Sunday, 7 December 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR: PENETAPAN ROTASI JENIS (POLARIMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
PENETAPAN ROTASI JENIS (POLARIMETER)
O
L
E
H
NAMA                        : FATMA ZAHRA
NO BP.            : 1404045
KELAS           : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 2014


PENETAPAN ROTASI JENIS (POLARIMETER)

I.                   TUJUAN
a.       Memahami prinsip alat polarimeter
b.      Menetapkan rotasi jenis dan rotasi optic senyawa aktif

II.                TEORI DASAR
Polarimeter merupakan instrument scientific yang digunakan untuk mengukur penyebab sudut rotasi, menggunakan cahaya polarisasi secara terus menerus pada subtansi optik aktif.
Pada polarimeter terdapat polarisator dan analisator, dimana polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasikan cahaya, sedangkan analiastor adalah Polaroid yang dapat menganalisa atau mempolarisasikan cahaya.
Polarisasi adalah proses dimana getaran-getaran suatu gerak gelombang dibatasi menurut pola tertentu. Sedangkan Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dpat memutar bidang polarisasi,
Jenis-Jenis Polarimeter:
a.       Polarimeter Manual
   Polarimeter paling awal, yang tanggal kembali ke tahun 1830-an, yang dibutuhkan pengguna secara fisik memutar analyzer, dan detektor itu mata pengguna menilai saat yang paling bersinar cahaya melalui.  Sudut ditandai pada skala yang mengelilingi analyzer tersebut. Desain dasar masih digunakan dalam polarimeter sederhana.
b.      Polarimeter Semi Otomatis
Ada juga polarimeter semi-otomatis, yang membutuhkan deteksi visual tetapi push menggunakan tombol untuk memutar analisa dan menawarkan tampilan digital.
c.                   Polarimeter Otomatis
Merupakan polarimeter yang paling modern yang sepenuhnya otomatis dan hanya memerlukan  user untuk menekan tombol dan menunggu pembacaan digital.
Bagian-Bagian Polarimeter
1.      Sumber  Cahaya
Alat polarimeter terdiri dari beberapa bagian. Bagian yang pertama ialah sumber cahaya. Sumber cahaya terdiri dari dua jenis, yaitu sumber cahaya filament dan sumber cahaya natrium.s
Sumber cahaya filament digunakan untuk alat model lama, sedangkan sumber cahaya natrium digunakan untuk alat model baru. Filter dari sumber cahaya natrium ialah filter orange dengan panjang gelombang 589 nm. Sumber cahaya ditutup agar cahayanya focus dan tidak ada udara.
2.      Prisma Nicole
Bagian lain dari polarimeter ialah prisma Nicole. Bagian ini disebut polarisator yang berfungsi mengubah cahaya monokromatis menjadi lebih terpolarisasi. 
3.      Tabung Sampel
Bagian berikutnya ialah tabung sampel. Tabung sampel  terbuat dari kaca yang memiliki dua pengaman, yaitu karet dan skrup. Pemasangan pengaman harus dilakukan secara berurutan jika tidak akan merusak lensa. Urutan pemasangan ialah lensa, karet, setelah itu baru skrup.
Tabung sampel  terdiri dari bermacam-macam ukuran tergantung jumlah sampel yang diuji.  Pada saat memasukkan sampel lebih baik yang dibuka ialah bagian bawahnya supaya tidak ada gelembung udara pada tabung. Pengisian sampel jangan sampai ada gelembung udara karena dapat menyebabkan pembiasan cahaya. Bagian gondok pada tabung dirancang untuk menjebak udara dalam tabung.
4.      Prisma Analisator
Prisma analisator merupakan bagian lain dari alat ini. Fungsi prisma ini ialah untuk mensejajarkan sudut yang dihasilkan dari senyawa aktif optik. Bagian lain dari polarimeter ialah mikroskop dan skala. Mikroskop berguna untuk menentukkan cahaya yang sudah sejajar sehingga sudut hitung rotasinya dapat dilihat dari skala. Bagian yang diatur pada alat polarimeter ini ialah lensa analisator. Sudut putar adalah sudut yang ditunjukkan oleh analisator setelah sinar melewati larutan dan membentuk cahaya yang redup. Apabila bidang polarisasi berputar kea rah kiri (levo) dilihat dari pihak pengamat, peristiwa ini disebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk peristiwa sebaliknya (dextro).
5.      Skala Lingkar
Skala lingkar merupakan akala yang bentuknya melingkar dan pembiasan skalanya dilakukan jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.
6.      Detektor
Detektor pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detector adalah mata, sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detector fotoelektrik.
Jenis-jenis polarisasi :
a.        Polarisasi dengan absorpsi selektif:
Yaitu dengan menggunakan bahan yang akan melewatkan (meneruskan) gelombang yang vektor medan listriknya sejajar dengan arah tertentu dan menyerap hampir semua arah polarisasi yang lain
b.      Polarisasi akibat pemantulan :
Yaitu jika berkas cahaya tak terpolarisasi dipantulkan oleh suatu permukaan, berkas cahya terpanyul dapat berupa cahaya tak terpolarisasi, terpolarisasi sebagian, atau bahkan terpolarisasi sempurna.
c.       Polarisasi akibat pembiasan ganda:
Yaitu dimana cahaya yang melintasi medium isotropik (misalnya air). Mempunyai kecepatan rambat sama kesegala arah. Sifat bahan isotropik yang demikian dinyatakan oleh indeks biasnya yang berharga tunggal untuk panjang gelombang tertentu.  Pada kristal – kristal tertentu misalnya kalsit dan kuartz, kecepatan cahaya didalamnya tidak sama kesegala arah. Bahan yang demikian disebut bahan anisotropik ( tidak isotropik). Sifat anisotropik ini dinyatakan dengan indeks bias ganda untuk panjang gelombang tertentu. Sehingga bahan anisotropik juga disebut bahan pembias ganda.
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetit yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear). Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi. Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kearah kiri (levo) dilihat dari pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk peristiwa sebaliknya (dextro). Untuk mengetahui besarnya polarisasi cahaya oleh suatu senyawa optis aktif, maka besarnya perputaran itu bergantung pada beberapa faktor yakni
a.       struktur molekul
b.      temperatur,
c.       panjang gelombang
d.      banyaknya molekul pada jalan cahaya,
e.        jenis zat,
f.       ketebalan,
g.      konsentrasi dan juga pelarut.
Menurut Farmakope Edisi III Rotasi optik adalah besar sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi jika sinar terpolarisasi dilewatkan melalui cairan. Kecuali dinyatakan lain,pengukuran dilakukan menggunakan sinar natrium pada lapisan cairan setebal 1 dm pada suhu 20°.
Rotasi jenis adalah besar sudut pemutaran bidang polarisasi yang terjadi jika sinar tepolarisasi dilewatkan melalui cairan setebal 1 dm yang mengandung 1 g zat per ml. Kecuali dinyatakan lain, ukur rotasi optik larutan yang dibuat menurut cara yang tertera pada masing-masing monografi pada suhu 20° menggunakan sinar natrium dengan panjang gelombang 589,3 nm dalam tabung 1 dm.
Rotasi jenis dihitung dengan rumus:
(α) = 100 x a/pxC
Dimana:
α= rotasi jenis
a= rotasi optic
p= panjang tabung (dm)
C= konsentrasi zat
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan polarimeter yaitu:
1.      Larutan sampel harus jernih dan tidak mengandung partikel yang tersuspensi didalamnya
2.      Tidak terdapat gelembung udara pada tabung saat sampel diisikan larutan
3.      Selalu dimulai dengan menentukan keadaan nol untuk mengkoreksi pembacaan
4.      Pembacaan rotasi optic dilakukan beberapa kali sampai didapat data yang dihitung rata-ratanya.

III.             ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Seperangkat alat polarimeter
2.      Timbangan digital
3.      Kaca arloji
4.      Cawan penguap
5.      Becker glass 500 ml
6.      Labu ukur 100 ml
7.      Pipet tetes
b.      Bahan
1.      Glukosa
2.      Maltose
3.      Madu lebah
4.      aquadest
IV.             CARA KERJA
1.      Panaskan semua bahan dalam oven dengan suhu 105 o C selama 1- 2 jam, kemudian dinginkan dalam desikator
2.      Timbang semua bahan sebanyak 5 gram, kemudian masukkan dengan hati-hati kedalam masing-masing labu ukur dan larutan dengan sedikit air suling. Setelah semuanya larut tambahkan air suling sampai tanda batas labu ukur (harus pas)
3.      Isi tabung sampel dengan air suling sepenuh mungkin sampai tidak ada gelembung udara dalam tabung , kemudian masukkan kedalam polarimeter.
4.      Putar prisma analisator sampai terlihat bidang gelap sebelah kiri kemudian cari gelap sebelah kanan. Yang diukur adalah bidang antara kiri dan kanan (lakukan 5 kali pembacaan lalu rata-ratakan). Kemudian catat sebagai bacaan nol zaro point.
5.      Ganti isi tabung dengan masing-msing sampel
6.      Lakukan kembali seperti point 4
7.      Hitung rotasi optic larutan masing-masing sampel dari nperbedaan rata-rata rotasi larutan sampel zero point.
V.                MONOGRAFI
1.      Glukosa
Pemerian glukosa yaitu hablur tidak bewarna, serbuk hablur atau serbuk granul, putih, tidak berbau, rasa manis,. Kelaruartnnya mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol. Rotasi jenis antara +52,6 dan +53,2 , dihitung terhadap zat anhidrat yang dilakukan pada larutan.
2.      Maltose
Maltose adalah suatu disakarida dan merupakan hasil elektrolisis amilum. Maltose tersusun dari molekul –d- glukosa dan –d- glukosa, 1 molekul g maltose terhidrolisis menjadi dua molekul glukosa. Maltose digunakan sebagai pemanis, ditambahkan pada es krim. Rumus kimia C12H22O11. Bentuk powder atau Kristal. Densitas 1,54 g/cm. masa molar 342,3 g/mol.
3.      Laktosa
Pemerian serbuk halus bewarna putih sampai putih kekuningan, serbuk atau masa hablur, keras, putih atau krim, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Kelarutan 1 gram. Larut dalam 4,83 air. Praktis tidak larut dalam pelarut kloroform, etanol dan eter. Kegunaan dalam bidang farmasi sebagai pengikat, diluent pada serbuk, inhaler kering, pengikat tablet, diluert tablet dan kapsul.
4.      Aquadest
Pemerian cairan jernih, tidak bewarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Rumus H2O. kegunaan sebagai bahan tambahan pelarut.

VI.             ANALIS DATA DAN PEMBAHASAN
a.       Analisis data
1.      Sampel Glukosa
m = 5,000 gram
percobaan 1 (-): su= 4,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=4,5+0,025=4,525
percobaan 2 (-): su= 4,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=4,5+0,025=4,525
percobaan 3 (-): su= 4,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=4,5+0,025=4,525
percobaan 4 (-): su= 4,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=4,5+0,025=4,525
percobaan 5 (-): su= 4,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=4,5+0,025=4,525

2.      Sampel maltose
m= 5,0042 g
percobaan 1 (-): su= 13,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=13,5+0,025=13,525
percobaan 2 (-): su= 13
                                                 sn= 9x0,05=0,45
                                                 su+sn=13+0,45=13,45
percobaan 3 (-): su= 13,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=13,5+0,025=13,525
percobaan 4 (-): su= 13,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=13,5+0,025=13,525
percobaan 1 (-): su= 13,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=13,5+0,025=13,525

3.      Sampel madu lebah
Berat= 5,0059 g
percobaan 1 (-): su= 3
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=3+0,025=3,025
percobaan 2 (-): su= 1
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=1+0,025=1,025
percobaan 3 (-): su= 2,5
                                                 sn= 9x0,05=0,45
                                                 su+sn=2,5+0,45=2,95
percobaan 4 (-): su= 3
                                                 sn= 8x0,05= 0,4
                                                 su+sn=3+0,4=3,4
percobaan 5 (-): su= 1
                                                 sn= 8,5x0,05=0,425
                                                 su+sn=1+0,425=1,425

4.      Sampel aquadest
percobaan 1 (-): su= 1
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=1+0,025=1,025
percobaan 2 (-): su= 1,5
                                                 sn= 1x0,05=0,05
                                                 su+sn=1,5+0,05=1,55
percobaan 3 (-): su= 0,5
                                                 sn= 0,5x0,05=0,025
                                                 su+sn=0,5+0,025=0,525
percobaan 4 (-): su= 1
                                                 sn= 1x0,05=0,05
                                                 su+sn=1+0,05=1,05
percobaan 4 (-): su= 1
                                                 sn= 1x0,05=0,05
                                                 su+sn=1+0,05=1,05

hasil diatas dibuatkan tabel sebagai berikut:
percobaan
glukosa
maltosa
Madu lebah
Aquadest
I
4,525
13,525
3,025
0,025
II
4,525
13,45
1,025
1,55
III
4,525
13,525
2,95
1,525
IV
4,525
13,525
3,4
1,05
V
4,525
13,525
1,425
1,05
Rata-rata
4,525
13,51
2,365
0,84
                        Selanjutnya rotasi jenis dihitung dengan rumus:
                        (α) = 100 x a/pxC
1. maltose (α) = 13,51+0,84=14,35
         (α)= 100x14,35/1x5,0042=286,76
2. glukosa (α)= 4,525+0,84= 5,365
         (α)= 100x5,365/1x5,000=107,3
3. madu (α)=2,365 +0,84=3,205
         (α)= 100x3,205/1x5,0059=64,02
Hasil rotasi jenis ditabelkan sebagai berikut:
No
Nama zat
(α)
1
Maltose
286,76
2
Glukosa
107,3
3
Madu
64,02

b. Pembahasan
      Pada percobaan ini menggunakan sampel glukosa, maltose, laktosa dan madu. Masing-masing mendapatkan nilai rotasi jenis yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan jenis larutan yang akan mempengaruhi sudut putar. Pada saat konsentrasi gula yang semakin tinggi , maka cahay yang tertahan analisator menjadi lebih redup sehingga rotasi jenisnya pun semakin besar. Hal ini menandakan bahwa gula dapat membelokkan arah getar cahaya.
      Dari percobaan yang telah kami lakukan, kami mendapatkan bahwa semua senyawa bersifat levo rotary, karena senyawa tersebut memutar kearah kiri.
      Dari percobaan tersebut kami mendapatkan rotasi jenis maltose adalah 286,76, glukosa 107,3 dan madu 64,02. Hasil tersebut didapat dari rumus penentuan rotasi jenis yaitu:
(α) = 100 x a/pxC
      Dan setelah kami bandingkan dengan teori yang ada, ternyata hasil yang kami dapat berbeda, glukosa dan maltose bersifat dextro ratory, sedangkan kami mendapatinya bersifat levo retory, Hal ini dipengaruhi oleh struktur molekul, konsentrasi, zat yang digunakan dan juga ketidaktelitian kami dalam menggunakan alat polarimeter.
VII.    KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
1.      Prinsip kerja dari polarimeter adalah melewatkan sinar yang datang melalui prisma terpolarisasi kemudian diteruskan kesel yang berisi larutan, dan akhirnya menuju ke prisma terpolarisasi kedua.
2.      Dari hasil percobaan didapatkan rotasi jenis maltose adalah 286,76, glukosa 107,3 dan madu 64,02, hasil yang didapat bersifat levo retory dan berlawanan dengan teori yang ada. Hal ini dipengaruhi oleh struktur molekul, konsentrasi, zat yang digunakan dan juga ketidaktelitian kami dalam menggunakan alat polarimeter.
b., Saran
1. lebih hati-hati dalam pengamatan, karena pengamatan yang terburu-buru akan mendapatkan hasil yang jauh dari keakuratan.
2. dibutuhkan ketelitian serta kejelian dalam penggunaan alat, terlebih dalam pengamatan skala pada polarimeter.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM .1945. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI
Khopkar, sm . 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Matajah. 1990. Kimia Analitik Instrument. Semarang: IKIP Semarang
Suekarjo. 2004. Kimia fisika. Jakarta: Erlangga

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR:: MASSA JENIS ZAT PADAT BENTUK TERATUR

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
MASSA JENIS ZAT PADAT BENTUK TERATUR
O
L
E
H
NAMA                        : FATMA ZAHRA
NO BP.            : 1404045
KELAS           : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 2014



MASSA JENIS ZAT PADAT BENTUK TERATUR

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
  1. Tampil menggunakan jangka sorong dan micrometer sekrup
  2. Menentukan massa jenis zat padat berbentuk balok, silinder dan bola
  3. Membandingkan hasil pengukuran massa jenis zat padat dari dua metode yang berbeda.

II.                TEORI DASAR
Massa jenis atau rapat jenis suatu zat adalah masa tiap satuan volume atau dapat dirumuskan:
p = m/v
dengan :
p = massa jenis (kg/m3)
m= massa zat (kg)
v= volume (m3)
       massa jenis atau kerapatan suatu fluida dapat bergantung pada banyak faktor, seperti temperature fluida dan tekanan yang mempengaruhi fluida. Satuan massa jenis dalam CGS adalah gram per centimeter kubik (g/cm3). Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3).

          Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran adalah:
a.       Jangka Sorong
Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser. Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis. Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm. Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm.
b.      Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal bendabenda tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm.
c.       Neraca Teknis
Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda. Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk massa adalah kilogram (kg). Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca, antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada adalah neraca tiga lengan dan empat lengan. Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling belakang memuat angka ratusan.

     Volume zat padat dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu pengukuran langsung (dengan menggunakan gelas ukur) dan pengukuran secara tidak langsung (secara mekanik).
a.       Pengukuran secara langsung (secara mekanik)
Pada pengukuran secara langsung, berlaku Hukum Archimmides, yang berbuyi:
setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh benda itu.”
Volume benda padat dapat ditentukan dengan mengurangi massa benda diudara dengan massa benda didalam air, dan massa jenis dapat ditentukan dari volume dan massa zat padat tersebut.
V = Mu – Ma
Dengan ; Mu = Massa udara
Ma = Massa air
Jika massa dan volume dapat diketahui dengan cara menimbang zat itudengan timbangan atau neraca teknis sehingga besaran massa dapat diukur langsung dengan alat ukurnya. Untuk mengukur langsung volume zat padat dapat dilakukan dengan memasukkan zat padat itu kedalam ge;as ukur yang berisi xat cair. Apabila zat padat itu tengggelam seluruhnya, maka perubahan menunjukkan volume itu dari zat padat tersebut.

b.            pengukuran secara tidak langsung (secara mekanik).
Pengukuran secara mekanik digunakan untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya (kontinu) dapat dilakukan dengan mengukur perubah (variabel) yang membangunnya.
1.      Volume balok
Volume balok dapat juga dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu sehingga:
Vbalok = p x l x t

Dengan;
P   = panjang balok
L   = lebar balok
T   = tinggi balok
2.      Volume silinder pejal
Dapat dilakukan dengan cara mengukur diameter dan panjang silinder itu, sehingga:
                               Vsilinder = ¼ πd2 x P
           Dengan:
d = diameter silinder
p= panjang silinder
3.      Volume benda pejal
Dapat dilakukan dengan mengukur volume bola itu, sehingga:
V bola= (4/3) π(d/2)
Dengan:
d= diameter bola

III.             METODE PERCOBAAN
A.    Alat dan bahan
1.      Jangka sorong 1 buah
2.      Micrometer sekrup 1 buah
3.      Balok kecil dari logam 1 buah
4.      Silinder dari logam 1 buah
5.      . bola/kelereng 1 buah
6.      Neraca teknis 1 buah
7.      Air dan benang secukupnya
B.     Langkah percobaan
1.      Menimbang zat padat (balok , silinder dan bola) dengan neraca teknis (timbangan)
2.      Mengukur volume zat padat tersebut (balok , silinder dan bola) dengan cara memasukkannya kedalam gelas ukur yang telah berisi air sehingga tenggelam seluruhnya. Perubahan volume menunjukkan pada gelas ukur adalah volume zat padat tersebut.
Catatan:
Dalam memasukkan zat padat kedalam gelas ukur digunakan benang agar zat padat tidak sampai memecahkan gelas ukurnya.
3.      Menentukan volume zat padat tersebut dengan cara mengukur peubah (variabel) masingmasing yang membangunnya dengan cara menggunakan jangka sorong atau micrometer sekrup.
4.      Menghitung massa jenis dengan data-data, baik diperoleh dengan menggunakan gelas ukur maupun jangka sorong atau micrometer sekrup kemudian hasil tersebut dibandingkan.

IV.             ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
a.       Analisis dat
Dari penggunaan mikroskop dan jangka sorong didapatkan:
-          Panjang silinder = 21,9 mm
Diameter silinder= 8,11 mm
-          Panjang balok= 27,05 mm
Lebar balok= 9 mm
Tinggi bhalok = 9 mm
-          Diameter bola= 10,45 mm

Setilah penimbangan dengan neraca didapatkan:
-          Massa silinder = 9,3907 g
-          Massa balok = 20,2732 g
-          Massa bola= 4,4869 g

selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap volume benda .
1.      Secara langsung (dengan gelas ukur)
-          Silinder
V awal = 4 ml
V akhir = 5,2 ml
V benda = v awal – v akhir
                          = 5,2-4
                          = 1,2 ml

-          Balok
V awal = 4 ml
V akhir = 6,2 ml
V benda = v awal – v akhir
                          = 6,2-4
                          = 2,2 ml

-          Volume bola
v awal = 4 ml
v akhir = 4,5 ml
v benda = v awal – v akhir
                          = 4,5 -4
                          = 0,5 ml

2.      Secara tidak langsung
-          Balok
Vbalok = p x l x t
              = 27,05 x 9 x9
              = 21,91,05 mm3
                   = 2,191 cm3

-          Silinder
Vsilinder = ¼ πd2 x P
                          = ¼ 3,14 x (8,11)2 x 21,9
                          = ¼ x 3,14 (65,7721)
                          = ¼ x 4522,8842 mm3
                          = 1130,7211 mm3
                          = 1,130 cm3

-          Bola
V bola= (4/3) π(d/2)
                          = 4/3 x 3,14 x (5,225)3
                          = 4/3 x 3,14 x 142,64577
                          = 4/3 x 447,9077
                          = 597,21027 mm3
                          = 0,597 cm3

Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap massa jenis.

-          Massa jenis yang Volume dengan gelas ukur
p balok = m/v = 20,2732/2,2= 9,215 g /ml
p silinder = m/v=9,3907/1,2= 7,8255 g/ml
p bola = m/v = 4,4869/ 0,5 = 8,9738 g/ml

-          Massa jenis yang Volume dengan cara mekanis
p balok = m/v = 20,2732/2,191 = 9,25294 g/cm3
p silinder = m/v= 9,3907/1,13= 8,31035 g/ cm3
p bola = m/v = 4,4869/0597= 7,5157454 g/ cm3

tabel perbandingan volume dan massa jenis dengan menggunakan gelas ukur dan secara mekanis:





no
Nama benda
Volume

Massa jenis



Gelas ukur (g/ml)
Mekanisme (g/cm3)
Gelas ukur (g/ml)
Mekanisme (g/cm3)
1
Balok
2,2
2,191
9,215
9,25294
2
Silinder
1,2
1,130
7,8255
8,31035
3
Bola
0,5
0,597
8,9738
7,5157454

b.      Pembahasan
Pada percobaan ini, silinder, balok, dan bola ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan neraca tekbis untuk mengetahuoi massa masing-masing. Setelah ditimbang didapat massa silinder adalah 9,3907 g,  balok 20,2732 g, dan bola 4,4869 g.
Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap volume benda, yang pertama secara langsung, yaitu dengan menggunakan gelas ukur dan didapat volume balok 2,2 ml, silinder 1,2 ml, dan bola 0,5 ml. yang kedua secara tidak ;langsung, yaitu balok, silinder dan bola diukur terlebih dehulu dengan menggunakan jangka sorong dan mikromrter sekrup . disini, jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi. Sedangkan micrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda. Dan dari sini didapat volume silinder 1,130 cm, balok 2,191 cm, dan bola 0,597 cm.
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap massa benda dengan menggunakan rumus :
P=m/v
Yang mana hasil dari perbandingan massa jenis melalui pengukuran langsung dan tidak langsung dapat dilihat pada tabel.dan setelah dilakukan perbandingan volume dan massa jenis secara langsung dan tidak langsung ternyata kami mendapatkan hasil yang tidak jauh beda.

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang, tinggi dan lebar benda. Sedangkan micrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda.
2.      Dari volume yang didapatkan dengan gelas ukur, massa jenis silinder adalah 7,8255 g/ml, balok 9,215 g/ml dan bola 8,9738 g/ml. sedangkan dari volume yang didapat secara mekanis maka massa jenis silinder adalah 8,31035 g/cm3, balok 9,25284 g/cm3 dan bola adalah 7,5157454 g/cm3.
3.      Nilai dari hasil pengukuran massa jenis zat padat dengan menggunakan dua metode secara langsung dan tidak langsung ternyata tidak jauh berbeda.

  1. Saran
Dalam melalakukan percobaan ini diharapkan kehati-hatian terutama dalam memasukkan benda kedalam gelas ukur, karena jika tidak akan mengakibatkan gelas ukur pecah. Selain itu juga diperlukan ketelitian terutama dalam menggunakan jangka sorong dan micrometer sekrup.
 
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Marcello Edward J. Finn.1990. Dasar-Dasar Fisika Universitas. Jakarta : Erlangga
Halliday,David Robert Resnick. 1985. Fisika. Jakarta: Erlangga
Suhada, Resa Taruna. 2009. Modul Fisika Dasar Universitas . Jakarta: Mercu Buana
Tippler, Paul A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga