A.
Granulasi
Kering
Pada granulasi kering, partikel membentuk agregat
karena tekanan tinggi. Semua partikel partikulat dapat membentuk agregasi jika
dikempa pada tekanan tinggi. Forsa ikatan terbentuk dengan kontak langsung
antara permungkaan padat. Tekanan tinggi berfungsi meningkatkan daerah kontak
antar permungkaan dengan kekuatan secara menyeluruh. Dalam beberapa hal, ikatan
cukup kuat tidak dapat terbentuk hanya karena tekanan saja., perlu penambahan
bahan oengikat pada saat pencampuran serbuk. Pengikat polimer membentuk
jembatan sangat kental antar partikel dan berkontribusi pada kekuatann kompak.
Granulasi kering tidak menggunakan panas atau air, dapat diaplikasikan pada
bahan peka panas dan air. Dalam farmasi granulasi kering dapat diaplikasikakn
adalah slugging dan roller compaction.
a. Slugging
Slugging adalah kompresi
serbuk kering menggunakan mesin tablet single atau rotary. Ukuran tablet
slugging lebih besar dari tablet biasa mencegah lengketnya serbuk pada dinding
lumpang dan permungkaan alu ditambahkan lubrikan.
Slugging dipengaruhi oleh
sifat bahan , seperti kohesivitas, bobot jenis dan distribusi ukuran,
karakteristik mesin cetak tablet seperti tipe dan kapisitas mesin, diameter
lumpang, , ketinggian isi, kecepatan percetakan , dan tekanan slugging.
Perubahan salah satu faktor diatas akan mempengfaruhi proses slugging dan sifat
produk akhir.
b. Roller
compaction
Kompaksi serbuk
menggunakan tekanan roller digambarkan sebagai berikut:
Prinsip tekanan roller:
Dua selinder berputar
menurut arah berlawanan, serbuk dimasukkan dalam ruang antara dari kedua roller
yang berputar, massa granul dikempresi menjadi lembaran atau potongan besar
yang dinamakan “briquet”. Serbuk kering dimasukkan kedalam ruangan antara
roller secara gravitasi , atau juga dengan menggunakan “screw feeder”
Sifat serbuk kompressi dipengaruhi
oleh bobot jenis bahan dan kecepatan pemberian atau pemasukan bahan. Untuk
menjaga bobot jenis terus konstan dilakukan deaerasi serbuk yang akan
dikompressi. Dengan variabel kecepatan feed dan srew feeder diatur pemberian
bahan kedalam ruang antar roller.
Prinsip dari metode granulasi kering ini
adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut.
Aggregasi partikel-partikel
menjadi granul pada granulasi kering difasilitasi oleh
pemberian tekanan /energi stress pada campuran serbuk
Interaksi
antar partikel pada metode granulasi kering terjadi melalui :
1. Gaya
elektrostatik
gaya ini
berperan dalam interaksi kohesif antar
partikel,
2. Interaksi
van der Waals
gaya
ini sangat besar peranannya dalam interaksi antar partikel dalam keadaan padat.
Gaya van der Waals semakin besar jika
jarak antar partikel semakin dekat.
3. Peleburan
komponen dalam campuran serbuk
selama
proses pemberian energi /stress pada campuran serbuk, dapat menyebabkan
peleburan sebagian partikel-partikel eksipien. Pada saat solidifikasi, akan
menghasilkan interaksi antar partikel yang berdekatan.
Contoh sediaan yang dibuat dengan
granulasi kering adalah asetosal
dan vitamin C (Siregar, 2010).
B.
Penggunaan
Metode Granulasi Kering
Metode
granulasi kering digunakan dalam
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kandungan
zat aktif dalam tablet tinggi
b. Zat
aktif memiliki aliran yang buruk
c. Zat
aktif sensitif terhadap panas dan lembab
(Surahman, 2009: 83-84)
C.
Metode
Pembuatan Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk dari
penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara
memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya dan menjadikannya pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih
kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan
metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, et al., 2005)
D.
Peralatan
teknologi granulasi kering
1. Law
shear mixer
Contohnya twin arm
kneader atau 2- blade mixers, fixed blow mixer-granul (code-mixer), untuk
material rapuh dengan kuantitas tidak lebih dari 150 kg.
2. High
shear mixer
Contohnya lediger-mixer,
lediger MGT (Jerman), fielder matrix (inggris), patterson- kelly mixer (usa),
resemble y mixers, machine coletee, aeropatic.
3. Roller
compaction atau slunging.
E.
Contoh
formula dan perhitungan granulasi kering
Contoh:
zat A 400 mg , bobot tablet 600 mg , jumlah tablet 1000 tablet.
Formula
: fase dalam 97 %
Zat
A 400 g
Amilum
10% bobot tablet 60g
Laktosa
122 g
Jumlahnya
= 582 g
Fase
luar (3%)
Mg
stearat 1 % 6 g
Talk
2 % 12 g
Slug
(98,5%) zat A 400 g
Amilum
60 g
Laktosa
122 g
Mg
stearat 3 g
Talk
6 g
Jumlahnya=
591 g
Misalnya
slug yang diperoleh = 500 mg, maka sisa FI yang ditambahkan :
Mg
stearat = 500/591 x 3 = 2,538 g
Talk
= 500/591 x 6 = 5,076 g
Slug
+ sisa FL = 500 g +7,614 g = 507, 614 g
Jumlah
tablet yang diperoleh = 500/591 x 1000 = 846,024
Bobot
tablet = 507,614 / 846,024 = 0,6 g
F.
Keuntungan
dan kekurangan granulasi kering
1. Keuntungan
cara granulasi kering
a. Peralatan
yang diperlukan lebih sedikit karena tidak mengunakan larutan pengikat, mesin
pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
b. Baik
untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
c. Mempercepat
waktu hancur karena menggunakan zat pengikat
2. Kekurangan
cara granulasi kering
a. Memerlukan
mesin tablet yang khusus untuk membuat slug
b. Tidak
dapat mendistribusikan zat warna secara seragam
c. Proses
banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB
Ansel,
C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Universitas
Indonesia. Jakarta.http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3035/05bab1_Dian%20Maulida%20Ratnasari_10060311070_skr_2016.pdf?sequence=5&isAllowed=y didownload tanggal
12 februari 2017http://eprints.ums.ac.id/10111/1/K100060154.pdf didownload tanggal
12 februari 2017
Siregar,
J.P Charles. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Agoes, Goeswin. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB