LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOKIMIA
KLINIK
PEMERIKSAAN
URIN SECARA MAKROSKOPIS
OLEH:
NAMA : FATMA ZAHRA
NO.BP : 1404045
NO.BP : 1404045
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN
PERINTIS
PADANG
2016
2016
PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIS
I.
TUJUAN
Untuk mengetahui volume , warna , kekeruhan,
keasaman/ reaksi pH, berat jenis dan bau urin.
II.
TEORI
DAN PRINSIP
2.1 TEORI
Urin
merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat kelebihan urine
dari penyaringan unsur-unsur plasma (Frandson, 1992).
Urine
atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring
di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012).
Proses Pembentukan Urin
Proses
pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi
(penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan)
(Budiyanto, 2013).
a.
Filtrasi
Pada
filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi darah terjadi di glomerulus,
yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsul Bowman. Pada
glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan proses penyaringan.
Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel darah, keping darah,
dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil proses
infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate glomerulus) yang komposisinya
mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein. Di dalam urine primer
dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, ion-ion, dan garam-garam
lainnya (Budiyanto, 2013).
b.
reabsorpsi
Proses
reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Proses ini terjadi
setelah urine primer hasil proses infiltrasi mengalir dalam pembuluh (tubulus)
proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam proses reabsorpsi ini adalah
bahan-bahan yang masih berguna, antara lain glukosa, asam amino, dan sejumlah
besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang terdapat dalam urine primer juga
mengalami reabsorpsi melalui proses osmosis, sedangkan
reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara transpor aktif. Proses
penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal. Kemudian, bahan-bahan yang
telah diserap kembali oleh tubulus proksimal dikembalikan ke dalam darah
melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling tubulus. Proses reabsorpsi ini
juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion natrium. Hasil proses reabsorpsi
adalah urine sekunder yang memiliki komposisi zat-zat penyusun yang sangat
berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder tidak ditemukan zat-zat yang
masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat dibandingkan di dalam urine
primer (Budiyanto, 2013).
c.
Augmentasi
Pada augmentasi, terjadi proses sebagai berikut.
Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal dan saluran
pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat sisa yang
tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk ke kandung
kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut akan
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine,
amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang
berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta
garam-garam (Budiyanto, 2013).
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama
akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph
urin berkisar antara 4,8 – 7,5 dan akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi
banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak
sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml (Uliyah, 2008). Urin normal
terlihat jernih.sedangkan volume urin normal yang dikumpulkan selama 24 jam adalah 800-1600
ml/24 jam. Komposisi urin terdiri dari
95% air dan mengandung zat terlarut. Di dalam urin terkandung bermacam –
macam zat, antara lain:
a.
zat sisa pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan
amoniak,
b.
zat warna empedu yang memberikan warna kuning pada
urin,
c.
garam, terutama NaCl.
d.
zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya vitamin C, dan obat
– obatan serta juga kelebihan zat yang yang diproduksi sendiri oleh tubuh
misalnya hormon (Ethel, 2003).
Urin
yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,
berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin
mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan
sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula
karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas normal
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan
gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat.
Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat
warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada
urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat
merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Volume urin
Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan
dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata
didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka
keadaan itu disebut poliuri.
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Warna urin
Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Warna urin
Pemeriksaan terhadap
warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan
klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan
sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan
maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak
diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning
muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti
urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin
disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin
menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin. Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Berat jenis urin
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin. Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Berat jenis urin
Pemeriksaan berat
jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno
meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang
normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa,
makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat
urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal
pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada
penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari
1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis
dan kegagalan ginjal yang menahun.
Bau urin
Bau urin
Untuk menilai bau urin
dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin
normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti
mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan
perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan
tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari
perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
pH urin
pH urin
Penetapan pH
diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan
tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain
itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam,
sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi
atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat
atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah
terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
Pemeriksaan
Urin
Pemeriksaan urin merupakan
pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di dalam saluran
kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar
ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan
mendeteksi adanya kehamilan (Medika, 2012).
Menurut
Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak
penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi
didalam urin. Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak
terdapat adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990)
Pemerikasaan
urin bisa dilakukan secara makroskopik maupun secar mikroskopik. tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya
menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati
perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik
warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa,
protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui :
a. unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid,
benang lender
b. unsur anorganik (kristal, garam amorf)
c. elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).
Bahan
urin yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan pengumpulannya
yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin postprandial (urin setelah
makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung volumenya).
2.2 PRINSIP
a. Volume
urin
Prinsip: mengamati
volume urin yang dikumpulkan selama 24
jam didalam gelas ukur.
b. Warna
urin
Prinsip: warna urin
diamati didalam tabung reaksi dengan cahaya tembus dan dilihat dalam sikap
serong.
c. Kekeruhan
urin
Prinsip: dapat dilihat
dalam sikap serong pada tabung reaksi dengan cahaya tembus
d. Keasaman
atau reaksi pH
Prinsip: derajat keasaman
urin ditetapkan dengan lakmus atau kertas indicator
e. Berat
jenis urin
Prinsip: diperiksa
dengan alat uranometer yang ditera dengan BJ air dan suhu pada saat dilakukan
pemeriksaan
f. Bau
urin
Prinsip: pengujian
dilakukan secara langsung menggunakan hidung.
III.
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
3.1.1
ALAT
a.
Volume
urin : gelas ukur
b. Warna
urin : wadah urin
c. Kekeruhan
urin: wadah urion/ tabung reaksi
d. Keasaman
urin: pH meter, kertas lakmus atau kertas indikator
e. Berat
jenis urin: - urinometer yang dikalibrasi dengan temperature , gelas ukur
f. Bau
urin: wadah urin
3.1.2
BAHAN
g. Volume urin :
urin yang dikumpulkan 24 jam
h. Warna
urin : urin
i.
Kekeruhan urin: urin
j.
Keasaman urin: urin
k. Berat
jenis urin: urin
l.
Bau urin: urin
3.2 PROSEDUR PERCOBAAN
a. Volume
urin
Semua urin yang dikumpulkan selama 24
jam dimasukkan kedalam gelas ukur . tentukan berapa urin semuanya.
b. Warna
urin
Buka
tutup wadah urin, perhatikan warnanya.
c. Kekeruhan
urin
Perhatikan kekeruhan urin didalam wadah
atau masukkan urin kedalam tabung reaksi , amati apakah ada kekeruhan didalam
urin.
d. Keasaman
/ reaksi Ph
Celupkan kertas PH kedalam sampel urin, bandingkan warna yang terbentuk dengan
warna standar.
e. Berat
jenis urin
Masukkan urin kedalam gelas ukur ,
bagian urin yang berbusa diatasnya diangkat dengan menggunakan kertas saring. Atau
Celupkan urinometer kedalam gelas ukur dengan cara diputar terlebih dahulu,
tentukan berapa BJ urin yang tertera
f. Bau
urin
Buka tutup wadah urin dan amati bau
urin.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
No
|
Pemeriksaan
urin
|
Hasil
yang didapat
|
Urin
normal
|
Keterangan
|
1
|
Volume
|
970
ml
|
800-1600
ml/24 jam
|
Normal
|
2
|
Warna
|
Kuning
muda
|
Kuning
muda
|
Normal
|
3
|
Kekeruhan
|
Jernih
|
Jernih
|
Normal
|
4
|
Keasaman
|
Ph=6
|
4,7-7,5
|
Normal
|
5
|
BJ
Sewaktu
|
0,926
|
1,002-1,030
|
Tidak
Normal
|
6
|
Bau
|
Bau
amoniak
|
Bau
amoniak
|
Normal
|
4.2 PEMBAHASAN
a.
Volume
urin
Pada urin yang
dikumpulkan selama 24 jam didapatkan volume urin sebanyak 970 ml. dan ini berarti
urinnya normal. Volume Urin yang normal berkisar antara 800-1600 ml/24 jam. Urin 24 jam biasanya
digunakan untuk mendapatkan gambaran metabolisme suatu zat tertentu selama 24
jam. Faktor yang
mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam tubuh tergantung dari banyaknya air
yang diminum dan keadaan suhu . apabila suhu udara dingin, pembentukan urine
meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan urine sedikit. Pada saat minum
banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh karena itu jika
banyak minum akan banyak mengeluarkan urine
b.
Warna
urin
Dari hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan didapat bahwa urin normal.
Yaitu bewarna kuning muda. Urin
normal berwarna kuning karena merupakan campuran pigmen-pigmen seperti
uroetrin, urokron dan porfirin. Warna
urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan ,penyakit
, pengaruh adanya matabolit, makanan, obat-obatan dan
pigmen.
c.
Kekeruhan
urin
Dari pemeriksaan
kekeruhan didapat bahwa urin bewarna jernih .dan ini menandakan behwa urin
adalah normal.
d.
Keasaman
/reaksi PH
Dari pemeriksaan
didapat PH urin 6. Dan ini berarti urin masih normal. PH urin normal
berkisar antara 4,7-7,5 .pada
pemeriksaan pembacaan pH hendaknya
segera dilakukan (urine dalam kondisi segar), karena urine yang lama cenderung
menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia). Penentuan pH dapat
dilakukan dengan menggunakan : kertas lakmus, pH-meter. Pemeriksaan pH urine
segar dapat memberi petunjuk kearah infeksi saluran kemih. Namun, tergantung
pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH urin yang terlalu asam dapat disebabkan oleh :
kelaparan, diet tinggi protein, metabolisme lemak obat – obatan untuk mencegah
batu CaPO4, asidosis dan adanya bakteri yang memproduksi asam. pH
urin yang terlalu basa disebabkan oleh : diet buah – buahan, alkalosis, obat –
obatan yang digunakan untuk mencegah pembentukana asam urat dan oksalat,
amonia, dan bakteri.
e.
Berat
jeis sewaktu
Dari perhitungan yang
telah dilakukan, didapat bahwa berat jenis urin sewaktu tidak normal yaitu
0,926. Dan ini kurang dari rentang normal 1,002-1,030
Ada pun perhitungannya dari percobaan yang telah dilakukan:
BJ piknometer kosong = 15,9260 g
BJ piknometer + air = 25, 7793 g
BJ piknometer + urin = 25,0565 g
Berat jenis =
(BJ piknometer + urin) – (BJ piknometer kosong) X BJ air
(BJ piknometer + air) – (BJ piknometer
kosong)
= (25,0565
g + 15,9260 g) - 15,9260 x 1 g/cm3
25,7793 g – 15,9260g
=
0,926 g/cm3
Berat urin yang kurang dari normal menandakan terjadi gangguan fungsi
reabsorpsi tubulus. Selain itu, Berat jenis urin berhubungan erat dengan
diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya.
Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian
dengan faal pemekat ginjal. Urin yang mempunyai berat jenis 1,020 atau
lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai
pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin
kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,
hipotermi, alkalosis dan. Berat jenis yang rendah ini bisa
disebabkan oleh banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat
jenis yang tinggi disebabkan oleh dehidrasi, proteinuria, dan
diabetes mellitus. banyak minum
atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin
rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan
meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria
BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ
bertambah 0,004.
f.
Bau
urin
Dari
pemeriksaan yang dilakukan didapat diketahui bau urin adalah normal, karena
berbau amoniak. Adapun Bau urin yang pesing disebabkan karena adanya ammonia
yang disekresikan dalam urin. Bau pada urin disebabkan karena faktor fisiologis
maupun patologis. Penyebab fisiologis misalnya makanan , vitamin , obat-obatan
dan hormone. Penyebab patologis berupa ada nya penyakit ataupun kerusakan pada
saluran kemih.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari pemeriksaan urin secara mikroskopis pada seseorang didapat bahwa volume , warna ,
kekeruhan, keasaman/ reaksi pH, dan bau
urinnya adalah normal. Sedangkan berat jenis urin tidak karena berada dibawah
rentang normal.
5.2 SARAN
Sebaiknya dalam pemeriksaan urin harus
teliti dan cermat untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto. 2013.
Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di:
http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal/
[Akses tanggal 22 februari 2016.
.Ethel, S. 2003.
Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Medika. 2012.
Pemeriksaan Urin. Tersedia di: http://www.biomedika.
co.id/services/laboratorium/31/pemeriksaan-urin.html [Akses tanggal22
februari 2016].
Ningsih, Suti.
2012. Proses Pembentukan Urin. Tersedia di:
http://sutiningsih2/2012/12/proses_pembentukan_urin_15.html. [Akses tanggal 22
februari 2016
Scanlon, Valerie
C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.