti kesepakan internasional yang diatur dalam KITT
f.        Hanya mempunyai satu nama yang bemar , kecuali dalam hal yang dinyatakan secara khusus


PERKEMBANGAN ATURAN TATANAMA
1.       Polynomial nomenclature : nama tumbuhan yang terdiri atas banyak kata.
Misal Salix pumila angustifolia altera
2.       binomial nomenclature : tatanama tumbuhan yang terdiri atas 2 kata
Misal : Allium cepa

SEJARAH BINOMIAL SYSTEM
1.       Corollus linneuS
a.       Menyusun konsep binomial system “ species plantarum (1753)”
b.      Membuat rules tatanama tumbuhan “critica botania (1737)
c.       Memperkuat aturan tatanama “philasophica botanica (1751)
2.       A.P. De Candolle
Membuat interaksi penggunaan prosedur aturan tatanama linneus. Teorinya  “ elementare de la botanique (1813)
3.       Steudel
Memberikan nama latin pada tumbuhan berbunga yang dikenali masa itu. “ nomenclature botanicus ( 1821).


KONGRES INTERNASIONAL TUMBUHAN
1.       Parls (1867): kongres I
-          De condolle membagikan naskah lois de la nomenclature batanique “de condolle rules = paris code
-          Amerika mempublikasikan Rochester code (1892) mengemukakan konsep type , tautonym diperbolehkan
-          Inggris mempublikasikan  “kew rules”
2.       Vienna /wina (1905) : kongres III
-          Vienna code
a.       Menjadikan spesies plantarum sebagai dasar penyusunan aturan tatanama
b.      Tautonym tidak diakui
c.       Analisa latin untuk spesies baru
d.      Nomina conservanda diakui
-          American code (1907)
e.      Analisa latin dan Nomina conservanda tidak diakui
3.       Cambridge (1930) : kongres V
Mengeluarkan aturan “ international rules of botanical nomenclature)
-          Pengembangan Vienna code dan American code
-          Konsep Analisa latin dan Nomina conservanda  diakui
-          tautonym tidak diakui
4.       Stockholm (1950) : kongres VII
Mengeluarkan aturan “ international rules of botanical nomenclature) atau international code of nomenclature botani”
5.       Tokyo ( 1993) : kongeres XV
Dipublikasikan tahun 1994
6.       St. Louis (1999) : kongeres  XVI
Publikasinya tahun 2000
7.       Vienna (2005) : kongres XVII
8.       Melbourne , australis (2010) : kongeres XVIII


NAMA- NAMA YANG DITOLAK
1.       Nomen nudum / nama telanjang
Adalah nama yang tidak bdilengkapi  dengan deskripsi, tidak dilengkapi analisa latin/ tidak dipublikasikan secara efektif / tidak ada specimen tipe
2.       Tautonym
Adalah nama yang penujuk jenisnya sama persis dengan nama genusnya
Misal : Mulus-mulus (apel) : dulu diakui, sekarang tidak, sehingga diganti menjadi Mulus pumila atau Pyrus mulus
3.       Nomina conservanda
Adalah nama yang tidak sesuai tatanama, tapi tetap dipertahankan untuk tujuan konservasi
Misal:
a.       Compositae = asteraceae
b.      Graminaceae = poaceae, tipenya poa
c.       Compositae = asteraceae , tipenya aster
d.      Cruciferae = brasicae, tipenya brassica
e.      Guttiferae = clusieae, tipenya clusia
f.        Labiatae = lamieae, tipenya lamium
g.       Leguminosae = fabeae, tipenya faba
h.      Palmae = areceae, tipenya areca
i.         Umbelliferae = apieae, tipenya apium
4.       Nomen ambigum
Adalah nama yang ditafsirkan berbeda oleh beberapa author dan digunakan untuk memberi nama beberapa spesies yang berbeda
5.       Nomen comfusum
Adalah nama yang ditolak Karena dipublikasikan berdasarkan specimen tipe yang terdiri dari 2 atau beberapa unsur yang selalu bertentangan , sehingga susah untuk menunjukkan specimen pengganti
6.       Nomen dubium
Adalah nama ynag meragukan karena tidak jelas ditujukan pada tingkat takson yang jelas
7.       Nama –nama yang aneh
adalah nama-nama yang menurut aturan dianggap aneh , tidak diakui atau ditolak

KETENTUAN UMUM NAMA-NAMA TAKSON
1.       Tidak sah (illegitimate) : nama yang tidak sesuai
2.       Nama sah (legitimate) : nama yang sesuai dengan aturan yang berlaku
3.       Nama yang benar (correct) : nama yang benar yang tertera dalam publikasi ilmiah






EPITHET NAME
1.        Nama orang
Misal:
-          Rafflesia arnoldi (rafles dan Arnold)
-          Hamalomena rusdii ( penghormatan untuk bapak rusdi)
2.       Nama tempat
Misal: Refflesia gadutensis (ditemukan digunung gadut )
3.       Karakter tumbuhan bersangkutan
Misal : Nephentes rigidifolia ( rigidifolia =  daunnya tebal)
4.       kata benda sebagai kata tambahan
misal Allium cepa (cepa bahasa latin untuk bawang)

AZAZ-AZAZ TATANAMA TUMBUHAN
1.       tatanama tumbuhan dan  hewan berdiri sendiri
2.       penetapan nama-nama takson ditentukan dengan perantaraan tipe tatanamanya
3.       tatanama takson didasarkan atas 3 prioritas publikasinya.
4.       Suatu takson hanya dapat mempunyai satu nama yang benar , yaitu nama-nama yang sesuai dengan peraturan , kecuali dalam hal-hal yang dinyatakan secara khusus
5.       Nama ilmiah diberlakukan sebagai bahasa latin tanpa memperhatikan asalnya
6.       Perlakuan tatanama berlaku surut, kecuali bila dibatasi dengan sengaja.

NAMA MARGA
Berupa kata benda bentuk tunggal. Ex:
Bunga mawar : Rosa
Durian : Durio

NAMA JENIS
Nama marga + penunjuk jenis (bisa berupa kata sifat atau kata benda)
Ex:
-          Alba = putih : Rosa alba
-          Erecta = tegak : Duranta erecta
-          Repens = merayap : Elatostemma repens
Jika terdiri dari dua kata diberi penghubung
Ex : Rosa-sinensis

NAMA FAMILY
Genus  + akhiran “aceae”

TIPE TATANAMA
Adalah specimen yang digunakan sebagai bukti sahnya nama ilmiah suatu tumbuhan mulai dari spesies, genus dan family yang berkaitan dengan nama taksin yang bersangkutan  untuk selama-lamanya.

TINGKATAN TATANAMA
1.       Halotype (tipe utama)
Adalah specimen atau unsur lain yang dipakai / ditunjuk oleh author pertama kali sebagai tipe tatanama dalam publikasinya.
2.       Isotype (duplikat halotype)
Adalah specimen yang dikoleksi pada lokasi yang sama dan mempunyai nomor koleksi yang sama dengan halotype
3.       Lectotype (tipe pengganti)
Adalah specimen atau unsur lain dari unsur asli (isotype/syntype) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, jika halotypr hancur atau hilang
4.       Syntype
Adalah  specimen yang dipakai jika halotype, isotype, dan lectotype hilang (tidak ada) ditunjuk tanaman baru sebagai barang bukti
5.       Neotype (tipe tatanama baru)
Adalah specimen yang dipilih untuk menjasi tipe tatanama , kalau halotype hilang atau rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya isotype dan syntipe

PENYEBUTAN AUTHOR
Author tunggal
-          Liineus : L, Lin
-          Hooker : Hook

Banyak author
1.       Penggunaan kata “et” atau “&”
Digunakan jika dua orang author mempublikasikan 1 jenis tumbuhan barui secara bersama-sama.
Misal: Nepenthes adnata tamin & Hotta
2.       Penggunaan tanda kurung
Terjadi penggantian nama takson atau perubahan posisi takson , maka autor kedua harus memasukkan nama autor pertama dalam tanda kurung, diikuti nama autor kedua.
Misal:
-          Cynodon dactylon (Linn.) pers
-          Panicum dactylon Linn…cynodon dactylon…cynodon dactylon (Linn) pers.
3.       Penggunaan kata “ex”
Nama author dihubungkan dengan kata “ex” jika author pertama tidak valid. Author berikutnya mempublikasikan jenius baru tersebut secara valid .
Misal:
Nephentes adnata Tamin & Hatta ex Sdauce
4.       Penggunaan kata “in”
Nama author dihubungkan dengan kata “In “ jika author pertama mempublikasikan jenis baru  atau nama baru diidalam publikasi author lain.
Misal:
Carex kashmirensis clark in hook. F
“clark mempublikasikan jenis baru ini didalam buku flora of british india yang autohornya sir. J.d. hooker
5.       Penggunaan tanda kurung petak
Ditujukan untuk menunjukkan terjadinya perubahan author pada publikasi suatu jenis baru yang sebelumnya telah dipublikasikan author pertama.


DESKRIPSI DAN MONOGRAPH
Deskripsi morfologi adalah suatu pernyataan atau uraian dari karakter morfologi atau struktur luar dari objek yang diamati baik itu semak , pohon ataupun rumput.
Deskripsi harus menyampaikan gambaran tentang karakter , atribut dan kondisi alami yang dimiliki obejek yang dimaksud.

Monograf adalah deskripsi atau uraian lengkap tentang nama karakter dari suatu takson atau sekelompok tumbuhan.
Isinya:
1.       Nama takson
2.       Studi literature yang berhubungan langsung dengan publikasi tentang takson bersangkutan
3.       Nama daerah atau lokal tumbuhan tersebut
4.       Deskripsi morfologi lengkap dengan gambar deskriptifnyaa
5.       Siter specimen herbarium yang berhubungan dengan takson yang bersangkutan
6.       Distribusi ataui sebaran takson tersebut : lokal, regional atau internasional
7.       Ekologi atau lingkungan tempat tumbuh dari takson tersebut
8.       Pengenalan takson , berupa diskusi hasil yang didapatkan dibandingkan dengan pendapat orang lain sesuai dengan informasi dan literliterature ada.

DAFTAR PUSTAKA
Bensonl. L.1998. Plant Classification. D.c. Health and Company. Boston
De Fogel, E.F. 1897. Manual Of Herbarium Taxonomy, Theory And Practice . Unesco.Scientific and Cultural Organization , Regional Office For Science And Technology For South East Asia .Jakarta Indonesia
Dutta. A.C 1968. Botany For Degree Student. Second Edition . Oxford University Press
Hernawati, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Morfologi Dan Sistematika Tumbuhan (Morfosistum). Padang: Stifi-YP Padang
Judd, W.S 1999. Plant Systematics : A Phylogenetics Approach.Sinuer Assoc. USA
Jeffrey, c. 1978. Biological nomenclature . The commelot press. Ltd southhamtom

Rivai , M.A Kode Internasional Tatanama Tumbuhan . Herbarium. Begoriense. Bogor

9.     


D

No comments: