Gb.opium Sumber:dreamstime.com |
1.
PENGERTIAN ALKALOID
a. Alkaloid
adalah senyawa yang mengandung atom N biasanya berasal dari asam amino.
b. Alkaloid
adalah Basa nitrogen organik yang ditemukan pada tanaman dan sedikit pada
mikroorganisme dan hewan, yang punya sifat amina primer, sekunder dan tersier
yang membedakan kebasaannya antara tipe-tipe alkaloid yang dibuat dengan reaksi
dan purifikasi.
c. Secara
farmakologi adalah senyawa alam yang mengandung atom N dimana pada dosis minimum dapat memberikan
efek secara farmakologis.
2.
SEJARAH ALKALOID
a Derosne (Apt Perancis) mengisolasi senyawa yang sekarang dikenal sebagai narcotine tahun 1803
b. Sertürner (Apt Hanoveria) mengisolasi morphine dari
opium tahun 1806 & 1816
c. Pelletier & Caventou : strychnine (1817), emetine
(1817), brucine, piperine, caffeine (1819), quinine, colchicine (1820) &
coniine (1826)
d Coniine alkaloid pertama yang ditentukan strukturnya (Schiff, 1870) &
disintesis (Ladenburg, 1889)
e. “Minor” alkaloid diisolasi
oleh khemis pada awal ¼ abad yang lalu
f. Pada pertengahan tahun 1940 telah diisolasi 800 alkaloid
g. Pada tahun 90’an meningkat hingga
10.000
h Pada pertengahan akhir abad
XX ® pencarian obat antikanker
alkaloid ® puncaknya : penggunaan
vincristine, vinblastine & paclitaxel dlm dunia medis
3.
FUNGSI ALKALOID
a. sebagai
metabolit sekunder, pada tanaman sebagai pelindung dari serangga karena
kepahitan dan toksisitasnya
b. pada
kasus tertentu sebagai produk akhir dari detoksifikasi metabolit.
c. Sebagai
sumber atom N bagi tumbuhan yang kurang
atom N
d. Pengatur
pertumbuhan seperti pematangan buah, layu pada bunga dan pembusukan.
e. Sumber
energi dan kasus defisiensi CO2
4.
PENAMAAN ALKALOID
Penamaan alkaloid
dilakukan dengan penambahan akhiran -ine
(Inggris)
a. Nama genus tumbuhan
penghasil
Misal:
hydrastine, atropine (dari Atropin
belladonin)
b. Nama spesies tumbuhan
penghasil
Misal : cocaine, belladonine (dari Atropa belladonin)
c. Nama umum tumbuhan penghasil
Misal :ergotamine dari tumbuhan ergot
d. Aktivitas fisiologi yg
ditimbulkan
Misal; emetine (Karena
memiliki sifat emetik/ merangsang muntah), morphine
e. Nama penemunya
Misal: pelletierine (ditemukan oleh palatier), papaver semniverum (ditemukan oleh morphin)
f.
Sifat fisik
senyawa itu sendiri
Misal :hygrin
à hygrolopine
Penambahan awalan dan akhiran
a.
Awalan
Ø nor
Misal :
-
N -emetilation
dan N-dimetilation
-
Nor pseudoefedrin
dan normicotine
Ø Apo
Misal:
apomorpine
Ø Iso, pseudo, neo, epi
Gunanya
adalah untuk identifikasi tipe isomer
b.
Akhiran
Ø -dine
Penambahan
dine hanya berbeda isomer optiknya.
Misal
:
-
Cinchonina à chinconidine
-
Quinin à quinidin
Ø -ine
Misal:
ergotamine dan ergotaminine
5.
DISTRIBUSI ALKALOID
•
Fungi : deriv asam lisergat (lysergic acid) & gliotoksin (gliotoxin)
•
Pteridophyta : lycopodium
• Gymnospermae : Ephedra & Taxus sp.
• Kulit katak Phyllobates sp ® alkaloid yang paling beracun ® lainnya : 24 kelas alkaloid
yang mencapai 300
•
Mamalia ® indole & isoquinoline alkaloid ® morfin mamalia
•
Angiospermae : distribusi tidak merata
Alkaloid biasa terdapat pada ordo :
•
Centrospermae (Chenopodiaceae)
•
Magnoliales (Lauraceae,
Magnoliaceae)
•
Ranunculales (Berberidaceae,
Menispermaceae, Ranunculaceae)
•
Papaverales (Papaveraceae,
Fumariaceae)
•
Rosales (Leguminosae,
sub Familia Papilionaceae)
•
Rutales (Rutaceae)
•
Gentiales (Apocynaceae,
Loganiaceae, Rubiaceae)
•
Tubiflorae (Boraginaceae,
Convolvulaceae, Solanoceae)
• Campanulales (Campanulaceae,
sub famili Lobeioidoe, Compositae, sub famili Senecioceae)
6.
PENENTU SIFAT KEBASAAN ALKALOID
Kebasaan alkaloid tergantung pada adanya pasangan
elektron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan
nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai
contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa
lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan
senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus
fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil),
maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan
alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang
mengandung gugus amida.
7.
SIFAT FISIKA ALKALOID
a. Umumnya
berbentuk padat dan kristal.
Ada yang menguap, misal
nikotin dan coniin.
Juga yang tidak menguap,
misalnya pillokarpin dan hyosin.
Selain itu juga bersifat
cair, misalnya : coniine
(Hemlock) dan nicotine (tembakau)
b. Umumnya
tidak bewarna.
Ø Colchinin
dan berberine :kuning
Ø
sanguinarine
: merah tembaga
Ø
canadine : orange
c. kelarutan
Kelarutannya sangat bervariasi tergantung struktur
Ø
Dalam bentuk basa bebas, sedikit larut dalam air, larut dalam pelarut organic
Ø
Dalam bentuk garam larut dalam pelarut organic
Misal : Strychnine HCl lebih larut dalam air daripada bentuk basanya.
Perkecualian :
-
Caffeine
basa, terekstraksi oleh air
-
Colchicine
larut dalam air,dalam suasana asam, netral dan basa
-
Quinine
Sulfat kelarutan 1 bagian dalam 1000 bagian air
-
Quinine
HCl kelarutan 1 bagian dalam < 1 bagian air
d. Optik
aktif
8.
SIFAT KIMIA ALKALOID
a. Kebanyakan mengandung atom O, kecuali coniine (Hemlock) dan nicotine
(tembakau) à
cair
b. Adanya
kemampuan untuk membentuk garam
c. Stabililitas
cahaya, oksigen, asam dan
alkali mempengaruhi alkaloid. Alkaloid kurang stabil dalam bentuk basah.
9.
KLASIFIKASI ALKALOID
a. Berdasarkan
struktur kimia
Ø Heterosiklik
: ada atom N didalam cincin
Ø Non
heterosiklik : tidak
b. Biosintesis
kimia (cara klasifikasi hagneur dari tipe N dan biokimia)
Ø Alkaloid
sejati/ true alkaloid
Alkaloid yang
dibiosintesis dari asam amino yang punya atom N pada cincin tetrasikliknya. Dan
punya aktivitas farmakologis.
Ø Alkaloid
sederhana / Protoalkaloid
Alkaloid yang
dibiosintesis dari asam amino yang punya atom N tidak pada cincin
tetrasikliknya . Dan punya aktivitas farmakologis.
Ø Alkaloid
semu / pseudoalkaloid
Alkaloid yang
dibiosintesis bukan dari asam amino, dan N berada diluar siklis, serta tidak
punya aktivitas farmakologis. Misal kafein dan purin
c. Berdasarkan
taksonomi
Misal:
Ø Solanaceae
Ø Papaveraceae
d. Berdasarkan
aktifitas farmakologis
Ø Sebagai
antihipertensi
Ø Sebagai
antidepresan
10.
UJI ALKALOID
Sebagian besar
alkaloid dalam larutan netral atau sedikit asam diendapkan oleh:
a.
Reagen
Mayer (potassium mercuric iodide Sol.)
b.
Reagen
Wagner (sol. of iodine in potassium iodide) ® merah kecoklatan
c.
Sol.Tannic
acid
d.
Reagen
Hages (saturated sol of picric acid)® kuning
e.
Reagen
Dragendorff (sol of potassium bismuth iodide)® merah kecoklatan
Endapan
dalam bentuk amorf atau kristal
Reagen2
diatas juga mengendapkan protein, dalam proses ekstraksi & penguapan , beberapa protein tidak
terekstraksi, lainnya terdenaturasi pada proses penguapan atau penyaringan,
Jika ekstrak dipekatkan hingga
volumenya berkurang dan alkaloid diekstraksi dengan pelarut organik suasana
basa dan dicuci dengan asam encer (misal: as.tatrat) maka larutan terakhir ® bebas protein dan siap dilakukan uji alkaloid. Kafein dan Alkaloid lain tidak
memberikan endapan dengan reagen Dragendorff
TEST MUREXIDE
Caranya: Ditambah sedikit potassium chlorate + 1 tetes HCl ® uapkan sampai kering, residu dialiri dengan uap amonia ® ungu
Reaksi
juga berlaku untuk turunan basa purin lainnya (Theophylline, Theobromine)
Ø Colchicine + Asam.mineral® kuning
Ø Alkaloid Indole + H2SO4® ungu kebiruan-merah
Ø p-dimethylaminobenzaldehyde
11. METODE UNTUK MENDETEKSI
ALKALOID : METODE CUDVENOR DAN FITZGEROLD
Caranya:
Sampel dicampur dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak
kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat 2 N
pada masing-masing filtrat, kemudian kocok dan
didiamkan. Bagian atas dari masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan
pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf. Terbentuknya endapan jingga, cokelat,
dan putih menunjukkan adanya alkaloid.
Sumber:
1. Alper,
Kenneth R, 2001, “Ibogaine: Ulasan” The Alkaloid, Academic
Press,
2. Cordell,
A. 1981. Introduction to Alkaloid, A Biogenetic Approach, A Wiley Interscience
Publication. New York: John Wiley and Sons, Inc
3. Farnsworth,
N.R., 1966, Biological and Phytochemical Screening of Plants, University of
Pittsburgh, America
4. Hesse,
M. 1981. Alkaloid Chemistry. Toronto: John Wiley and Sons, Inc.
5. Ikan,
R. 1969. Natural Product A Laboratory Guide. Jerussalem: Israel Universities
Press
6. Matsjeh,
S. 2002. Kimia Hasil Alam Senyawa Metabolit Sekunder Tumbuhan Falvonoid,
Terpenoid dan Alkaloid. Jogjakarta: Jurusan Kimia FMIPA UGM.
7. Harborne,
J.B.1987. METODE Fitokimia penuntun cara menganalisis tumbuhan Terjemahan K.
Padmawinata & I. Soediro. ITB, Bandung.