Monday 25 May 2015

Farmasetika Dasar " PILLULAE/PIL)


PIL
Pil adalah bentuk sediaan padat bundar kecil mengandung  bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sekarang keadaan pil mulai tergusur disebabkan adanya tablet dan kapsul.
 Menurut F III :  Pil adalah sediaan berupa masa bulat mengandung 1 atau lebih bahan obat . Menurut Eric W Martin: Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat telur.
Menurut Moh. Arief (2008) : Pil adalah suatu sediian bulat seperti kelereng mengandung 1 atyau lebih bahan obat.


PEMBAGIAN PIL:
1.      Boli : jika beratnya lebih dari 300 mg
2.      Pil : jika beratnya antara 60-300 mg
3.      Granul : jika beratnya kurang dari 60

KEUNTUNGAN DARI PIL:
1.      Menutupi rasa obat yang tak enak
2.      Mudah digunakan atau ditelan

KERUGIAN PIL:
1.      Kurang cocok untuk bahan yang dikehendaki
2.      Memberikan aksi yang cepat

KOMPOSISI PIL
1.      Zat aktif atau zat berkhasiat sebagai obat
2.      Bahan pengisi, gunanya untuk mwencukupkan bobot pil
Contoh : Akaaar manis (redix)
3.      Bahan pengikat, gunanya untuk mengikat semua komponen serbuk sehingga dapat dibentuk menjadi sediaan padat yang berbentuk bundar.
Contoh: sari akar manis (succus), gum akasia, campuran bahan tersebut atau bahan lain yang cocok.
4.      Bahan pembasah, gunanya untuk membasahi masa pil.
Misalnya air, sirup, madu , atau bahan lain yang cocok. Secara umum digunakan aqua gliserin dengan perbandingan (1:1)
5.      Zat penabur, gunanya untuk mencegah pil lengket saat pemotongan dan dibentuk bundar. Misalnya: likopodium, talk , atau bahan lain yang cocok
6.      Zat penyalut, gunanya untuk melinndungi pil dari cahaya, udara panas, ataupun asam lambung. Misalnya prak, balsam tolu, keratin , sirlak, kolopedium, gelatin, gula, atau bahan lain yang cocok.

PERATURAN PEMBUATAN PIL MENURUT VAN DWIN (1974)
1.      Bobot pil antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg
2.      Zat pengisi.
Pil yang jumlahnya sedikit , hendaknya memakai redix, sekurang-kurangnya dua kali banyak succus (2:1). Jika bahan berkhasiat cukup banyak , bisa pakai propilulae  ( campuran sama banyak redix dan succus/1:1)
3.      Zat pengikat
Jika mungkin dipakai succus liqiuritiae dan pada umumnya 2 g atau 60 pil.
4.      Pada pembuatan pil harus ditambahkan cairan, tujuannya agar diperoleh suatu masa yang homogeny dan cukup baik untuk dikerjakan selanjutnya. Bisa dipakai aqua gliserinata.


BAHAN PENGIKAT LAIN:
1.      Pulvis gummosus
Merupakan campuran saccharum, PGA , dan tragacantha. Pembasahnya yaitu aqua gliserinata ( campuran air dan gliserin sama banyak), sirup simplex. Kerugiaanya adalah pil keras.
2.      Campuran succus dan saccharum
Pembasah yang digunakan aqua gliserinata, yag dipakai 75 gram untuk 100 pil.
3.      Ekstrak kental
4.      Gliserin cumtrgakan dalam gliserin pemakaian 10% trakan dalam gliserin.
5.      Adepslanae dan vaseliun album, digunakan untuk bahan yang peka terhadap air. Bahan yang bereaksi satu dengan yang lainnya dengan adanya air. Misalnya, suatu asam dan bikarbonat (meditreen, aspirin, bikarbonat)

PIL DENGAN BAHAN PENGISI KHUSUS
1.      Folia digitalis, dengan adanya air glikosida terurai karena enzim yang menjadi aktif sehingga glikosida jantungnya tidak berkhasiat lagi. Pengikat yang digunakan oleum cacao.
2.      Asetosal dengan adanya air dari bahan pengikat atau pembasah dapat menyebabkan asetosal terhidrolisis menjadi asam salisilat  yang toksik terhadap lambing dan asam asetat. Pengikat yang digunakan adalah  oleum cacao , adeps lanae.
3.      Pi9l dengan extractum gentian bereaksi basa. Bila diberikan bersamaan dengan zat lain maka akannn melepaskan gas. Zat pengikat yang digunakan adeps lanae atau Vaseline
4.      Pil dengan garam-garam fero, harus dibuat dengan tolu balsam untuk mencegah oksidasi oleh udara.
5.      Pil dengan bahan oksidator . pengisi yang digunakan adalah bolus alba 100 mg/pil setiap berat bahan oksidator 25mg/pil. Pil dengan pengisi bolus alba sulit dipecah oleh lambung , sehingga sebagian bolus alba diganti dengan natrium bikarbonat (nabic). Bahan pengikat yang digunakan adalah adepslanae atau vaselin kurang 1/6 zat padat

PERSYARATAN PIL
1.      Memenuhi syarat waktu hancur yang tertera pada compressi
2.      Memenuhi keseragaman bobot pil
3.      Pada penyimpanannya, bentuknya harus tetap, tidak begitu keras , sehingga hancur dalam saluran pencernaan.

MEMENUHI KESERAGAMAN BOBOT
1.      Timbang pil satu persatu
2.      Hitung bobot rata-rata
3.      Penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata:

No
Bobot rata -rata
Penyimpangan rata-rata
12 pil
18 pil
1
100-250 mg
10%
20%
2
250-500 mg
75%
15%

MEMENUHI WAKTU HANCUR
Seperti yang tertera pada compressi 36-38 Oc pil selama:
1.      15 menit untuk pil yang tidak bersalut
2.      60 menit untuk pil yang bersalut

CARA PEMBUATAN PIL
1.      Dibuat masa pil dengan cara mencampurkan serbuk obat, zat pengisi , zat pengikat digerus halus.
2.      Setelah campuran serbuk ditetesi dengan pembasah (aqua gliserinata ) sambil digerus dan ditelan supaya diperoleh masa yang saling mengikat atau plastis.
3.      Pemberian aqua gliserinata untuk mencegah pil supaya tidak terlalu mengeras karena  gliserin tidak mudah menguap . tetapi pemberiannya jangan terlalu banyak  karena jika kebanyakan pil menjadi lembek.

CETAKAN PIL
1.      Pillen plank
2.      Pillen roiwler

Thursday 21 May 2015

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ”PEMBUATAN IODOFORM“

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PEMBUATAN IODOFORM

OLEH
Nama : Fatma Zahra
No bp : 1404045
Kelas : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG

2015


I.                   TUJUAN
1.1 Mengetahui cara pembuatan iodoform dari reaksi iodium dalam KI dan NaOH dalam aseton
1.2 Memahami proses haloform

II.                TEORI DASAR
Kloroform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin etanol atau aseton dan asetaldehid dalam suasana basa. Iodoform adalah zat yang padat kuning dan bau yang khas. Iodoform banyak digunakan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai antiseptic terhadap luka-luka lecet , karena membebaskan I2 yang akan membunuh bakteri. Selain itu juga masih dalam bidang kedokteran , iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan mencegah pertumbuhan bakteri
Rumus molekul iodoform adalah CHI3.
Iodoform pertama kali disintesis oleh George serulas pada tahun 1882 dan rumus molekul diidentifikasi oleh jean baptieste paumas pada tahun 1834.hal ini disentesis oleh reaksi holoform reaksi iodium dengan salah satu dari empat jenis senyawa organic yaitu metil keton, asetaldehid , etanol dan alcohol tersier tertentu.

Reaksi iodium dengan basa metil keton akan menghasilkan endapan bewarna kuning pucat  (iodoform test). Selain dari warnanya iodoform dapat dikenali dari baunya yang khas yaitu berbau seperti  obat.
Sifat- sifat dari iodoform:
1.      Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil akan menghasilkan cis (1-etilguinaloline-4trimetilnaiomine).
2.      Iodoform dan kalium padat membentuk Cl4
3.      Iodoform dapat dihidrogenasi ditomenasi
4.      Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NaOH alkoholat karbilamine membentuk isosianida
5.      Iodoform dapat dihidrolisis dengan kuat
6.      Iodoform bila diredksi dengan Na2AsO4 akan membentuk metilen iodide
7.      Iodoform bila direaksikan dengan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu pada lapisin piridin, setelah dipanaskan sebentar.
8.      Jika iodoform dipanaskan dalam satu tabung kering akan timbul uap bewarna violet dari iodium.
9.      Tes dengan larutan AgNO3 tidak memberikan endapan kuning perak
10.  Tidak bereaksi dengan HgO

sifat fisika iodoform
1.      Bentuk berupa Kristal kuning berkilauan
2.      Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya
3.      Titik lebur 119-123 OC
4.      Berat jenis 4,00 gr/ml
5.      Berat molekul 393,73
6.      Komposis C=3,05 g, H= 6,266 g, I = 96,496 g
7.      Mudah menguap pada suhu kamar
8.      Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2 , CO , I2 , H2O
9.      Memiliki bau ynag khas
10.  Sukar larut dalam air, dan mudah dalam alcohol
11.  Perlahan-lahan larut dalam pentaiodida atom

Reaksi Iodoform merupakan reaksi haloform yang memakai larutan Iodin dengan NaOH encer.
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi halogenasi  (halogenasi pada dasarnya ialah reaksi subtansi atau penggantian karena atom hydrogen menggantikan posisi hydrogen dalam struktur. Dengan bahan dasar iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan NaOH sebagai katalisator. Iodform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang farmasi sebagai desinfektan dan antiseptic . antiseptic merupakan zat yang bekerja bakteriostatik , biasanya dipakai pada kulit mukosa, dan melawan bakteri pada luka. Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja pada bakterisid, digunakan untuk membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Reaksi iodform sering digunakan untuk menentukan struktur bila untuk mengidentifikasinya terdapat salah satu dari dua gugus , yaitu gugus keton dan aldehid.

Senyawa-senyawa selain gugus ini bereaksi dengan iodin dan naoh memberikan endapan kuning terang , dari iodoform, senyawa yang mengandung gugus –CHOHCH3 memberikan pengujian positif iodoform bila terlebih dahulu dioksidadi menjadi metil keton. Gugus metil keton  kemudian baru bereaksi dengna iodium dan ion –OH sehingga menghasilkan iodoform.
Persamaan reaksinya:

Bila gugus dari –COCH3  atau –CHOHCH3 berfungsi sebagai yang diserang maka dapat berbentuk asil, alkil atau hydrogen . selanjutnya dengan cara yang sama untuk etil alcohol dan asetaldehid juga memberikan uji positif iodoform.

III.             ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Gelas kimia
2. Corong
3. Desikator
4. Pompa isap
5. Kertas saring
6. Penangas air
7. Timbangan

3.2 Bahan
1. KI
2. Aseton
3. NaOH 10%
4. Iodium
5. Methanol atau etanol
6. Air

3.3 Cara Kerja
1. Buat larutan iodin seperti berikut:
3,125 g iodin dan 6,25 g KI larutkan dalam 100 ml pada gelas kimia kocok hingga semua zat larut
2. Tambahkan 3 ml aseton dan 15 ml NaOH 10% sambil diaduk –aduk
3. Setelah terbentuk endapan saring dengan memakai pompa iasap sampai kering
4. Kemudian Kristal yang terbentuk dicuci dengan air 2-3 kali
5. Murnikan Kristal iodoform dengan cara berikut:
a. Larutkan iodoform dengan sedikit etanol (Alkohol) ,panaskan dan saring untuk memisahkan kotoran
b. Kepala filrate tambahkan air iodoform  mengendap sempurna sebagai Kristal kuning
c. Panaskan campuran untuk mengumpulkan Kristal dengan penangas air
d. Dinginkan dan saring dengan memakai pompa isapp
e. Cuci endapan iodoform dengan memakai pompa isap
f. Cuci endapan iodoform dengan air dan biarkan kering dalam desikator.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berat iod : 3,1729 g
Berat KI = 6,3 g
Berat iodoform kering = 0,9145 g
Warna Iod = hitam
Warna KI = kuning
KI + air 100 ml = kuning
Warna kuning + iod menjadi hitam kekuningan .
Warna hitam + aseton + naoh warna menjadi krim.
Setelah lama diaduk , dibawah gelas reaksi ada endapan iodoform warna kuning dan diatas larutan bewarna pink.
Reaksi pembuatan iodoform:

CH3CH3C=O +3I2 + NaOH ---->    CHI3 + CH3C=O +ONa +3 NaI.3H2O

3 MOL I2  sebanding dengan mol CH3
I mol I2 = gram I2 / mr I2 = 3,172 g/ 393,7 g = 8, 06 mol
Mol CH3 = 1/3 mol I2 = 1/3 x 8,06 mol = 2,69 mol
Berat CHI3 = mol x mr CHI3 = 2,69 x 393,7 = 1,059 g
% randemen = berat kering / berat basah x 100%
= 0,9145/ 1,059 x 100% = 86,5 %

4.2 Pembahasan
Pada pembuatan iodoform , iod dan KI ditimbang terlebih dahulu, didapat berat iod 3,1729 g dan KI 6,3 g. kemudian keduanya dimasukkan kedalam gelas piala ditambah dengan air 100 ml . Ki dimasukkan terlebih dahulu dari iodium , setelah KI larut baru dimasukkan iodium . hal ini dikarenakan iodium larut dalam KI . dari percampuran ini diperoleh warna larutan hitam kekuningan. Setelah ditambah aseton dan NaOH warnan larutan berubah menjadi krim . disini NaOH bertindak sebagai katalis , yaitu zat yang dapat mempercepat reaksi . setelah lama diaduk , dibawah gelas pial;a terdapat endapan kuning dan itu adalah iodoform , sedangkan, sedangkan diatasnya ada larutan bewarna pink.
Setelah dilakukan penyaringan, dilakukan rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut yang cocok.
Untuk mengumpulkan Kristal , pada percobaan dipakai etanol yang dipanaskan pada Bunsen. Setelah Kristal terkumpul , etanol dibuang dan dilakukan pemurnian serta penyaringan kembali.
Dari percobaan yang kami lakukan ,kami melihat hanya sedikit Kristal iodoform yang terbentuk . hal ini mungkin disebabkan karena sebelum dicampurkan dengan air 100 ml , Iod dan KI telah tercampur terlebih dahulu. Seharusnya Ki yang didahulukkan baru Iod.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan , kami mendapatkan berat CHI3 1,059 g. dan persentasa rendemen dari percobaan 86,54%

V.                KESIMPULAN DAN SARAN
       5.1 Kesimpulan
1. Iodoform dibuat dengan cara mereaksikan Iodium dengan KI kemudian ditambah aseton                     dan NaOH , NaOH bertindak sebagai katalis
2. Reaksi Haloform merupakan reaksi iodoform  yang memakai larutan Iodin dan NaOH                         encer

       5.2 Saran
Dalam percobaan ini sebaiknya sebelum KI dicampur dengan air 100 ml , KI dimasukkan terlebih dahulu , baru iodium. Selain itu dalam percobaan dibutuhkan kehati-hatian terutama saat menggunakan alat –alat yang terbuat dari kaca

      DAFTAR PUSTAKA
      Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta. Bina                           Aksara.
     Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
     Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB
     Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
      Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK ”PEMBUATAN ASETOSAL“

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PEMBUATAN ASETOSAL

OLEH
Nama : Fatma Zahra
No bp : 1404045
Kelas : A

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG

2015


I. TUJUAN
1.1 Mempelajari pembuatan asetosal dari asam salisilat dengan anhidrida asetat dan asam sulfat pekat.
1.2 Memahami proses reaksiasetilasi

II. TEORI DASAR
Asetosal adalah hablur tidak bewarna atau serbuk putih tidak berbau dan berasa asam. Kelarutan sukar larut dalam air , mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan larut dalam eter.  Perbandingan kelarutannya dalam air yaitu 1:300, dalam etanol 1:5 , dalam kloroform 1:17, dan dalam eter 1: 10-15. Asetosal juga larut dalam asetat dan sitrat dengan adanya senyawa yang  terdekomposisi, asetosal dan hidrooksidan dan karbonat larut.
Asetosal atau sinonim dari asam asetil  salisilat ini stabil dalam udarakering tapi tergerdasi perlahan jika uap air menjadi asam asetat dan asam salisilat . nilai tiitk leburnya adalah 1350C.
Rumus molekul dari Asetosal adalah C 9H804. Rumus struktur Asetosal adalah:

Asam salisilat ( o-hidroksi benzoate) merupakan senyawa bifungsional yang mengandung gugus karboksi dan hidroksil . dengan demikian asam karboksilat daopat berfungsi sebagai fenol dan juga asam benzoate. Baik sebagai fenol  maupun sebagai asam ,asam salisilat dapat mengalami proses esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida asam , akan menngalami reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin). Dan bila direaksikan dengan methanol ( alcohol) , akan menghasilkan ester metil salisilat (minyak gandapura).
Senyawa fenol dapat diubah menjasi ester , tetapi pada umumnya tidak secara reaksi langsung dengan asam karboksilat , walaupun keseimbangan esterifikasi adalah eksotermik untuk alcohol dan sedikit endodermik bagi fenil.
Pada senyawa aril ester , dapat dibuat dengan mereaksikan fenol dengan asam klorida dan anhidrida asam dalam suasana basa atau menggunakan katalis asam.
Asam aetil salisilat adalah hasiol sintesis dari asam  salisilat yang direaksikan dengan asam asetat anhidrida dengan menggunakan katalis asam sulfat pekat. Asam salisilat memiliki gugus –oh dan –cooh . oleh karena asam salisilat dapat mengalami dua jenis reaksi yaitu, asam dan basa. Pembuatan asetil salisilat disebut asetilasi.
Asetilasi adalah terjadinya penggantian H pada gugus –OH dan asam salisilat denngan gugus asetil. Karena asam salisilat adalah dosalat fenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat fenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari fenol, tetapi tergantung pada pemakaian  pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi biasanya randemen nya rendah. Haisl yang diperoleh akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivate yang lebih aktif mengahasilkann ester asetat.
Asam asetil salisilat dalam sitesisnya menggunakan asam asetat anhidrida karena jika digunakan asam asetat sebagai pereaksi maka akan terbentuk air sebagai hasil sampingannya. Sehingga memungkinkan terjadi reaksi hidrolisis aasm asetil salisilat menjadi asam asetat dan asam salisilat karena reaksi esterifikasi bersifat reversible.
Reaksi asetilasi adalah:

Asetosal termasuk golongan analgetik atau antipiretik (penghilang rasa sakit dan turun panas). Pada dosis sekitar 250-500 mg , asetosal berfungsi sebagai analgetik atau antipiretik, sedangkan pada dosis kecil yaituu 60-110 mg , asetosal juga berkhasiat untuk anti agresi platelet, atau untuk mencegah penggumpalan darah, sehingga banyak digunakan pasien strok untyuk melancarkan peredaran darah.

III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. gelas kimia 250 ml
2. penangas air
3. pompa isap
4. gelas ukur
5. kertas saring
6. corong buncher

3.2 Bahan
1. asam salisilat kering
2. anhidrida asam asetat
3. asam sulfat pekat
4. alcohol-fenol

IV. PROSEDUR KERJA
1.masukkan 3,5 gram asam salisilat kering dan 5 gram (4,7
ml) anhidrida asam asetat kedalm gelas kimia kemudian tambahkan 4 tets asam sulfat pekat ddan aduk .
2. panaskan diatas penangas air pada temperature 50-60oC aduk dan biarkan selama 15 menit .
3. biarkan campuran menjadi dingin dan aduk sekali-kali
4. tambahkan 50 ml air , aduk dengan baik dan saring dengan memakai pompa isap.
5. Dapatkan Kristal dari asetosal yang kemudian dilakukan pemurnian dengan cara berikut : larutkan crude asetosal ini dalam 10 ml alcohol dan tuangkan larutan ini kedalam 25 ml air panas ( bila terjadi pemisahan , panaskan campuran ini sampai bercampur sempurna ). Biarkan larutan menjadi dingin sampai terbentuk Kristal yang baik , saring dan timbang hasil yang didapat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
1. Reaksi  pembuatan  asetosal

2. Penghitungan randemen asetosal
Berat kertas saring =0,7832 gr
Berat asetosal basah = 20,4789 gr
Berat asetosal kering  = 5,3937 gr

R         =          hasil kering / hasil basah x 100%
            =          (berat kering- berat kertas saring)/(berat basah- berat kertas saring) x 100%
            =          (5,3937 – 0,7832) / (20,478- 0,7832) x 100%
            =          4,6105 / 19,6957 x 100%
            =          23,4 %

5.2 Pembahasan
pada percobaan ini setil salisilat direaksikan dengan anhidrida asetat, reaksi yang terjadi tergolong reaksi asetilasi. Mekanisme yang terjadi dalam reaksi ini adalah adisi diikuti elimiunasi sehingga secara keseluruhan merupakan reaksi subtitusi.
Reaksi ini menggunakan reaksi h2so4 sebagai katalisator yang berfungsi memopercepat reaksi , dan jika digunakan asam sulfat encer maka akan terjadi hidrolisis menjadi asam asetat karena air dalam asam sulfat cukup encer untuk menghidrolisis asetosal yang terbentuk.
            Reaksi ini dilakukan sampai asam salisilat habis dan terbentuk asam asetil secara sempurna.
Reaksi dari asetilasi ini bersifat reversible, maka setelah asetosal terbentuk , setelah dingin segera ditambahkan sedikit air untuk mengencerkan H2SO4 pekat agar reaksi tidak kembali lagi. Pertambahan iar ini bertujuan memisahkan asam asetat yang terbentuk sebagai hasil samping selain asetil salisilat. Kemudian padatan asetosal datambahkan etanol panas dan air sebagai pelarut dicampur dan dikeringkan.
            Untuk pemurnian  asetosal dilakukan dengan cara rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat setelah dilarutkan dengan pelarut yang cocok. Dalam percobaan ini , pemurnian asaam setil salisilat dilakukan dengan pelarut campuran air dan etanol  yang dipanaskan . Setelah semuanya selesai baru dilakukan penyaringan terhadap Kristal asetosal.
Dari penimbangan yang kami lakukan , kami mendapatkan Berat kertas saring 0,7832 gr, Berat asetosal basah  20,4789 gr, Berat asetosal kering  = 5,3937 gr. Dari hasil penimbangan tersebut kami mendapat kan rendemennya 23,4 %.
            Jumlah asetosal yang kami hasiklkakn dari percobaan ini kurang dari hasil teoritisnya, selain itu Kristal yang terbentuk juga tidak sempurna, hal ini mungkin disebabkan karena:
1.      adanya Kristal yang tertinggal dalam wadah selama pengeringan’
2.      ada asam salisilat yang belum bereaksi sempurana dengan anhidrida asetat
3.      asam asetilsalisilat yang terbentuk terhidrolisis kembali menjadi asam salisilat dan asetat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Asetosal dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asetat dan dikatalis dengan h2so4 pekat.
2. Reaksi asetilasi merupakan reaksi memasukkan gugus asetil kedalam molekul organic

6.2 Saran
Pada percobaan ini sebaiknya praktikan lebih hati-hati dalam melakukan pemanasan , selain itu juga diperlukan ketangkasan dan kecermatan dalam mengamati perubahan yang terjadi , jangan sampai ada yang lupa dalam pembuatan asetosal.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta. Bina Aksara.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Willbraham, and Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB