Thursday, 7 November 2019

Case Report: ASMA


1.      Identitas Pasien
No MR                      : 42 71 xx        
Nama Pasien             : AF        
Alamat                      :
Agama                      : Islam               
Jenis Kelamin           : Perempuan
Umur                        :  4 tahun
Tanggal masuk         : 04/09/2018
Tanggal keluar          : 06/09/2018
Ruangan                   : Rawat Inap Anak

2.      Pemeriksaan Anamnesa
a.      Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sesak dengan respirasi 34 x/i, diiringi dengan mengi (wheezing), disertai batuk dan flu.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Asma yang diderita oleh pasien berasal dari keluarga yang diturunkan oleh ibu pasien.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dikenal sebagai penderita penyakit asma sejak berumur 2 tahun, yang dipicu oleh batuk, flu ketika sistem imun pasien menurun, maka akan menyebabkan kekambuhan asma.
e.       Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Sebelum masuk ke Rumah Sakit Padang Panjang pasien dibawa ke Rumah Sakit X, dan diberikan terapi:
-          nebu Ventolin 2 UDV
-          nebu Combivent
-          Inj Aminofillin 54 mg
-          Inj Dexamethasone 1 x 5 mg
-          Cetirizin 1 x 5 mg ( PO )
-          Cefadroxil 2 x 250 mg ( PO )
-          Mucohexin 3 x 4 mg ( PO )
-          O2 1 L / menit
3.      Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital dan Keadaan Umum
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Kondisi Umum
Sedang

Kesadaran
CMC
CMC (15)
Frekuensi Nadi
118 kali/menit
80-90 kali/menit
Frekuensi Nafas
30 kali/menit
20-30 kali/menit
Suhu
36,7°C
36,5-37,5°C

4.      Status Generalisa

No
Pemeriksaan
Normal
Tidak Normal
Keterangan
1.
THT
Ö


2.
Mulut
Ö


3.
Kepala
Ö


4.
Leher
Ö


5.
Mata
Ö


6.
Thorax

Ö
Ronchi  -/- (negativ), wheezing (positif)  +/+
7.
Abdomen
Ö


8.
Urogential
Ö


9.
Ekstremitas
Ö


10.
Kulit
Ö



5.      Diagnosa Penyakit
a.      Diagnosa Utama
Asma persisten sedang
b.      Diagnosa Sekunder

6.      Penatalaksanaan Terapi
·         Drip aminofilin 54 mg dalam cairan D5% (300 cc/6 jam/12 rpm)
·         Injeksi dexamethasone 2 x 2 mg IV
·         Cetirizin 1 x 5 mg (PO)
·         Cefadroxil 2 x 250 mg (PO)
·         Bromhexin 3 x 4 mg (PO)
·         Nebu ventolin/6 jam (bila sesak hebat)

7.      Terapi

NO

OBAT

DOSIS

RUTE
WAKTU PEMBERIAN
04/9/18
05/9/18
06/9/18
P
S
M
P
S
M
P
S
B
L
P
L
1
Aminofilin
2,25 cc dlm D5% 300 cc / 6 jam
IV
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
OFF
2
Dexamethasone
2 x 2 mg
IV
Ö

Ö
Ö

Ö
Ö

3
Cetirizin
1 x 5 mg
PO


Ö


Ö


4
Cefadroxil
2 x 250 mg
PO
Ö

Ö
Ö

Ö
Ö

5
Bromhexin
3 x 4 mg
PO
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
Ö
6
Nebu ventolin
k/p
INH
Ö







8
Salbutamol
3 x 1,5 mg
PO





Ö
Ö
Ö
8.   











   Alasan Pemilihan Obat
Jenis Obat
Rute
Dosis
Indikasi Obat
Komentar dan Alasan
D5 %
IV
6j/kolf
Cairan elektrolit
Tujuan diberikan cairan infus dextrosa untuk menambah cairan dan elektrolit tubuh karena pasien letih dan lemah.
Aminofilin
IV
2,25 cc dlm D5% 300 cc / 6 jam
Bronkodilator
Bronkodilator yang dapat melebarkan saluran udara bronkus pada paru-paru untuk mengatasi sesak nafas sehingga meningkatkan serapan oksigen serta mengurangi respons terhadap histamine, methacholine, adenosine dan allergen yang menyebabkan keluhan sesak dan batuk pada pasien.
Dexamethasone
IV
2 x 2 mg
Immunosupressan
Deksametason adalah glukokortikosteroid sintetik dengan aktivitas imunosuspresan dan antiinflamasi. Sebagai imunosuspresan dekasametason bekerja dengan cara menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas antiinflamasi deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Cetirizin
PO
1 x 5 mg
Antihistamin
Merupakan antihistamin AH1 yang bekerja menghambat reseptor H1 yang terdapat pada endotel dan sel otot polos yang menyebabkan kontraksi otot polos dan meningkatkan mucus.
Cefadroxil
PO
2 x 250 mg
Antibiotik
Digunakan sebagai antibiotik untuk mengatasi penyakit infeksi yang dialami oleh pasien yaitu asma bronkial.
Bromhexin
PO
3 x 4 mg
Mukolitik
Bromheksin dipilih karena merupakan obat mukolitik yang bekerja mengurangi kekentalan dahak sehingga diharapkan dahak tersebut menjadi lebih mudah dikeluarkan oleh pasien anak.
Nebu ventolin
INH
k/p
Bronkodilator
Golongan agonis adrenoreseptor beta-2 selektif, yang bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2 adrenergik terutama pada otot bronkus (saluran pernafasan). sehingga terjadi pelebaran karena otot bronkus mengalami relaksasi.
Salbutamol
PO
3 x 1 ½ mg
Bronkodilator
Karena pasien merasakan sesak pada saat batuk maka untuk mengatasinya diberikan salbutamol yang merupakan obat yang dapat melebarkan saluran udara pada paru-paru pasie.

9.     
Analisa Permasalahan Terapi / Drug Related Problem (DRP)
No
Drug Therapy Problem
Check
List
Rekomendasi
1
Terapi obat yang tidak diperlukan



Terdapat terapi tanpa indikasi medis
-
Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi

Pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan
-
Pasien tidak ada mendapatkan terapi yang tidak diperlukan. Terapi yang diberikan sesuai dengan indikasi yang diderita pasien.

Pasien masih memungkinkan menjamin terapi non farmakologi
-
Pasien tidak dapat memungkinkan menjalamin terapi non farmakologi.

Terdapat duplikasi terapi
-
Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme kerja  yang berbeda-beda.

Pasien mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat dicegah.
-
Pasien tidak mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat dicegah, karena pasien tidak mengalami efek samping obat yang signifikan.
2
Kesalahan obat



Bentuk sediaan tidak tepat
-
Bentuk sediaan telah disesuaikan dengan kondisi pasien

Terdapat kontra indikasi
-
Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan.

Kondisi pasien tidak dapat
disembuhkan oleh obat
-
Pasien sudah mengalami perbaikan pada hari kedua yaitu berkurangnya frekuensi sesak nafas dan saat pasien pulang sudah tidak lagi mengalami sesak nafas

Obat tidak diindikasikan untuk
kondisi pasien
-
Setiap obat telah sesuai dengan indikasi suatu penyakit yang diderita pasien.

Terdapat obat lain yang lebih efektif
-
Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan.
3
Dosis tidak tepat



Dosis terlalu rendah
-
Dosis obat telah sesuai diberikan.

Dosis terlalu tinggi
-
Dosis Cetirizin yang diberikan 5 mg untuk anak dengan berat badan 18 kg mencapai dosis maksimal. (BNF for children, 2009, AHFS 2011).

Frekuensi penggunaan tidak tepat
-
Frekuensi penggunaan obat sudah tepat.


Penyimpanan tidak tepat
-
Proses penyimpanan obat sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada tempatnya.

Administrasi obat tidak tepat
-
Administrasi sudah tepat.

Terdapat interaksi obat
-
Tidak ditemukan adanya interaksi obat yang diberikan pada terapi pasien. Terapi obat yang diberikan pada pasien tidak terdapat interaksi yang signifikan.
4
Reaksi yang tidak diinginkan



Obat tidak aman untuk pasien
-
Obat yang diberikan aman digunakan pasien. Pemberian terapi pada pasien telah disesuaikan dengan dosis yang tepat untuk pasien anak dengan berat badan 18 kg.

Terjadi reaksi alergi
-
Tidak ada masalah, Pasien tidak ada yang riwayat alergi

Terjadi interaksi obat
-
Menurut pengamatan yang telah dilakukan Tidak ada terjadinya interaksi obat.

Dosis obat dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat

Tidak terdapat peningkatan dan penurunan dosis pada terapi pasien, dosis terapi yang diberikan pasien telah tepat dan disesuaikan dengan berat badan serta kondisi mendis pasien

Muncul efek yang tidak diinginkan
-
Menurut pengamatan tidak muncul efek yang tidak diinginkan selama pemberian terapi.

Administrasi obat yang tidak tepat
-
Administrasi sudah tepat
5
Ketidak sesuaian kepatuhan pasien



Obat tidak tersedia
-
Tidak ada masalah untuk penyediaan obat  pasien. Semua obat yang dibutuhkan pasien telah tersedia di apotek rumah sakit

Pasien tidak mampu menyediakan Obat
Ö
Pasien tidak mampu menyediakan obat, dikarenakan pasien masih anak-anak. Penyediaan obat dilakukan keluarga pasien dan juga dibantu oleh petugas kesehatan.

Pasien tidak bisa menelan atau  menggunakan obat
-
Pasien mampu menelan obat dalam bentuk pulveres (puyer) dan sirup

Pasien tidak mengerti intruksi
penggunaan obat
Ö
Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan obat, dikarenakan pasien masih anak-anak. Instruksi penggunaan obat melalui keluarga.

Pasein tidak patuh atau memilih
untuk tidak menggunakan obat
-
Pasien patuh menggunakan obat. Obat-obatan untuk pasien rawat inap disediakan dalam bentuk UDD untuk pemakaian 1 kali pakai, sehingga ketidakpatuhan pada pasien dapat teratasi.
6
Pasien membutuhkan terapi tambahan



Terdapat kondisi yang tidak diterapi
-
Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang digunakan telah tepat untuk terapi penyakit

Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis
-
Terapi obat yang diberikan telah sinergis sehingga tidak perlukan lagi terapi lain.

Pasien membutuhkan terapi profilaksis
-
Pasien telah mendapatkan pengobatan profilaksis terhadap kondisinya sehingga tidak perlu diberikan terapi tambahan.


























































































Kesimpulan
Berdasarkan data anamnesa, pemeriksaan fisik pasien didiagnosa menderita asma. Pemilihan terapi pada asma persisten sedang adalah kombinasi obat golongan glukokortikoid dan beta 2 agonis, terapi  yang diberikan pada pasien adalah aminophyllin injeksi dan salbutamol sebagai bronkodilator, dexamethasone injeksi sebagai immunosupressan dan anti inflamasi, cefadroxil sebagai antibiotik untuk infeksi saluran pernafasan, cetirizin sebagai antihistamin, bromhexin sebagai mukolitik sudah tepat, dilihat dari kondisi pasien yang mulai membaik dan dinyatakan boleh pulang oleh dokter pada hari ke - 3.

Saran
Untuk mencegah serangan asma berulang hindari pasien dari pemicu yang dapat menyebabkan kekambuhan asma. Jika terjadi serangan asma maka terapi pertama yang dilakukan adalah penggunaan obat-obatan SABA (short acting beta 2 agonis) seperti salbutamol. Sedangkan untuk terapi kontroler digunakan LABA (long acting beta 2 agonis) untuk mencegah terjadinya serangan asma berulang.

DAFTAR PUSTAKA
Bryony Jordan BSc, John Martin, Rachel S.M. Ryan, Shama M.S. Wagle. 2014. BNF ed 68. UK : Royal Pharmaceutical Society
Departemen Kesehatan RI., 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma
Dipiro, J. T., Barbara, G.W., Yee, G.C., Terry L.S., Wells, B.G. & Cecilyv.D. 2015. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach (9thEd).New York : Mcgraw-Hill.
Gerald K. McEvoy. 2011. AHFS Drug Information. Bethesda, Maryland  : American Society of Health-System Pharmacists
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2006. Global Strategy for Asthma Management and Prevention
Global Initiative for Asthma (GINA)., 2009. Global Strategy for Asthma Management and Prevention
Hadibaroto, Iwan, dkk. 2005. Asma oleh Tim Redaksi Vital Health. Jakarta: Gramedia pustaka utama.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Buku Saku Dosis Pediatri. Jakarta
Karen Baxter. 2008. Stockley Drug Interaction 8th Ed.UK : Pharmaceutical Press
Kasper DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser S Longo D and Jameson JL. 2016. Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Edition. Publisher: McGraw-Hill Professional
National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute. 2007. Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. NIH Publication.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2006. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
Purnomo. 2008. Faktor Resiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial Pada Anak. Universitas Diponegoro : Semarang