Wednesday, 24 February 2016

MAKALAH FARMAKOLOGI "FARMAKOKINETIK OBAT PADA GERIATRI"

MAKALAH FARMAKOLOGI
FARMAKOKINETIK OBAT PADA GERIATRI


OLEH: KELOMPOK 10
1.      ANNISA AMALANDA
2.      FATMA ZAHRA
3.      EUREKA FADHILLA SUSANTI

DOSEN PEMBIMBING: RIA AFRIANTI, M. Farm, Apt

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA (STIFI)
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2015

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Farmakokinetik Obat pada Geriatri
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu, tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatannya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca untuk memberi saran dan kritik kepada  sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah yang berjudul “Farmakokinetik Obat pada Geriatri” dapat diambil hikmah dan manfaatnya. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.
Padang,  Februari  2016


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                                 i
DAFTAR ISI                                                                                                ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG                                                                                   1
B.     RUMUSAN MASALAH                                                                              2
C.     TUJUAN PENULISAN                                                                                2
D.    MANFAAT PENULISAN                                                                            2
BAB II : ISI
A.    FARMAKOKINETIK                                                                                   2
B.     OBAT                                                                                                            6
C.     GERIATRIC                                                                                                  6
D.    FARMAKOLOGI OBAT PADA GERIATRIC                                            7                     
BAB III : PENUTUP
A.    KESIMPULAN                                                                                              12
B.     SARAN                                                                                                          12

DAFTAR PUSTAKA                                                                                   12



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Penduduk usia lanjut di Indonesia sangatlah tinggi dan diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11% dari total penduduk Indonesia (Viora, 2013). Penduduk usia lanjut dalam dunia kesehatan disebut geriatri yang artinya memiliki beberapa penyakit multipatologi. Penduduk usia lanjut rentan mengalami penyakit kronik dan infeksi sehingga berdampak pada morbiditas dan mortalitas.
Pasien Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun keatas, memiliki karakteristik khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat ganguan fungsi jasmani dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial. Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut, seorang pasien lebih mudah mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang merugikan
Farmakokinetika adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat proses yang termasuk di dalamnya adalah  absorpsi, distribusi, metabolisme ( biotransformasi ) dan ekskresi ( eliminasi )
Perubahan proses farmakokinetik obat pada pasien geriatri terjadi pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Perubahan proses absorpsi dapat terjadi karena perlambatan aliran darah, kenaikan pH lambung, dan penundaan pengosongan lambung. Perubahan distribusi obat terjadi jika ada pengurangan jumlah albumin, pengurangan massa tubuh, pengurangan total air tubuh, dan kenaikan lemak tubuh. Gangguan metabolisme terjadi ketika perlambatan aliran darah menuju hepar, pengurangan massa hati, dan penurunan aktivitas enzim. Perubahan proses ekskresi terjadi karena adanya perlambatan aliran darah ke ginjal, perlambatan filtrasi glomerulus, dan perlambatan sekresi tubular (Aymanns dkk., 2010; Carrol dan Peterson, 2001)
Pada geriatric proses farmakokinetik obat meliputi proses absorpsi (penyerapan ke dalam darah), Distribusi (penyebaran ke berbagai jaringan tubuh), Metabolisme pengubahan menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi (dikeluarkan dari tubuh)

Berdasarkan latar belakang diatas , maka pada makalah ini akan dibahas mengenai “ Farmakokinetik Obat pada Geriatric”

B.     RUMUSAN MASALAH
a.       Apa yang dimaksud dengan farmakokinetik?
b.      Apa yang dimaksud dengan obat?
c.       Apa yang dimaksud dengan geriatric?
d.      Bagimana farmakologi obat pada geriatric?

C.    TUJUAN PENULISAN
a.       Untuk mengetahui yang dimaksud dengan farmakokinetik
b.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan obat
c.       Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan geriyatri
d.      Untuk mengetahui farmakologi obat pada geriatric

D.    MANFAAT PENULISAN
a.       Bagi Penulis  mengetahui lebih dalam mengenai farmakologi obat pada geriatri
b. Bagi mahasiswa umunya adalah sebagai materi tambahan dalam perkuliahan serta penerapannya terutama dalam bidang kesehatan dan penelitian

BAB II
ISI
A.    PENGERTIAN FARMAKOKINETIK
Farmakokinetika berasal dari kata farmacon dan kinetic. Farmacon berarti obat, sedangkan kinetic berarti pergerakan. Jadi farmakokinetika adalah ilmu yang  mempelajari pergerakan obat didalam tubuh. Ada 4 mekanisme pergerakan obat dalam tubuh yaitu : absorpsi (diserap ke dalam darah), Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh), Metabolisme (diubah menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi (dikeluarkan dari tubuh)
1.      Absorpsi
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
a.       Transport pasif
Transport pasif  tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah.. Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi membran seimbang.
b.       Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tingg
c.       Pinositosis
Pinositosis adalah bentuk transfer aktif yang unik dimana sel ‘menelan’ partikel obat. Biasanya terjadi pada obat-obat larut lemak (vit A, D, E, K).
Kecepatan Absorpsi Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel  absorpsi terjadi cepat .  obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
a.        Detik s/d menit: SL, IV, inhalasai
b.       Lebih lambat: oral, IM topikal kulit apisan intestinal, otot, kulit menghambat jalan
c.        Lambat sekali, nerjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustainedf release.
Faktor yang mempengaruhi penyerapan:
a.        Aliran darah ke tempat absorpsi
b.      Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
c.       Waktu kontak permukaan absorpsi
Kecepatan Absorpsi Diperlambat oleh nyeri dan stress
a.        Nyeri dan stres
mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster Makanan tinggi lemak
b.      Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat Faktor bentuk obat
c.        Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll) Kombinasi dengan obat lain
d.      Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis obat.
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetaboliisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sitemik à dosis obat yang diberikan harus banyak.
2.      Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a.       Aliran darah Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar: – jantung – Hepar – Ginjal Distribusi ke organ lain kulit, lemak dan otot lebih lambat Permeabilitas
b.      Kapiler Tergantung:
-           Struktur kapiler
-           Struktur Obat
c.       Ikatan dengan protein
Obat beredar di seluruh tubuh  kemudian berkontak dengan protein sehingga Dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
3.      Metabolisme
Metabolisme /biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.       Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
b.      Menjadi metabolit aktif yaitu memiliki kerja farmakologi tersendiri
c.        bisa dimetabolisme lanjutan Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (=prodrugs)
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a.        Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan
b.      Menjadi metabolit aktif yaitu  memiliki kerja farmakologi tersendiri sehingga bisa dimetabolisme lanjutan
c.        Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (=prodrugs)
Metabolisme terjadi di: Hepar , Ginjal, Membran usus. Metabolism obat dipengaruhi oleh kondisi, lingkungan , gen, serta umur.
4.      Eksresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat juga dapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktus intestinal Waktu Paruh Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolisme dan ekskresi. Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan
B.     OBAT
Obat menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis. sedangkan menurut konas (komisi obat nasional) obat adalahbahan atau sediaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. oleh karena itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label dan/klaim. menurut pengertian konas obat meliputi obat manusia dan hewan.

C.     GERIATRI
a.       Pengertian geriatri
Geriatric sering juga disebut sebagai lanjut usia. Geriatri didefinisikan sebagai individu berusia di atas 60 tahun dan sering kali perubahan-perubahan yang terjadi pada geriatri dibandingkan dengan keadaannya pada usia produktif dikaitkan dengan terjadinya proses penuaan (WHO, 2013). Penuaan merupakan akumulasi perubahan yang progresif. Penuaan dapat menurunkan kemampuan untuk mengatasi tekanan ekstemal. Selain itu, variabilitas antarindividu dalam respon fisiologis meningkat dengan peningkatan usia. Penuaan bukanlah entitas tunggal tetapi istilah kolektif yang mewakili jumlah efek kumulatif pada tingkatan molekul, selular dan tingkat jaringan. Karakteristik umum dari penuaan adalah menurun hingga hilangnya fungi organ tubuh, misalnya nefron, alveoli atau neuron. Karakteristik selanjutnya adalah terganggunya beberapa proses regulasi yang mengintegrasikan fungsional antara sel-sel dan organ. Akibatnya, ada kegagalan untuk mempertahankan homeostasis di bawah kondisi-kondisi stres fisiologis tersebut(Mangoni and Jackson, 2003). 
Menurut WHO Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia lanjut meliputi tiga tingkatan yaitu :
-          Lansia (elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
-          Tua (old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
-          Sangat tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
b.      Karakteristik pasien gariatri
-          Penurunan kapasitas fungsional yang meliputi : fisik, psikologik, sosial, ekonomi
-          Multi patologik
-          Presentasi penyakit tidak spesifik
-          Cepat memburuk bila tidak segera diobati
-          Resiko komplikasi penyakit dan terapi
-          Perlu program rehabilitasi

D.    FARMAKOKINETIK  OBAT PADA GERIATRI
Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut, seorang pasien lebih mudah mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang merugikan. Serta pada usia lanjut, rentan terserang penyakit sehingga pemberian obat sering polifarmasi. Polifarmasi berarti pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan.
 Pasien geriatri akan lebih sering mengalami ADR dibandingkan pasien yang lebih muda. Hal ini dimungkinkan karena pasien lanjut usia lebih sering mendapatkan terapi obat. Di samping itu faktor lain yang mempengaruhi terjadinya ADR pada geriatri adalah perubahan farmakokinetika yang meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat, yang sangat tergantung pada kondisi organ-organ tubuh penderita. Pada pasien geriatri sering mendapatkan peresepan dengan jumlah obat yang banyak (polifarmasi). Hal tersebut disebabkan oleh penderita yang mengalami beberapa penyakit sekaligus. Khususnya penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan  hati memiliki risiko yang tinggi bagi kejadian ADR.
Pada sistem pencernaan para lansia, terjadi perubahan pada peningkatan pH lambung. menurunnya aliran darah ke usus akibat penurunan curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran cerna.
Distribusi obat berhubungan dengan komposisi tubuh, ikatan protein-plasma, dan aliran darah organ. Semua itu akan mengalami perubahan denganbertambahnya usia, sehingga dosis antara pasien geriatri dan pasien yang lebih muda akan berbeda. Pada geriatri, komposisi air dalam tubuh akan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volum distribusi obat yang larut air. sehingga konsentrasi dalam plasma meningkat, contoh: digoksin. namun pada usia lansia, terjadi peningkatan total lemak dalam tubuh, sehingga meningkatkan Vd obat yang larut dalam lemak namun konsntrasi obat dalam plasma menurun. pada geriatri, jumlah albumin plasma berkurang sehingga mengakibatkan jumlah obat yang diikat olih albumin menurun dan mengakibatkan obat tersebut berada dalam tubuh dalam keadaan terikat
Ginjal berpengaruh besar pada eliminasi beberapa obat. Umumnya obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan ekskresinya berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan antibiotik golongan aminoglikosida.
Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 % dibandingkan pada orang muda.
a.       Fungsi Ginjal
Perubahan paling berarti pada geriatri ialah berkurangnya fungsi ginjal dan menurunnya creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal atau kadar kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering berkurang, dengan akibat perpanjangan atau intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai waktu paruh panjang perlu diberi dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya. Dalam setiap keadaan kita perlu memakai dosis lebih kecil bila dijumpai penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi obat yang mempunyai batas keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering digunakan pada lansia memproduksi metabolit aktif, sehingga kedua obat ini juga perlu diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia.
b.      Fungsi Hati
Penurunan fungsi hati tidak sepenting penurunan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan karena hati memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga penurunan fungsi hati tidak begitu berpengaruh. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila diperlukan bantuan hati untuk metabolisme dengan obat-obat tertentu. First-pass effect dan pengikatan obat oleh protein (protein-binding) berpengaruh penting secara farmakokinetik. Obat yang diberikan oral diserap oleh usus dan sebagian terbesar akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati sebelum memasuki sirkulasi umum. Hati akan melakukan metabolisme obat yang disebut first-pass effect dan mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30% atau lebih. Kadar yang kemudian ditemukan dalam plasma merupakan bioavailability suatu produk yang dinyatakan dalam prosentase dari dosis yang ditelan. Obat yang diberi secara intra-vena tidak akan melalui hati dahulu tapi langsung masuk dalam sirkulasi umum. Protein-binding juga dapat menimbulkan efek samping serius. Obat yang diikat banyak oleh protein dapat digeser oleh obat lain yang berkompetisi untuk ikatan dengan protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif obat pertama meninggi sekali dalam darah dan menimbulkan efek samping. Warfarin, misalnya, diikat oleh protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1% merupakan bagian yang bebas dan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini dipertahankan selama obat bekerja. Bila kemudian diberi aspirin yang 80-90% diikat oleh protein, aspirin menggeser ikatan warfarin kepada protein sehingga kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek samping perdarahan spontan. Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah intensitas perdarahan. Inipun bisa terjadi dengan aspirin yang mempunyai waktu-paruh plasma hanya 15 menit. Banyak obat geser-menggeser dalam proses protein-binding bila beberapa obat diberi bersamaan. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara klinis, tetapi untuk obat yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan penderita.
Pasien geriatri (elderly) merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan).
Kimble, menyatakan bahwa geriatri juga telah mengalami perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal, perubahan distribusi terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan protein-obat, perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau ginjal, serta penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi ginjal. Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat untuk mencapai efek terapetik yang didapatkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam bioavailabilitas obat tersebut.
Proses-proses farmakokinetik obat pada geriatri:
a.       Absorpsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian obat sampai sirkulasi sistemik. Pada umumnya obat membutuhkan absorbsi kecuali pada pemberian intravena. Perubahan dalam hal absorpsi obat pada usia lanjut belum diketahui secara jelas, tetapi tampaknya tidak berubah untuk sebagian besar obat. Keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan makan, tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia) dan lebih lambatnya kecepatan pengosongan lambung
b.      Distribusi
Sesudah diabsorbsi, obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Pada usia lanjut mengalami perubahan distribusi obat. Selain oleh sifat fisiko-kimiawi molekul obat, distribusi dipengaruhi juga oleh komposisi tubuh, ikatan protein plasma, dan aliran darah organ.
Dengan bertambahnya usia, prosentase air total dan massa tubuh yang tidak mengandung lemak (lean body mass) menjadi lebih sedikit. Obat yang mempunyai sifat lipofilik (larut dalam lemak namun kurang larut dalam air) yang kecil, misalnya digoksindan propranolol, menjadi lebih tinggi kadarnya dalam darah, walaupun pada dosis yang lazim untuk dewasa.
Bisanya pada lansia juga terjadi perubahan rasio albumin globulin. Penurunan albumin secara mencolok pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh menurunnya aktivitas fisik dan dapat juga memberi petunjuk beratnya penyakit sistemik yang diderita, sepertimiokard infark akut, penyakit-penyakit inflamasi, dan infeksi berat sehingga obat-obat yang terutama terikat pada albumin akan lebih banyak berada dalam bentuk bebas. Dengan kata lain, kadar obat-obat tersebut akan meningkat dalam plasma. Molekul obat yang terikat pada albumin adalah yang bersifat asam lemah.
c.       Metabolisme
Pada usia lanjut, berat dan aliran darah di hati telah mengalami penurunan sebesar 40-45% yang berpengaruh pada obat-obat yang kecepatan biotransformasinya bergantung pada aliran darah hati seperti imipramin, amitriptilin, desipramin dan juga nortiptilin. Hati berperan penting dalam metabolisme obat. Tidak hanya mengaktifkan obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu terbentuknya metabolit terionisasi yang lebih polar yang memungkinkan berlangsungnya mekanisme ekskresi ginjal. Kapasitas hati dalam metabolisme obat tidak terbukti berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah hati yang diduga sangat memengaruhi kemampuan metabolisme obat
d.      Ekskresi
Selain itu, ginjal yang merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam bentuk aktif maupun hasil metabolitnya, juga mengalami perubahan fisiologis dan anatomis dengan bertambahnya umur. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal karena usia lanjut, maka eliminasi sebagian besar obat juga akan terpengaruh. Obat-obat yang dimetabolisme ke bentuk aktif, seperti: metildopa, triamteren, spironolakton, oksifenbutazon, levodopa, danacetoheksamid mungkin akan terakumulasi karena memburuknya fungsi ginjal pada usia lanjut. Perubahan farmakokinetik obat yang dialami para lansia perlu diperhatikan, terutama dalam hal penggunaan psikotropika mengingat adanya kaitan yang sangat erat dengan resiko terjadinya efek samping maupun interaksi obat.

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      farmakokinetika adalah ilmu yang  mempelajari pergerakan obat didalam tubuh
2.      Obat menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis.
3.  Geriatri didefinisikan sebagai individu berusia di atas 60 tahun dan sering kali perubahan-perubahan yang terjadi pada geriatri dibandingkan dengan keadaannya pada usia produktif dikaitkan dengan terjadinya proses penuaan
4.      Farmakokinetik obat meliputi proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekresi

B.     SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik karena kurangnya buku pegangan yang kami miliki maupun keterbatasan kemampuan kami dalam memahami materi yang berkaitan dengan materi ini. Oleh kerena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi penulisan yang lebih baik untuk kedepannya

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, geriatri, http://www. rskariadi.com, diakses pada tanggal 22 Februari 2016
Anonim,2008, Terapi pada Usia Lanjut, http//: pojokapoteker.blogspot.com, diakses tanggal 22 Februari 2016
Anonim,2001,Obat untuk Kaum Lansia edisi kedua, ITB, Bandung
Prest,M.,2003,Penggunaan Obat pada Lanjut Usia dalam Aslam,M;Tan,C.K&Prayitno,A., Farmasi Klinis;Menuju Pengobatan yang Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 203-204, Gramedia, Jakarta
Staf pengajar, 2004. “Kumpulan Kulah Farmakologi Edisi II”. EGC : Jakarta