MAKALAH FARMAKOLOGI
FARMAKOKINETIK OBAT PADA GERIATRI
OLEH: KELOMPOK 10
1.
ANNISA
AMALANDA
2.
FATMA
ZAHRA
3.
EUREKA
FADHILLA SUSANTI
DOSEN PEMBIMBING: RIA AFRIANTI, M.
Farm, Apt
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
(STIFI)
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Farmakokinetik
Obat pada Geriatri”
Adapun
makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu,
tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatannya.
Namun tidak
lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca untuk
memberi saran dan kritik kepada sehingga
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga makalah yang berjudul “Farmakokinetik
Obat pada Geriatri” dapat diambil hikmah dan manfaatnya. Akhir kata
penyusun ucapkan terima kasih.
Padang,
Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG 1
B. RUMUSAN
MASALAH 2
C. TUJUAN
PENULISAN 2
D. MANFAAT
PENULISAN 2
BAB II : ISI
A. FARMAKOKINETIK 2
B. OBAT 6
C. GERIATRIC 6
D. FARMAKOLOGI
OBAT PADA GERIATRIC 7
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
B. SARAN 12
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Penduduk
usia lanjut di Indonesia sangatlah tinggi dan diperkirakan jumlah penduduk usia
lanjut tahun 2020 akan berjumlah 28,8 juta jiwa atau 11% dari total penduduk
Indonesia (Viora, 2013). Penduduk usia lanjut dalam dunia kesehatan disebut
geriatri yang artinya memiliki beberapa penyakit multipatologi. Penduduk usia
lanjut rentan mengalami penyakit kronik dan infeksi sehingga berdampak pada
morbiditas dan mortalitas.
Pasien
Geriatri adalah penderita dengan usia 60 tahun keatas, memiliki karakteristik
khusus antara lain menderita beberapa penyakit akibat ganguan fungsi jasmani
dan rohani, dan sering disertai masalah psikososial. Dalam pemberian obat
pada pasien geriatric perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah
pengaturan dosisnya karena pada usis lanjut, seorang pasien lebih mudah
mengalami reaksi efek samping dan interaksi obat yang merugikan
Farmakokinetika
adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat proses yang
termasuk di dalamnya adalah absorpsi,
distribusi, metabolisme ( biotransformasi ) dan ekskresi ( eliminasi )
Perubahan
proses farmakokinetik obat pada pasien geriatri terjadi pada proses absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Perubahan proses absorpsi dapat terjadi
karena perlambatan aliran darah, kenaikan pH lambung, dan penundaan pengosongan
lambung. Perubahan distribusi obat terjadi jika ada pengurangan jumlah albumin,
pengurangan massa tubuh, pengurangan total air tubuh, dan kenaikan lemak tubuh.
Gangguan metabolisme terjadi ketika perlambatan aliran darah menuju hepar,
pengurangan massa hati, dan penurunan aktivitas enzim. Perubahan proses
ekskresi terjadi karena adanya perlambatan aliran darah ke ginjal, perlambatan
filtrasi glomerulus, dan perlambatan sekresi tubular (Aymanns dkk., 2010;
Carrol dan Peterson, 2001)
Pada
geriatric proses farmakokinetik obat meliputi proses absorpsi (penyerapan ke
dalam darah), Distribusi (penyebaran ke berbagai jaringan tubuh), Metabolisme
pengubahan menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi
(dikeluarkan dari tubuh)
Berdasarkan latar belakang diatas , maka pada
makalah ini akan dibahas mengenai “ Farmakokinetik Obat pada Geriatric”
B.
RUMUSAN
MASALAH
a. Apa
yang dimaksud dengan farmakokinetik?
b. Apa
yang dimaksud dengan obat?
c. Apa
yang dimaksud dengan geriatric?
d. Bagimana
farmakologi obat pada geriatric?
C.
TUJUAN
PENULISAN
a. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan farmakokinetik
b. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan obat
c. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan geriyatri
d. Untuk
mengetahui farmakologi obat pada geriatric
D.
MANFAAT
PENULISAN
a.
Bagi
Penulis mengetahui lebih dalam mengenai
farmakologi obat pada geriatri
b. Bagi mahasiswa umunya adalah sebagai materi
tambahan dalam perkuliahan serta penerapannya terutama dalam bidang kesehatan
dan penelitian
BAB II
ISI
A.
PENGERTIAN
FARMAKOKINETIK
Farmakokinetika berasal dari kata
farmacon dan kinetic. Farmacon berarti obat, sedangkan kinetic berarti
pergerakan. Jadi farmakokinetika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan obat didalam tubuh. Ada
4 mekanisme pergerakan obat dalam tubuh yaitu : absorpsi (diserap ke dalam
darah), Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh), Metabolisme (diubah
menjadi bentuk yang dapat dibuang dari tubuh) serta ekskresi (dikeluarkan dari
tubuh)
1. Absorpsi
Absorpsi obat meliputi proses obat dari
saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam
sirkulasi sistemik Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode,
terutama transport aktif dan transport pasif.
a. Transport
pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi
ke daerah dengan konsentrasi rendah.. Terjadi selama molekul-molekul kecil dapat
berdifusi sepanjang membran dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membran seimbang.
b. Transport Aktif
Transport aktif
membutuhkan energi untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi obat
rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tingg
c. Pinositosis
Pinositosis adalah bentuk transfer
aktif yang unik dimana sel ‘menelan’ partikel obat. Biasanya terjadi pada
obat-obat larut lemak (vit A, D, E, K).
Kecepatan Absorpsi Apabila pembatas antara obat
aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel
absorpsi terjadi cepat . obat segera
mencapai level pengobatan dalam tubuh.
a. Detik s/d menit: SL, IV, inhalasai
b. Lebih lambat: oral, IM topikal kulit apisan
intestinal, otot, kulit menghambat jalan
c. Lambat sekali, nerjam-jam / berhari-hari: per
rektal/ sustainedf release.
Faktor yang mempengaruhi penyerapan:
a. Aliran darah ke tempat absorpsi
b. Total
luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
c. Waktu
kontak permukaan absorpsi
Kecepatan Absorpsi Diperlambat oleh nyeri dan stress
a. Nyeri dan stres
mengurangi aliran
darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster Makanan tinggi lemak
b. Makanan
tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorpsi obat Faktor bentuk obat
c. Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet,
kapsul, cairan, sustained release, dll) Kombinasi dengan obat lain
d. Interaksi
satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung
jenis obat.
Obat yang diserap oleh usus halus
ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh. Hepar memetaboliisme
banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan efek
first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sitemik Ã
dosis obat yang diberikan harus banyak.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat
dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung
beberapa faktor:
a. Aliran
darah Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar: –
jantung – Hepar – Ginjal Distribusi ke organ lain kulit, lemak dan otot lebih
lambat Permeabilitas
b. Kapiler
Tergantung:
-
Struktur
kapiler
-
Struktur Obat
c. Ikatan
dengan protein
Obat beredar di seluruh
tubuh kemudian berkontak dengan protein
sehingga Dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan
tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat
dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
3. Metabolisme
Metabolisme /biotransformasi obat adalah
proses tubuh merubah komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk
dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui
beberapa cara:
a. Menjadi
metabolit inaktif kemudian diekskresikan
b. Menjadi
metabolit aktif yaitu memiliki kerja farmakologi tersendiri
c. bisa dimetabolisme lanjutan Beberapa obat
diberikan dalam bentu tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi
aktif (=prodrugs)
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian
diekskresikan
b. Menjadi
metabolit aktif yaitu memiliki kerja
farmakologi tersendiri sehingga bisa dimetabolisme lanjutan
c. Beberapa obat diberikan dalam bentu tidak
aktif kemudian setelah dimetabolisme baru menjadi aktif (=prodrugs)
Metabolisme terjadi di: Hepar , Ginjal,
Membran usus. Metabolism obat dipengaruhi oleh kondisi, lingkungan , gen, serta
umur.
4. Eksresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan
obat dari tubuh. Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui
urin. Obat juga dapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah,
payudara), kulit dan taraktus intestinal Waktu Paruh Waktu paruh adalah waktu
yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang
mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolisme dan ekskresi. Waktu paruh
penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan
B.
OBAT
Obat menurut WHO adalah zat yang dapat
mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis. sedangkan menurut konas (komisi obat
nasional) obat adalahbahan atau sediaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit,
dan/atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi. oleh karena
itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan,
diberi label dan/klaim. menurut pengertian konas obat meliputi obat manusia dan
hewan.
C.
GERIATRI
a. Pengertian
geriatri
Geriatric
sering juga disebut sebagai lanjut usia. Geriatri didefinisikan sebagai
individu berusia di atas 60 tahun dan sering kali perubahan-perubahan yang
terjadi pada geriatri dibandingkan dengan keadaannya pada usia produktif
dikaitkan dengan terjadinya proses penuaan (WHO, 2013). Penuaan merupakan
akumulasi perubahan yang progresif. Penuaan dapat menurunkan kemampuan untuk
mengatasi tekanan ekstemal. Selain itu, variabilitas antarindividu dalam respon
fisiologis meningkat dengan peningkatan usia. Penuaan bukanlah entitas tunggal
tetapi istilah kolektif yang mewakili jumlah efek kumulatif pada tingkatan
molekul, selular dan tingkat jaringan. Karakteristik umum dari penuaan adalah
menurun hingga hilangnya fungi organ tubuh, misalnya nefron, alveoli atau
neuron. Karakteristik selanjutnya adalah terganggunya beberapa proses regulasi
yang mengintegrasikan fungsional antara sel-sel dan organ. Akibatnya, ada
kegagalan untuk mempertahankan homeostasis di bawah kondisi-kondisi stres
fisiologis tersebut(Mangoni and Jackson, 2003).
Menurut WHO
Pembagian terhadap populasi
berdasarkan usia lanjut meliputi tiga tingkatan yaitu :
-
Lansia
(elderly) dengan kisaran umur 60-75 tahun,
-
Tua
(old) dengan kisaran umur 75-90 tahun,
-
Sangat
tua (very old) dengan kisaran umur > dari 90 tahun
b. Karakteristik
pasien gariatri
-
Penurunan kapasitas
fungsional yang meliputi : fisik, psikologik, sosial, ekonomi
-
Multi patologik
-
Presentasi penyakit tidak
spesifik
-
Cepat memburuk bila tidak
segera diobati
-
Resiko komplikasi penyakit
dan terapi
-
Perlu program rehabilitasi
D.
FARMAKOKINETIK OBAT PADA GERIATRI
Dalam pemberian obat pada pasien geriatric perlu
dipertimbangkan beberapa hal antara lain adalah pengaturan dosisnya karena pada
usis lanjut, seorang pasien lebih mudah mengalami reaksi efek samping dan
interaksi obat yang merugikan. Serta pada usia lanjut, rentan terserang
penyakit sehingga pemberian obat sering polifarmasi. Polifarmasi berarti
pemakaian banyak obat sekaligus pada seorang pasien, lebih dari yang dibutuhkan
secara logis-rasional dihubungkan dengan diagnosis yang diperkirakan.
Pasien geriatri akan lebih sering mengalami ADR dibandingkan
pasien yang lebih muda. Hal ini dimungkinkan karena pasien lanjut usia lebih
sering mendapatkan terapi obat. Di samping itu faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya ADR pada geriatri adalah perubahan farmakokinetika yang meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat, yang sangat tergantung
pada kondisi organ-organ tubuh penderita. Pada pasien geriatri sering
mendapatkan peresepan dengan jumlah obat yang banyak (polifarmasi). Hal
tersebut disebabkan oleh penderita yang mengalami beberapa penyakit sekaligus.
Khususnya penderita yang mengalami gangguan fungsi ginjal dan hati
memiliki risiko yang tinggi bagi kejadian ADR.
Pada sistem pencernaan para lansia, terjadi perubahan
pada peningkatan pH lambung. menurunnya aliran darah ke usus akibat penurunan
curah jantung dan perubahan waktu pengosongan lambung dan gerak saluran cerna.
Distribusi obat berhubungan dengan komposisi tubuh,
ikatan protein-plasma, dan aliran darah organ. Semua itu akan mengalami perubahan
denganbertambahnya usia, sehingga dosis antara pasien geriatri dan pasien yang
lebih muda akan berbeda. Pada geriatri, komposisi air dalam tubuh akan
berkurang sehingga menyebabkan penurunan volum distribusi obat yang larut air.
sehingga konsentrasi dalam plasma meningkat, contoh: digoksin. namun pada usia
lansia, terjadi peningkatan total lemak dalam tubuh, sehingga meningkatkan Vd
obat yang larut dalam lemak namun konsntrasi obat dalam plasma menurun. pada
geriatri, jumlah albumin plasma berkurang sehingga mengakibatkan jumlah obat
yang diikat olih albumin menurun dan mengakibatkan obat tersebut berada dalam
tubuh dalam keadaan terikat
Ginjal berpengaruh besar pada eliminasi beberapa obat.
Umumnya obat diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan
kecepatan ekskresinya berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus (oleh
karena itu berhubungan juga dengan bersihan kreatinin). Misalnya digoksin dan
antibiotik golongan aminoglikosida.
Pada usia lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga
dengan aliran darah ke ginjal sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang
sekitar 30 % dibandingkan pada orang muda.
a.
Fungsi Ginjal
Perubahan
paling berarti pada geriatri ialah berkurangnya fungsi ginjal dan menurunnya
creatinine clearance, walaupun tidak terdapat penyakit ginjal atau kadar
kreatininnya normal. Hal ini menyebabkan ekskresi obat sering berkurang, dengan
akibat perpanjangan atau intensitas kerjanya. Obat yang mempunyai waktu paruh
panjang perlu diberi dalam dosis lebih kecil bila efek sampingnya berbahaya.
Dalam setiap keadaan kita perlu memakai dosis lebih kecil bila dijumpai
penurunan fungsi ginjal, khususnya bila memberi obat yang mempunyai batas
keamanan yang sempit. Alopurinol dan petidin, dua obat yang sering digunakan
pada lansia memproduksi metabolit aktif, sehingga kedua obat ini juga perlu
diberi dalam dosis lebih kecil pada lansia.
b. Fungsi Hati
Penurunan
fungsi hati tidak sepenting penurunan fungsi ginjal. Hal ini disebabkan karena
hati memiliki kapasitas yang lebih besar, sehingga penurunan fungsi hati tidak
begitu berpengaruh. Kejenuhan metabolisme oleh hati bisa terjadi bila
diperlukan bantuan hati untuk metabolisme dengan obat-obat tertentu. First-pass
effect dan pengikatan obat oleh protein (protein-binding) berpengaruh penting
secara farmakokinetik. Obat yang diberikan oral diserap oleh usus dan sebagian
terbesar akan melalui Vena porta dan langsung masuk ke hati sebelum memasuki
sirkulasi umum. Hati akan melakukan metabolisme obat yang disebut first-pass
effect dan mekanisme ini dapat mengurangi kadar plasma hingga 30% atau lebih.
Kadar yang kemudian ditemukan dalam plasma merupakan bioavailability suatu
produk yang dinyatakan dalam prosentase dari dosis yang ditelan. Obat yang
diberi secara intra-vena tidak akan melalui hati dahulu tapi langsung masuk
dalam sirkulasi umum. Protein-binding juga dapat menimbulkan efek samping
serius. Obat yang diikat banyak oleh protein dapat digeser oleh obat lain yang
berkompetisi untuk ikatan dengan protein seperti aspirin, sehingga kadar aktif
obat pertama meninggi sekali dalam darah dan menimbulkan efek samping.
Warfarin, misalnya, diikat oleh protein (albumin) sebanyak 99% dan hanya 1%
merupakan bagian yang bebas dan aktif. Proses redistribusi menyebabkan 1% ini
dipertahankan selama obat bekerja. Bila kemudian diberi aspirin yang 80-90%
diikat oleh protein, aspirin menggeser ikatan warfarin kepada protein sehingga
kadar warfarin-bebas naik mendadak, yang akhirnya menimbulkan efek samping
perdarahan spontan. Aspirin sebagai antiplatelet juga akan menambah intensitas
perdarahan. Inipun bisa terjadi dengan aspirin yang mempunyai waktu-paruh
plasma hanya 15 menit. Banyak obat geser-menggeser dalam proses protein-binding
bila beberapa obat diberi bersamaan. Sebagian besar mungkin tidak berpengaruh secara
klinis, tetapi untuk obat yang batas keamanannya sempit dapat membahayakan
penderita.
Pasien geriatri (elderly) merupakan
pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi
sel, jaringan, serta organ. Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya
hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis
maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan).
Kimble, menyatakan bahwa geriatri
juga telah mengalami perubahan dalam hal farmakokinetik dan farmakodinamik
obat. Perubahan farmakokinetik yang terjadi karena adanya penurunan kemampuan
absorbsi yang disebabkan oleh perubahan dari saluran gastrointestinal,
perubahan distribusi terkait dengan penurunan cardiac output dan ikatan
protein-obat, perubahan metabolisme karena penurunan fungsi hati dan atau
ginjal, serta penurunan laju ekskresi karena terjadinya penurunan fungsi
ginjal. Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang
tepat untuk mencapai efek terapetik yang didapatkan. Perubahan-perubahan
farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam
bioavailabilitas obat tersebut.
Proses-proses farmakokinetik obat
pada geriatri:
a. Absorpsi
Absorbsi merupakan
proses penyerapan obat dari tempat pemberian obat sampai sirkulasi sistemik.
Pada umumnya obat membutuhkan absorbsi kecuali pada pemberian intravena.
Perubahan dalam hal absorpsi obat pada usia lanjut belum diketahui secara
jelas, tetapi tampaknya tidak berubah untuk sebagian besar obat. Keadaan yang
mungkin dapat mempengaruhi absorpsi ini antara lain perubahan kebiasaan makan,
tingginya konsumsi obat-obat non resep (misalnya antasida, laksansia) dan lebih
lambatnya kecepatan pengosongan lambung
b. Distribusi
Sesudah diabsorbsi,
obat akan didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Pada usia
lanjut mengalami perubahan distribusi obat. Selain oleh sifat fisiko-kimiawi
molekul obat, distribusi dipengaruhi juga oleh komposisi tubuh, ikatan protein
plasma, dan aliran darah organ.
Dengan bertambahnya
usia, prosentase air total dan massa tubuh yang tidak mengandung lemak (lean
body mass) menjadi lebih sedikit. Obat yang mempunyai sifat lipofilik
(larut dalam lemak namun kurang larut dalam air) yang kecil, misalnya digoksindan propranolol, menjadi
lebih tinggi kadarnya dalam darah, walaupun pada dosis yang lazim untuk dewasa.
Bisanya pada lansia
juga terjadi perubahan rasio albumin globulin. Penurunan albumin
secara mencolok pada usia lanjut umumnya disebabkan oleh menurunnya aktivitas
fisik dan dapat juga memberi petunjuk beratnya penyakit sistemik yang diderita,
sepertimiokard infark akut, penyakit-penyakit inflamasi, dan infeksi berat
sehingga obat-obat yang terutama terikat pada albumin akan lebih banyak berada
dalam bentuk bebas. Dengan kata lain, kadar obat-obat tersebut akan meningkat
dalam plasma. Molekul obat yang terikat pada albumin adalah yang bersifat asam
lemah.
c. Metabolisme
Pada usia lanjut,
berat dan aliran darah di hati telah mengalami penurunan sebesar 40-45% yang
berpengaruh pada obat-obat yang
kecepatan biotransformasinya bergantung pada aliran darah hati
seperti imipramin, amitriptilin, desipramin dan juga nortiptilin.
Hati berperan penting dalam metabolisme obat. Tidak hanya
mengaktifkan obat ataupun mengakhiri aksi obat tetapi juga membantu
terbentuknya metabolit terionisasi yang lebih polar yang memungkinkan
berlangsungnya mekanisme ekskresi ginjal. Kapasitas hati dalam metabolisme obat tidak terbukti
berubah dengan bertambahnya umur, tetapi jelas terdapat penurunan aliran darah
hati yang diduga sangat memengaruhi kemampuan metabolisme obat
d. Ekskresi
Selain itu,
ginjal yang merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam bentuk
aktif maupun hasil metabolitnya, juga mengalami perubahan fisiologis dan
anatomis dengan bertambahnya umur. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal karena usia
lanjut, maka eliminasi sebagian besar obat juga akan terpengaruh. Obat-obat
yang dimetabolisme ke bentuk aktif, seperti: metildopa, triamteren,
spironolakton, oksifenbutazon, levodopa, danacetoheksamid mungkin
akan terakumulasi karena memburuknya fungsi ginjal pada usia lanjut.
Perubahan farmakokinetik obat yang dialami para lansia
perlu diperhatikan, terutama dalam hal penggunaan psikotropika mengingat adanya
kaitan yang sangat erat dengan resiko terjadinya efek samping maupun interaksi
obat.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. farmakokinetika
adalah ilmu yang mempelajari pergerakan
obat didalam tubuh
2. Obat
menurut WHO adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik dan psikis.
3. Geriatri didefinisikan sebagai individu berusia di atas 60
tahun dan sering kali perubahan-perubahan yang terjadi pada geriatri
dibandingkan dengan keadaannya pada usia produktif dikaitkan dengan terjadinya
proses penuaan
4. Farmakokinetik
obat meliputi proses absorbs, distribusi, metabolism dan ekresi
B.
SARAN
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik karena kurangnya
buku pegangan yang kami miliki maupun keterbatasan kemampuan kami dalam
memahami materi yang berkaitan dengan materi ini. Oleh kerena itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami butuhkan demi penulisan yang
lebih baik untuk kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008, Terapi pada Usia Lanjut, http//:
pojokapoteker.blogspot.com, diakses tanggal 22 Februari 2016
Anonim,2001,Obat untuk Kaum Lansia edisi
kedua, ITB, Bandung
Prest,M.,2003,Penggunaan
Obat pada Lanjut Usia dalam Aslam,M;Tan,C.K&Prayitno,A., Farmasi
Klinis;Menuju Pengobatan yang Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, 203-204,
Gramedia, Jakarta
Staf pengajar,
2004. “Kumpulan Kulah Farmakologi Edisi II”. EGC : Jakarta