Sunday, 7 December 2014

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR : “PENENTUAN BOBOT JENIS”

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
PENENTUAN BOBOT JENIS
O
L
E
H
NAMA                        : FATMA ZAHRA
NO BP.            : 1404045
KELAS           : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG 2014


PENENTUAN BOBOT JENIS

I.                   TUJUAN
Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair dengan menggunakan alat piknometer

II.                TEORI DASAR
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim,1979).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25o (Anonim,2006).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel H.C, 1989).
Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca Mohr Westphal (Sutoyo,1993).
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herman J, 1994).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
1. Bobot janis sejati (benar)
adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga.  Penentuan bobot jenis sejati bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer cairan atau metode manometer (Voigt, 1994).
2. Bobot jenis nyata
adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
a.       Temperatur,
dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b.      Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot  jenisnya juga menjadi lebih besar.
c.       Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
d.      Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.

Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.

III.             ALAT DAN BAHAN
a.       Alat
1.      Piknometer
2.      Thermometer
3.      Pipet tetes
4.      Neraca analitik
5.      Cawan petri
b.      Bahan
1.      Aquades
2.      Paraffin cair
3.      Serbuk
4.      Gliserin
5.      Amilum
6.      Laktosa
7.      Talcum

IV.             PROSEDUR KERJA
a.       Penentuan bobot jenis benar
1.      Ditimbang piknometer yang telah diketahui volumenya,(a) yaitu (b)
2.      Piknometer diisi dengan paraffin cair ditimbang (c)
3.      Hitung bobot jenis paraffin cair dengan rumus:
ρ= c-b/a g/ml
4.      Timbang 2 gram serbuk , masukkan kedalam piknometer tersebut dan timbang (d)
5.      Tambahkan paraffin cair kedalam piknometer sampai setengahnya ditutup dan dibiarkan selama 5 menit sambil digoyang.
6.      Tambahkan paraffin cair sampai piknometer penuh dan timbang (c)
7.      Hitung BJ benar dengan bersamaan:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                  (d-b) + (e-c)

b.      Penentuan bobot jenis nyata
1.      Ditimabang 30 gram serbuk (w), masukkan kedalam gelas ukur 100 ml
2.      Catat volume serbuk (V)
3.      Hitung BJ nyata dengan persamaan:
BJ nyata = wo / Vo  g/ml

c.       Bobot jenis mampat
1.      Timbang serbuk sebanyak 30 gram (w), dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml
2.      Berikan ketukan sebanyak 1250 kali , catat volume V , kemudian ulangi lagi mengetuk sebanyak 1250 kali , catat volume Vt, jika selisih Vt1- Vt tidak lebih dari dua, maka maka pakai Vt.
3.      Bobot jenis mampat dihitung dengan persamaan:
BJ mampat= w/Vt g/ml

V.                MONOGRAFI
1.      Paraffin
Nama resmi                             : paraffinum
BM/RM                                               : C3H8O3/92,09
Bobot jenis                              : 0,84-0,89 g /ml
Pemerian                        : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak bewarna atau putih , tidak berbau, tidak berasa, agark berminyak
Kelarutan                       : tidak alrut dalam air dan etanol, mudah larut dalam kloroform dan eter, dalam minyak menguap, dalam hamper semua jenis minyak dan lemak hangat,
Penyimpanan                  : dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih
Kegunaan                       : sebagai pelarut

2.      Laktosa
Nama resmi                             : lactosum
Nama lain                                            : laktosa, sacharum lactis
Berat molekul                          : 342,30
Pemerian                        : serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit  manis
Kelarutan                       : mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam metana, tidak mudah larut dalam kloroform, dan latur dalam eter.
Penyimapanan                : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                       : sebagai zat pengisi
Stabilitas obat                : dibawah kelembaban relative 50%

3.      Talcum
Nama resmi                             : talcum
Nama lain                                            : spektan powder, magsil star, steatits
Berat molekul                          : 758,44
Pemerian                                             : serbuk sangat halus, putih, atau putih kelabu.
Kelarutan                                            : larit dalam asam tidak lebih dari 2,0%
Penyimpanan                  : simpan dalam wadah tertutup baik, sejuk dan tempat kering
Kegunaan                                            : sebagai pelican
Stabilitas obat                : talk adalah material stabil dan dimungkinkan disterilisasi dengan melakukan pemanasan pada suhu 160 C pada waktu kurang dari 1 jam. Selain itu juga disterilisasi dan menekpos dengan menggunakan etilen oksida atau radiasi sinar gamma.

4.      Amilum
Pemerian                                             : serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil , putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan                                            : praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95%
pH                                                       : 5,5—6,5
penyimpanan                           : ditempat tertutup baik, ditempat sejuk dan kering


VI.             HASIL DAN PEMBAHASAN
a.       Hasil pengamatan
Pada BJ benar didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:
a= volume piknometer=25 ml
b= berat piknometer=23,11539 g
c= berat piknometer yang diisi paraffin cair penuh=43,9832 g
d= piknometer + serbuk laktosa= 25,1559 g
       piknometer + serbuk talcum= 25,1946
       piknometer + serbuk amilum= 25,9093 g
                          e= berat paraffin cair + serbuk piknometer sampai penuh
                                     laktosa= 44,6324 g
                                     talcum= 25,1946 g
                                     amilum= 25,9093 g
                                                            tabel pengamatan bobot jenis benar, nyata, dan mampat.

                                   
No
Nama zat
BJ benar
BJ nyata
BJ mampat
1
Laktosa
65,623487
0,55651963
0,77057949
2
Talcum
151,8593
0,73409024
1,0749175
3
Amilum
64,229015
0,59668824
0,95097187

b.      Analisis data
1.      BJ benar
Berdasarkan data maka bobot jenis paraffin cair adalah:
ρ= c-b/a g/ml
 = 43, 9382-23,15/25
 = 43,9382-0,926156
 =43,012044 g/ml

BJ benar dihitung dengan persamaan:
a.       Laktosa
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                        = (25,1559-23,1539)x 43,012044
                        (25,1559-23,1539)+(43,9382-44,6324)
                        = 65,843487 g /ml

b.      Talcum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                         = (29,1946-23,1539) x 43,012044
                                    (25,1946-23,1539)+(47,9382-45,4009)
                         = 151,8593 g/ml

c.       Amilum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
                                                                                     = (25,3039-23,1539) x 43,010244
                                                                                                (25,3093-223,1539)+ (43,9382-45,04488)
                                                                                     = 64,229015 g /ml

2.      BJ nyata
a.       Laktosa
BJ nyata = wo / Vo
                               = 30,0526/54
                               = 0,55652963 g/ml

b.      Talcum
BJ nyata = wo / Vo
                                 = 30,0977/41
                         = 0,73409024 g/ml

c.       Amilum
BJ nyata = wo / Vo
                                 = 30,4311/51
                         = 0,59668824 g/ml

3.      BJ mampat
a.       Laktosa
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,0526/ 39
                                    = 0,77057949 g/ ml

b.      Laktosa                      
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,0977/28
                                    = 1,07491179 g /ml

c.       Amilum
BJ mampat      = w/Vt
                                    = 30,4311/31
                                    = 0,95097187 g/ml
                        c.Pembahasan
pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah mencari volume piknometer. Kemudian menimbang berat piknometer kosong , selanjutnya piknometer diisi paraffin cair dan ditmbang. Selanjutnya kedalam piknometer yang telah diisi paraffin cair tadi ditimbang dan ditambahkan serbuk, dan selanjutnya ditimbang lagi. Bobot paraffin cair dihitung dengan rumus:
ρ= c-b/a g/ml
sedangkan untuk menyatakan BJ benar dipakai rumus:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
                                    (d-b) + (e-c)
Dan dari percobaan tersebut , didapatkan BJ benar laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan amilum 64,229015 g/ml.
Selanjutnya untuk BJ nyata 30 gram serbuk ditimbang terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml , kemudian dicari dengan menggunakan rumus:
BJ nyata = wo / Vo  g/ml
Dan dari percobaan yang telah diulakukan didapat BJ nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml dan amilum 0,59668824 g/ml.
Dan terakhir pada BJ mampat, 30 gram serbuk yang ditimabangdimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml dan diberi ketukan sebanyak 1250 kali, kemudian volume awal dan volume akhirnya dicatat. Selanjutnya BJ mampat dihitung dengan menggunakan rumus :
BJ mampat      = w/Vt g/ml
Dan dari percobaan didapat BJ mampat dari laktosa 0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml dan amilum 0,95097187 g/ml.
Pada percobaan ini bobot jenis dipengaruhi oleh temperature, masa zat, kekentalan dan viskositas.

VII.          KESIMPULAN DAN SARAN
a.       Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
1.      BJ benar laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan amilum 64,229015 g/ml.
2.      BJ nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml dan amilum 0,59668824 g/ml.
3.      BJ mampat dari laktosa 0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml dan amilum 0,95097187 g/ml

b.      Saran
Pada saat melakukan percobaan ini sangat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran, terutama dalam menimbang zat serta melakukan ketukan terhadap sampel guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Anse, C Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes Ri
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Ui Press
Voight, Rudolf.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke V. Yokyakarta: Ugm Press

No comments: