LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
”ALKOHOL DAN FENOL“
OLEH
Nama
: Fatma Zahra
No
bp : 1404045
Kelas
: A
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2015
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
1.1 dapat
menjelaskan sifat-sifat senyawa alkoihol dan fenol
1.2 dapat
mengetahui jenis-jenis pereaksi untuk
membedakan senyawa-senyawa alcohol dan fenol
II.
TEORI
DASAR
Pada alcohol , gugus –OH terikat pada atom karbon
tetrahedral. Jika gugus –OH terikat pada satu atom karbon yang mengikat 3 atom
hydrogen maka si alcohol tersebut adalah methanol. Jika karbon yang mengikat
–OH terikat pada satu atom lain dan 2 aaatom hydrogen, alcohol ini disebut
alcohol primer (10) . jika atom karbon yang mengikat gugus –OH terikat
pada dua atom karbon lain , disebut
alcohol sekunder (20), dan alcohol yang mengikat 3 atom karbon lain
disamping gugus –OH disebut alcohol tersier (30). Semua jenis alcohol ini memiliki
karakteristik yang sama disamping beberapa karakteristik lain yang berbeda
akibat perbedaan strukturnya. Dalam fenol, gugus –OH terikat pada karbon yang
menjadi bagian langsung dari cincin aromatic.
Struktur
alcohol dan fenol
Allkohol dan fenol memiliki kemiripan dalam beberapa
hal, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar sehingga kedua kelompok
senyawa ini dapat dianggap sebagai kelompok gugus fungsi yang berbeda. Salah satu perbedaan yang utama adalah bahwa
fenol bersifat jutaan kali lebih asam daripada alcohol. Penambahan sejumlah
larutan natrium hidroksida kefenol akan menyebabkan gugus -OH dalam molekul terdeprotonasi. Hal ini
tidak akan terjadi pada alcohol.
Sifat fisik alcohol dan fenol
Semakin besar struktur suatu alcohol dan fenol, maka
titik didihnya biasanya lebih tinggi. Ketika ukuran suatu alcohol bertambah
besar, maka probabilitas alkiohol menjadi berwujud padat semakin besar.
Sebagian besar senyawa fenol berwujud padat, sebagian kecil alcohol larut dalam
air karena gugus hidroksi pada alcohol dapat membentuk ikatan hydrogen dengan
molekul air, namun ketika ukuran gugus alkil pada alcohol bertambah besar,
kelarutannya dalam air akan berkurang. Hal
ini disebabkan oleh kemampuan gugus alkil yang dapat mengganggu pembentukan
ikatan hydrogen antara gugus hidroksi dengan air. Jika gangguan ini menjadi
cukup besar, akibatnya molekul-molekul air akan menolak molekul-molekul alcohol
untuk menstabilkan kembali ikatan hydrogen antar molekul air. Jika gugus
nonpolar (seperti gugus alkil) terikat pada cincin aromatic , maka kelarutan
fenol dalam air akan berkurang. Hal inilah yang menjadi alasan gugus nonpolar
sering disebut sebagai guugs hidroforb.
Sifat kimia alcohol dan fenol
Berikut ini merupakan reaksi kimia yang digunakan
untuk membedakan alcohol dan fenol dan diantara senyawa alcohol sendiri.
1. Uji
lucas
Uji ini dilakukan untuk membedakan alkoholk-alkohol
primer , tersier dan sekunder yang larut dalam air. Reagen lucas merupakan
suatau campuran asam klorida pekat dan seng klorida. . se4ng klorida adalah
suatu asam lewis , yang ketika ditambahkan kedalam asaam klorida akan membuat
larutan menjadi lebih asam. Alcohol tersier yang larut dalam air akan bereaksi
dengan reagen lucas dengan cepat membentuk alkil klorida yang tak larut dalam
larutan berair. Pembentukan fasa kedua cair terpisah dari larutan semula
didalam tabung reaksi segera setelah alcohol bereaksi merupakan
identifikasi keberadaan alcohol tersier.
Alcohol sekunder bereaksi lambat , dan setelah
pemanasan akan terbentuk fasa cair lapisan kedua, biasa nya sekitar 10 meni.
Alcohol primer dan methanol tidak bereaksi pada
kondisi ini. Pada alcohol tersier, atom
klor biasanya terikat pada atom karbon yang mengisi gugus hisdroksi, namun
penataan ulang dapat saja terjadi yang mengakibatkan terikatnya atom tidak
terjadi pada atom karbon yang sebelumnya mengikat –OH.
2. Uji
Asam Kromat
Alcohol primer dapat teroksidasi menjadi asam
karboksilat degan adanya asam kromat. Bilangan oksidasi Cr+6 pada
asam kromat , yang bewarna merah kecoklataan , tereduksi menjadi Cr3+,
yang bewarna hijau. Alcohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam
kromat. Alcohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat. Oleh karena
itu, reaksi ini, dapat membedaakan alcohol primer dan sekunder, dan disisi lain
membedakan alcohol primer dan sekunder dengan alcohol tersier. Fenol biasa nya
teroksidasi menjadi tak bewarna coklat oleh asam kromat.
3. Keasaman
fenol
Sebagian besar fenol bersifat asam yang lebih lemah
daripada asam karboksilat dan asam yang lebih kuat daripada alcohol . ketika
suatu fenol bereaksi dengan suatiu basa , fenol akan diubah menjadi asam
fenoksida , sehingga fenol akan larut dalam larutan basa (sebagai garam
fenoksida) . larutan natrium hidroksida dan natrium karbonat merupakan basa yang cukup kuat untuk dapat melarutkan
hamper semua fenol yang tak larut dalam air, tetrapi larutan natrium bikarbonat
tidak dapat. Tidak satupun diantara basa-basa tersebut yang cukup kuat untuk
mengubah sejumlah alcohol tertentu menjadi ion alkoksida ( yang dapat
melarutkan alcohol yang tak larut dalam air dalam bentuk anion alkoksida.
Urutaaan kebasaan dari basa-basa yang terdapat dari
persamaan reaksi diatas , mulai dari yang kuat kekurang kuat yaitu natrium
hidroksida ( NaOH) , selanjutnya baru natrium bikarbonat.
4. Uji
besi (III) klorida
Penambahan besi
(III) klorida yang terlarut
kedalam kloroform kedalam suatu larutan fenol dalam kloproform , menghasilkan
suatu larutan bewarna ketika ditambahkan piridin. Berdasarkan struktur fenol,
warna produk yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari merah sampai ungu.
Alcohol tidak menghasilkan warna apapun terhadap uji ini.
III.
ALAT
DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Tabung
reaksi
2. Batang
pengaduk
3. Kertas
Ph
3.2 Bahan
1. Fonol
2. Isopropyl
3. Heksana
4. Methanol
5. Alcohol
6. Piridin
7. Gliserin
8. Aseton
IV.
CARA
KERJA
1. kelarutan
alkohol dan fenol
Pelarut yang digunakan yaitu fenol (polar) dan
heksana (nonpolar). Beri l;abel tabung reaksi untuk setiap senyawa turunan
alcohol dan fenol yang tersedia di labolatorium. Masukkan 10 tetes setiap
senyawa kedalam tabung reaksi masing-masing. Dengan menggunakan gelas ukur 10
ml , tambahkan 4,5 ml aqua dm kedalam tiap tabung . goyangkan tabung untuk
pengadukan dan aduk dengna batang pengaduk. Catat apakah senyawa tersebut
terlarut sempurna , terlarut sebagian atau tak larut dalam air.Lakukan hal yang
sama seperti yang diatas, tetapi pelarut tambahkan 6,8 ml heksana . aduk dan
amati kelarutannya.
2. Uji
lucas
Masukkan 5 tetes tiap sampel kedalam masing-masing tabung
sesuai label. Tambahkan 1 ml reagen lucas. Tutup tabung reaksi dengnan gabus atau aluminium foil dan goyangkan
dengan kuat untuk mengeduk campuran . setelah benar-benar tercampur , buka
tutup tabung dan biarkan tabung beberapa saat (sekitar 5 menit) . amati apakah
terlihat kekeruhan atau lapisan pada kedua larutan. Apabila terdapat tabung
yang larutannnya masih bening, masukkan tabung tersebut kedalam penangas air
bersuhu 600 selama 15 menit , kemudian amati apakah ada kekeruhan atau tidak. Catat
hasil pengamatan .
3. Uji
asam kromat
Masukkan 5 tetes tiap sampel kedalam masing-masing
tabung reaksi, tambahkan 10 tetes asetoin dan 2 tetes asam kromat. Tutup tabung
reaksi , lalu aduk. Buka tutup tabung dan simpan tabung di kedalam penangas air
bersuhu 600 selama 5 menit amati perubahan warna yang terjadi dan
catat hasilnya.
4. Uji
besi (III) klorida
Masukkan 10 tetes tiap sampel kedalam tabung reaksi
berlabel. Lalu tambahkan 10 tetes kloroform kedalam tiap tabung , tambahkan
pula 5 tetes larutan besi ( III) klorida dalam kloroform kedalam tabung reaksi
,. Tambahkan 2 tetes piridin kedalam tiap tabung. Aduk tabuing reaksi , amati
dan catat yang terjadi.
5. Keasaman
Masukkan 5 tetes sampel kedalam tabung reaksi , lalu
tambahkan masing-masing tetes aqua dm. gunakan batang pengaduk kaca untuk
mengaduk sampel kemudian sentuhkan ujung batrang poengaduk pada kertas pH.
Setelah 15 detik , bandingkan warna kertas pH dengan skala kertas Ph . catat pH
tiap sampel.
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Struktur masing-masing sampel
5.1.2
Uji kelarutan alcohol dan fenol
No
|
sampel
|
Kelarutan
|
|
Dalam
air
|
Dalam
heksana
|
||
1
|
Fenol
|
TL
|
TL
|
2
|
Isopropyl
|
L
|
L
|
3
|
Heksana
|
TL
|
L
|
4
|
Methanol
|
L
|
TL
|
5
|
Alcohol
|
L
|
TL
|
6
|
Pyridine
|
L
|
TL
|
7
|
Gliserin
|
L
|
TL
|
8
|
aseton
|
L
|
L
|
Keterangan:
L=
larut
TL= tidak larut
5.1.3
Uji Lucas
No
|
sampel
|
Ditambah
reagen lucas
|
Keterangan
|
1
|
Fenol
|
Ada
lapisan
|
Bukan
alkohol
|
2
|
Isopropyl
|
Ada
lapisan setelah dipanaskan
|
Alcohol
sekunder
|
3
|
Heksana
|
Ada
lapisan
|
Bukan
alcohol
|
4
|
Methanol
|
Tidak
bereaksi
|
Alcohol
primer
|
5
|
Alcohol
|
Ada
lapisan
|
Alcohol
primer
|
6
|
Pyridine
|
Keruh
|
Bukan
alcohol
|
7
|
Gliserin
|
Ada
lapisan
|
Polialkohol
|
8
|
aseton
|
Tidak
bereaksi
|
Bukan
alcohol
|
5.1.4 Uji Asam Kromat
No
|
sampel
|
Hasil
pengamatan
|
1
|
Fenol
|
Kuning
--->kekuningan
|
2
|
Isopropyl
|
Kuning
--->biru
|
3
|
Heksana
|
Hijau
|
4
|
Methanol
|
Kuning
|
5
|
Alcohol
|
Kuning--->hijau
|
6
|
Pyridine
|
Tidak
bereaksi---->kuning
|
7
|
Gliserin
|
Biru
|
8
|
aseton
|
Tidak
bereaksi
|
5.1.4
Uji Besi (III) Klorida
No
|
sampel
|
Hasil
pengamatan
|
1
|
Fenol
|
warna
kekuningan
|
2
|
Isopropyl
|
tidak
bewarna
|
3
|
Heksana
|
putih
kuning terpisah
|
4
|
Methanol
|
tidak bewarna
|
5
|
Alcohol
|
tidak bewarna
|
6
|
Pyridine
|
tidak bewarna
|
7
|
Gliserin
|
tidak
bewarna
|
8
|
aseton
|
warna putih kekuningan
|
5.1.5
Keasaman
No
|
sampel
|
Ph
|
1
|
Fenol
|
6
|
2
|
Isopropyl
|
5
|
3
|
Heksana
|
7
|
4
|
Methanol
|
7
|
5
|
Alcohol
|
6
|
6
|
Pyridine
|
8
|
7
|
Gliserin
|
6
|
8
|
aseton
|
6
|
5.2 Pembahasan
pada
uji kelarutan sampel yang digunakan adalah fenol, isopropyl, heksana, methanol,
alcohol,piridin, gliserin dan aseton. Sedangkan pelarut yang digunakan adalah
air dan heksana. Dari percobaan didapat bahwa fenol tidak larut dalam air dan
dalam heksana. Ispropill dan aseton larut dalam keduanya. Sedangkan yang lain
larut dalam air namun tidak larut dalam heksana.
Pada uji lucas, sampel yang digunakan masih sama.
Uji lucas dilakukan untuk membedakan alcohol primer, sekunder dan tersier. Alcohol
tersier yang larut dalam air akan bereaksi dengan reagen lucas dengan cepat. Alcohol
sekunder bereaksi lambat , dan dengan pemanasan selama 15 menit. Sedangkan alcohol
primer dan methanol tidak bereaksi.dari percobaan dan rusmus struktur dari
bangun diketahui bahwa fenol, heksana, pyridine dan aseton bukanlah alcohol.
Isopropyl termasuk alcohol sekunder karena ada lapisan setelah dipanaskan.
Methanol dan alcohol tidak bereaksi sehingga termasuk alcohol primer. Sedangkan
gliserin termasuk kedalam polialkohol.
Pada uji asam kromat,sampel yang digunakan masih
sama. Tujuan uji kromat ini adalah membedaakan alcohol primer dan sekunder,
juga untuk membedakan alcohol primer dan sekunder dengan alcohol tersier.
Alcohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat dengan adanya asam
kromat. Hal ini ditandai dengan perubahan warna dari merah kecokalatan menjadi
hijau. Alcohol sekunder teroksidasi menjadi keton, sedangkan alcohol tersier
tidak teroksidasi. Dari percobaan yang dilakukan fenol menjadi bewarna
kekuningan, isopropyl kebiruan, heksana dan alcohol kehijauan, piridin kuning,
gliserinb biru, sedangkan aseton tidak bereaksi.
Penambahan besi
(III) klorida yang terlarut
kedalam kloroform kedalam suatu larutan fenol dalam kloproform , menghasilkan
suatu larutan bewarna ketika ditambahkan piridin. Pada fenol , warna yang
dihasilkan bervariasi mulai dari merah sampai ungu. Alcohol tiudak menghasilkan
warna apapun. Dari percobaan, Fenol bewarna kekuningan, aseton membentuk
lapisan putih diatas dan kuning dibawah dan heksana bewarna putih kekuningan.
Sedangkan pada methanol , isopropyl , alcohol
dan gliserin tidak bewarna.
Pada percobaan terakhir yaitu uji keasaman, pH dari
aquadest adalah 6, fenol 5, isopropyl , metana dan methanol 7, gliserin dan
aseton 6, serta pyridine 8.
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. fenol
bersifat jutaan kali lebih asam dari alcohol
2. jenis-jenis
reaksi untuk membedakan senyawa alcohol dan fenol adalah uji lucas, uji asam
kromat, keasaman fenol dan uji besi (III) klorida
6.2 Saran
pada percobaan
selanjutnya diharapkan praktikan lebih teliti dan cermat lagi , terutama saat
mengamati perubahan yang terjadi pada sampel. Selaiin itu juga diperlukan
kehati-hatian saat menggunakan tabung reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan
Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar
Kimia Organik. Jakarta. Bina Aksara.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Willbraham, and Michael S.
Matta. 1992. Kimia Organik dan
Hayati. Bandung : ITB
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB