Sunday 7 December 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR : “PENENTUAN BOBOT JENIS”

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
PENENTUAN BOBOT JENIS
O
L
E
H
NAMA                        : FATMA ZAHRA
NO BP.            : 1404045
KELAS           : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 2014


PENENTUAN BOBOT JENIS

I.                   TUJUAN
Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat piknometer

II.                TEORI DASAR
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim,1979).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o (Anonim,2006).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel H.C, 1989).
Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca Mohr Westphal (Sutoyo,1993).
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herman J, 1994).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
1. Bobot janis sejati (benar)
adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga.  Penentuan bobot jenis sejati bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer cairan atau metode manometer (Voigt, 1994).
2. Bobot jenis nyata
adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
a.       Temperatur,
dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b.      Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot  jenisnya juga menjadi lebih besar.
c.       Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
d.      Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

III.             ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Piknometer
2.      Thermometer
3.      Pipet tetes
4.      Neraca analitik
5.      Cawan petri
b.      Bahan
1.      Aquades
2.      Paraffin cair
3.      Serbuk
4.      Gliserin
5.      Amilum
6.      Laktosa
7.      Talcum

IV.             PROSEDUR KERJA
a.       Penentuan bobot jenis benar
1.      Ditimbang piknometer yang telah diketahui volumenya,(a) yaitu (b)
2.      Piknometer diisi dengan paraffin cair ditimbang (c)
3.      Hitung bobot jenis paraffin cair dengan rumus:
ρ= c-b/a g/ml
4.      Timbang 2 gram serbuk , masukkan kedalam piknometer tersebut dan timbang (d)
5.      Tambahkan paraffin cair kedalam piknometer sampai setengahnya ditutup dan dibiarkan selama 5 menit sambil digoyang.
6.      Tambahkan paraffin cair sampai piknometer penuh dan timbang (c)
7.      Hitung BJ benar dengan bersamaan:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                  (d-b) + (e-c)

b.      Penentuan bobot jenis nyata
1.      Ditimabang 30 gram serbuk (w), masukkan kedalam gelas ukur 100 ml
2.      Catat volume serbuk (V)
3.      Hitung BJ nyata dengan persamaan:
BJ nyata = wo / Vo  g/ml

c.       Bobot jenis mampat
1.      Timbang serbuk sebanyak 30 gram (w), dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
2.      Berikan ketukan sebanyak 1250 kali , catat volume V , kemudian ulangi lagi mengetuk sebanyak 1250 kali , catat volume Vt, jika selisih Vt1- Vt tidak lebih dari dua, maka maka pakai Vt.
3.      Bobot jenis mampat dihitung dengan persamaan:
BJ mampat= w/Vt g/ml

V.                MONOGRAFI
1.      Paraffin
Nama resmi                             : paraffinum
BM/RM                                               : C3H8O3/92,09
Bobot jenis                              : 0,84-0,89 g /ml
Pemerian                        : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak bewarna atau putih , tidak berbau, tidak berasa, agark berminyak
Kelarutan                       : tidak alrut dalam air dan etanol, mudah larut dalam kloroform dan eter, dalam minyak menguap, dalam hamper semua jenis minyak dan lemak hangat,
Penyimpanan                  : dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih
Kegunaan                       : sebagai pelarut

2.      Laktosa
Nama resmi                             : lactosum
Nama lain                                            : laktosa, sacharum lactis
Berat molekul                          : 342,30
Pemerian                        : serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit  manis
Kelarutan                       : mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam metana, tidak mudah larut dalam kloroform, dan latur dalam eter.
Penyimapanan                : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                       : sebagai zat pengisi
Stabilitas obat                : dibawah kelembaban relative 50%

3.      Talcum
Nama resmi                             : talcum
Nama lain                                            : spektan powder, magsil star, steatits
Berat molekul                          : 758,44
Pemerian                                             : serbuk sangat halus, putih, atau putih kelabu.
Kelarutan                                            : larit dalam asam tidak lebih dari 2,0%
Penyimpanan                  : simpan dalam wadah tertutup baik, sejuk dan tempat kering
Kegunaan                                            : sebagai pelican
Stabilitas obat                : talk adalah material stabil dan dimungkinkan disterilisasi dengan melakukan pemanasan pada suhu 160 C pada waktu kurang dari 1 jam. Selain itu juga disterilisasi dan menekpos dengan menggunakan etilen oksida atau radiasi sinar gamma.

4.      Amilum
Pemerian                                             : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil , putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan                                            : praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95%
pH                                                       : 5,5—6,5
penyimpanan                           : ditempat tertutup baik, ditempat sejuk dan kering


VI.             HASIL DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil pengamatan
Pada BJ benar didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:
a= volume piknometer=25 ml
b= berat piknometer=23,11539 g
c= berat piknometer yang diisi paraffin cair penuh=43,9832 g
d= piknometer + serbuk laktosa= 25,1559 g
       piknometer + serbuk talcum= 25,1946
       piknometer + serbuk amilum= 25,9093 g
                          e= berat paraffin cair + serbuk piknometer sampai penuh
                                     laktosa= 44,6324 g
                                     talcum= 25,1946 g
                                     amilum= 25,9093 g
                                                            tabel pengamatan bobot jenis benar, nyata, dan mampat.

                                   
No
Nama zat
BJ benar
BJ nyata
BJ mampat
1
Laktosa
65,623487
0,55651963
0,77057949
2
Talcum
151,8593
0,73409024
1,0749175
3
Amilum
64,229015
0,59668824
0,95097187

b.      Analisis data
1.      BJ benar
Berdasarkan data maka bobot jenis paraffin cair adalah:
ρ= c-b/a g/ml
 = 43, 9382-23,15/25
 = 43,9382-0,926156
 =43,012044 g/ml

BJ benar dihitung dengan persamaan:
a.       Laktosa
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                        = (25,1559-23,1539)x 43,012044
                        (25,1559-23,1539)+(43,9382-44,6324)
                        = 65,843487 g /ml

b.      Talcum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                         = (29,1946-23,1539) x 43,012044
                                    (25,1946-23,1539)+(47,9382-45,4009)
                         = 151,8593 g/ml

c.       Amilum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                                                                                     = (25,3039-23,1539) x 43,010244
                                                                                                (25,3093-223,1539)+ (43,9382-45,04488)
                                                                                     = 64,229015 g /ml

2.      BJ nyata
a.       Laktosa
BJ nyata = wo / Vo
                               = 30,0526/54
                               = 0,55652963 g/ml

b.      Talcum
BJ nyata = wo / Vo
                                 = 30,0977/41
                         = 0,73409024 g/ml

c.       Amilum
BJ nyata = wo / Vo
                                 = 30,4311/51
                         = 0,59668824 g/ml

3.      BJ mampat
a.       Laktosa
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,0526/ 39
                                    = 0,77057949 g/ ml

b.      Laktosa                      
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,0977/28
                                    = 1,07491179 g /ml

c.       Amilum
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,4311/31
                                    = 0,95097187 g/ml
                        c.Pembahasan
pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah mencari volume piknometer. Kemudian menimbang berat piknometer kosong , selanjutnya piknometer diisi paraffin cair dan ditmbang. Selanjutnya kedalam piknometer yang telah diisi paraffin cair tadi ditimbang dan ditambahkan serbuk, dan selanjutnya ditimbang lagi. Bobot paraffin cair dihitung dengan rumus:
ρ= c-b/a g/ml
sedangkan untuk menyatakan BJ benar dipakai rumus:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
Dan dari percobaan tersebut , didapatkan BJ benar laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan amilum 64,229015 g/ml.
Selanjutnya untuk BJ nyata 30 gram serbuk ditimbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml , kemudian dicari dengan menggunakan rumus:
BJ nyata = wo / Vo  g/ml
Dan dari percobaan yang telah diulakukan didapat BJ nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml dan amilum 0,59668824 g/ml.
Dan terakhir pada BJ mampat, 30 gram serbuk yang ditimabangdimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml dan diberi ketukan sebanyak 1250 kali, kemudian volume awal dan volume akhirnya dicatat. Selanjutnya BJ mampat dihitung dengan menggunakan rumus :
BJ mampat      = w/Vt g/ml
Dan dari percobaan didapat BJ mampat dari laktosa 0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml dan amilum 0,95097187 g/ml.
Pada percobaan ini bobot jenis dipengaruhi oleh temperature, masa zat, kekentalan dan viskositas.

VII.          KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
1.      BJ benar laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan amilum 64,229015 g/ml.
2.      BJ nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml dan amilum 0,59668824 g/ml.
3.      BJ mampat dari laktosa 0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml dan amilum 0,95097187 g/ml

b.      Saran
Pada saat melakukan percobaan ini sangat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran, terutama dalam menimbang zat serta melakukan ketukan terhadap sampel guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Anse, C Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes Ri
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Ui Press
Voight, Rudolf.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke V. Yokyakarta: Ugm Press

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR : “PENENTUAN SUHU LEBUR”

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
PENENTUAN SUHU LEBUR
O
L
E
H
NAMA                        : FATMA ZAHRA
NO BP.            : 1404045
KELAS           : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 2014



PENENTUAN SUHU LEBUR

I.                   TUJUAN
1.      Menentukan titik lebur dengan menggunakan melting point
2.      Menggunakan tetapan  fisika titik lebur sebagai kriterian identifikasi kemurnian zat

II.                TEORI DASAR
Titik lebur dari suatu zat adalah keadaan dimana zat padat berubah menjadi cairan dibawah tekanan 1 atm. Titik lebur juga diartikan sebagai keadaan dimana terjadi keseimbangan antara fase padat dengan fase lainnya pada suatu zat.
Suhu lebur adalah suhu pada saat suatu zat tepat melebur seluruhnya yang ditujukan pada fase padat tepat hilang.
Menurut farmakope Indonesia III , jarak lebur adalah suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat apda saat zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat hilangnya fase padat.
Panas yang diabsorbsi ketika 1 g padatan meleleh atau panas yang dilepaskan ketika cairan itu membeku dikenal sebagai panas peleburan. Pana sopeleburan dapat juga  dianggap nsebagai panas yang dibutuhkan untuk menaikkan jarak antar atom atau jarak antar molekul dalam Kristal sehingga memungkinkan terjadinya pelelehan. Suatu kristal yang terikat dengan gaya yang lemah mempunyai panas peleburan yang rendah dan titik leleh yang rendah. Sedangkan yang terikat dengan gaya yang kuat mempunyai panas peleburan dan titik didih yang tinggi.
Panas peleburan untuk air pada 0 C adalah 80 kal/g (1436 kal/mol). Panas peleburan tidak memberikan penambahan temperature, sampai seluruh suhu padatang hilang kerena panas ini diubah lagi menjadi energy molekul yang potensial untuk mengubah seluruh padatan menjadi cairan.
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu  zat pada t dipengaruhi oleh bentuk zat padat tersebut. Sremakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energy yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lainsemakin tinggi pula titik lebur unsur tersebut.
Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat dijelaskan dengan keelektronegatifan unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut. Elektronegativitas adalah kecenderungan suatu unsur unutk menarik electron, karena unsur-unsur pembentuknya mempunyai elektronegativitas yang berbeda yang manjadikan senyawa terpolarisasi. Semakin besar perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa, semakin kuat ikatan unsur dalam senyawa itu. Semakin kuat ikatan senyawa semakin tinggi ikatan titik lebur itu.
Pada suatu padatan dengan bentuk Kristal dan ikatan kovalen, maka akan memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan padatan yang lain dengan iukatan van der walls walaupun  terdiri dari unsur yang sama.
Suhu lebur zat padat adalah suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur sempurna.
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literature. Tetapi bila zat itu tidak murni atau terdapat campuran, maka ikatan molekulnya semakin kecil dan ikatannya mudah lepas, sehingga tidak leburnya akan lebih kecil dari zat murni.
Prinsip kerja dari titik lebur terletak pada penetapan pemberian energy panasnya. Titik lebur bersifat karakteristiky yang digunakan untuk sifat fisika dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda denga yang lain. Perbedaan tersebuh dilihat dalam hal kekuatan antar molekul. Kekuatan antar molekul berbeda dengan struktur kimia dan molekul atom atau molekul unsurnya berbeda.
Dalam bidang farmasi suatu senyawa obat murni dapat ditentukan kemurniannya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain itu, penentuan titik lebur dari bahan suatu obat juga digunakan dalam pembuatan sediaan obat, terutama obat yang diberikan melalui raktal, dan diperlukan dalam cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak pada suhu kamar tertentu.
Alat yang digunakan untuk menentukan titik lebur suatu zat adalah melting point apparatus.
Prinsip kerja dari pada melting point apparatus adalah pertama menyalakan melkting point dengan memutar pemutar suhu 20 oC permenit. Kedua, ketika suhu pada thermometer mencapai 60oC dari titiik lebur atau titik leleh pada suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan , maka pemutar suhunya harus diturunkan hingga mencapai 10oC per menit. Ketiga, jika suhunya telah mencapai suhu titik lebur atau titik pada suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka pada pemutar suhu harus diputar kekiri hingga 1oC per menit.

III.             ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Melting point
2.      Pipa kapiler
3.      Lumping
4.      Stanfer
5.      Bunset
6.      Pinset
b.      Bahan
1.      Sera alba
2.      Menthol
3.      Cetaceum
4.      Adeps lanae
5.      Asam benzoate
6.      Asam salisat

IV.             PROSEDUR KERJA
1.      Siapkan sampel
2.      Ditimbang lebih kurang 1 gram saampel
3.      Kemudian haluskan dengan cara mengerus dalam lumping, selanjutnya masukkan sampel tersebut kedalam pipa kapiler dengan cara mentontolkan sampel ke pipa kapiler, dan padatkan hingga ketinggian 10 mm. setelah padat, itulah yang ditentukan titik leburnya.

V.                MONOGRAFI
1.      Sera alba
Pemerian          : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Kelarutan         : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform dan eter juga minyak lemak.
Konsentrasi     : 1-20%
Kegunaan        : Stabilisator emulsi.
OTT                             : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.
Stabilita                       : Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan terlindung dari cahaya

2.      Menthol
Sinonim                       : mentholum
Khasiat                        : korigen, antiritan
Pemerian          : hablur berbentuk jamur dan prisma, tidak bewarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin.
Kelarutan         : sukar larut dalam air, sangat midah larut dalam etanol (95%), dalaam kloroform dan dalam eter. Mudah larut dalam paraffin cair dan minyak atsiri.
3.      Cetaceum
Pemerian                     : Putih, hablur, bening, bau dan rasa lemah.
Kelarutan         : larut dalam kloroform, etanol mendidih (95%) dan minyak menguap, praktis tidak larut dalam etanol 95% dan air.
Konsentrasi     : 1-15%
Kegunaan                    : emolien
OTT                             : asam atau basa kuat
4.      Adepslanae
Pemerian                     : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan         : tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform.
Kegunaan         : Emulsifying agent, basis salep.
OTT                  : dapat mengandung pro oksidan dan dapat mempengaruhi stabilitas.
Stabilitas          : dapat mengalami autooksidasi selama penyimpanan. Untuk mencegah ditambahkan antioksidan.
Wadah dan penyimpanan : di tempat yang tertutup, terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering.

5.      Asam benzoate
Pemerian          : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid atau benzoin.
Kelarutan         : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Wadah & penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas          : agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.
Fungsi              : antimikroba
Konsentrasi      : 0,17% (Handbook of pharmaceutical excipients 2nd hal.32)
Sterilisasi          : otoklaf
OTT                  : alkali atau logam berat.
Ph                     : <5
6.      Asam salisat
Rumus struktur asam  : C7H6O3
Massa molekul : 138,1
Jarak cair                     : 158-161°C
Pemerian          : berupa hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis tidak berwarna dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Kelarutan         : Asam salisilat sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih;, agak sukar larut dalam kloroform (Anonim, 1995).

VI.             HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil

No
Nama zat
Suhu akhir (OC)
Suhu awal (o C)
Suhu lebur berdasarkan FI
1
Asam salisilat
161
161
141-144
2
Cetaceum
100
110
42-60
3
Campuran
115
120
-
4
Cera alba
128
133
62-65
5
Asam benzoate
135
139
42-50
6
Adaps lanae
140
141
24-44
7
Menthol
144
145
62-64

  1. Pembahasan
Pada percobaan ini kami menggunakan melting point apparatus. Melting point apparatus adalah alat untuk menentukan suhu lebur suatu zat.Sebelum menggunakannya, bahan disediakan terlebih dahulu.
Selanjutnya masing-masing bahan dimasukkan kedalam pipa kapiler dengan cara mentontolkannya hingga tingginya sama.
Setelah itu bahan dimasukkan kedalam melting point dan dilakukan pengamatan terhadap suhu leburnya. Disini kami mencatat suhu awal dan suhu akhir zat .
Suhu awal dicatat saat suhu zat mulai menciut atau membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, dan suhu akhir dicatat saat hilangnya fase padat.
Dari data yang telah ada, kami mendapatkan perbedaan dengan FI. Yang mana menthol  dan adabslanae melebur lebih cepat dibandingkan yang lain, sedangkan cetaceum melebur lebih lambat.
Adanya perbedaan ini dikarenakan bantuk zat padat, kotoran yang larut dan tidak larut yang terdapat pada pipa kapiler, serta keterbatasan kemampuan kami dalam menggunakan alat melting point.
\
VII.          KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
1.      Suhu lebur adalah suhu pada saat suatu zat tepat melebur seluruhnya yang ditujukan pada fase padat tepat hilang.
2.      Dari percobaan yang telah dilakukan, ditemukan perbedaan hasil yang didapat dengan FI. Yang mana menthol  dan adabslanae melebur lebih cepat dibandingkan yang lain, sedangkan cetaceum melebur lebih lambat. perbedaan ini dikarenakan bantuk zat padat, kotoran yang larut dan tidak larut yang terdapat pada pipa kapiler, serta keterbatasan kemampuan kami dalam menggunakan alat melting point.

b.      Saran
1.      Sebaiknya sebelum melakukan percobaan periksa bahan terlebih dahulu, yang mana bahan yang diuji harus sama banyak serta tidak mengandung kotoran yang melekat guna mendapatkan hasil ang akurat.
2.      Lebih teliti dan hati-hati lagi untuk percobaan yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia. Jakarta: depkes Ri
Kasman, R. 2005. Kimia Fisika. Makasar: universitas Muslim Indonesia
Martin, Alfred dkk.1990. Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasi dan Etika. Jakarta: Ui Press
Tripler, PA. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 . Jakarta: Erlangga