Monday, 29 January 2018

ASMA


1.      DEFINISI ASMA
    Asma merupakan penyakit gangguan saluran pernapasan berupa inflamasi kronik, ditandai adanya bunyi mengi (ngik) saat penderita bernapas. Manifestasi lainnya berupa batuk, lendir pada saluran pernapasan, dada terasa sesak terutama pada malam hari.

2.      PATOFISIOOGI ASMA 

3.      MANIFESTASI ASMA
      Episode batuk dan atau wheezing berulang
      Hiperinflasi dada
      Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
      Ekspirasi memanjang dengan suara wheezing yang dapat didengar
      Respons baik terhadap bronkodilator

4.      TUJUAN TERAPI PASIEN ASMA
         •         Menyembuhkan & mengendalikan asma
         •        Menghilangkan gejala agar penderita bisa bernapas  normal
         •        Mencegah kekambuhan
         •        Mencegah obstruksi sal nafas yg irreversibel
         •        Mencegah eksaserbasi & mempertahankan fungsi paru normal atau mendekati
                normal

5.      FAKTOR PENCETUS ASMA
       •            Alergen (Debu, bulu binatang, serbuk bunga)
       •           Makanan (Bumbu penyedap, pengawet)
       •           Perubahan cuaca
       •           Infeksi saluran napas
       •           Obat-obatan
       •           Aktivitas yang berlebihan
       •           Bau yang merangsang
       •           Emosi

6.      ALASAN NSAID DAN β BLOKER KONTRAINDIKASI DENGAN PASIEN ASMA
               ·      NSAID : Dapat meningkatkan leukotrien karena adanya penghambatan terhadap enzim                        siklooksigenasi. Leukotrien merupakan salah satu mediator pencetus asma.
               ·   β Bloker : bekerja nonselektif pada B1 dan B2. Dimana pada B1 terdapat aktivitas                                 bronkodilatasi yang apabila dihambat bisa memperburuk kondisi pasien asma.

7.      TERAPI NONFARMAKOLOGI ASMA
     •           Hindari faktor pencetus (alergen)
     •           Berhenti merokok
     •           Olahraga ringan teratur
     •           Hindari obat yang dapat mencetuskan asma (NSAID, B Bloker)
     •           Hindari stress

8.      TERAPI FARMAKOLOGI
     •            Golongan Bronkodilator
-          Antikolinergik
-          Simpatomimetik
     •           Golongan Metil Xantin
-          Teofilin
-          Aminofilin
     •           Golongan Steroid Antiinflamasi Drugs
-          Kortikosteroid

Pelega (Reliever)
        Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos
        Memperbaiki dan atau menghambat bronkokontriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti             mengi, rasa berat di dada dan batuk.
        Termasuk pelega adalah: Agonis beta 2, Antikolinergik, Aminofillin, dan Adrenalin.

Pengontrol (Controllers)
        Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk mengontrol asma diberikan setiap hari             untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
        Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat pengontrol :
-          Kortikosteroid inhalasi dan sistemik
-          Sodium kromoglikat, Nedokromil sodium
-          Metil xantin
-          Agonis beta-2 kerja lama inhalasi dan oral
-          Antihistamin generasi ke dua.

Pengobatan Asma Jangka Pendek (Quick Relief Medication)
Pengobatan ini ditujukan untuk mengatasi serangan akut asma, yaitu diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan sampai serangan merendah,biasanya memakai obat-obatan yang berkhasiat melebarkan saluran pernapasan yang menyempit. Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan.
Cara kerja quick-relief medicines yaitu merelaksasi otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, digunakan saat terjadi serangan asma.

Ø  Obat untuk Mengatasi Penyempitan Jalan Napas
Obat yang digunakan untuk mengatasi penyempitan jalan nafas adalah golongan obat bronkodilator. Yang termasuk golongan obat bronkodilator yaitu :
      golongan simpatomimetika (salbutamol, terbutalin, prokaterol)
      golongan antikolinergik (ipratropium, deptropin dan tiazinamium)
      golongan xantin (teofilin, aminofilin)

Ø  Obat untuk mengatasi sekret lendir
Obat yang digunakan untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan nafas adalah golongan kortikosteroid oral (prednison, deksametason).

Ø  Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan.
Obat yang digunakan untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan adalah obat golongan mukolitik (asetil sistein) dan ekspektoran (ambroxol, bromheksin). Semua obat ini dapat mengurangi kekentalan dahak, sehingga dahak mudah dikeluarkan.

Pengobatan Asma Jangka Panjang (Long Term Medication)
Pengobatan Asma jangka Panjang bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan asma. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain inhalasi steroid, kromolin dan golongan xantin.
Cara kerja long-term medicines yaitu mengobati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi udem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, membantu mencegah timbulnya serangan asma.

Ø  Simpatomimetik (B2 agonis)
Adrenergic memiliki dua reseptor α dan β (β1 dan β2). Adrenergic menstimulasi reseptor β2 (pada kelenjar dan otot halus bronkus) sehingga terjadi bronkodilatasi. Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui stimulus reseptor β2 pada bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Enzim ini mengubah ATP (Adenosintrifosfat) menjadi cAMP (cyclic-adenosine-monophosphat) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan efek bronkodilatasi.
Obat simpatomimetika (β2 agonist) mempunyai dua aksi yaitu:
  short-acting (salbutamol, terbutalin sulfat, bambuterol hidroklorida, fenoterol hidrobromida)
      long-acting (formeterol fumarat, salmeterol).
Dosis
-   Dewasa diatas 12 tahun 2-4 mg3-4 kali sehari. Dosis dapat dinaikkan secara berangsur.
-        Untuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah.
-    Anak-anak, umur 2-6 tahun 1-2 mg 3-4 kali sehari. 6-12 tahun 2 mg 3-4 kali sehari.

   •    Serangan asma ringan sampai sedang umumnya memberikan respon secara cepat terhadap                  pemberian aerosol seperti salbutamol dan terbutalin. Untuk serangan asma yang lebih berat,                diperlukan kortikosteroid oral jangka pendek agar asmanya terkontrol.
  •     Salmeterol dan formeterol kerjanya lebih panjang (long acting), diberikan secara inhalasi 2x               sehari. Salmeterol dan formeterol mampu memberikan manfaat klinis untuk penggunan rutin               tetapi tidak dapat dipakai untuk serangan asma akut.
 •      Obat simpatomimetika (β2agonist) short-acting tidak boleh diresepkan secara rutin untuk                  pasien dengan asma ringan atau sedang, karena berbagai uji klinik penggunaannya secara rutin            tidak memberikan manfaat klinis.

Antikolinergik (Atropin, Ipratropium bromide)
·      Antikolinergik memblok reseptor muskarinik dari saraf - saraf kolinergis di otot polos bronchus sehingga menimbulkan efek bronchodilatasi.
·    Penggunaan atropine banyak memberikan efek samping karena cara kerjanya yang tidak selektif atau tidak bersifat bronkoselektif. Efek samping yang ditimbulkan berupa rasa kering di mulut, halusinasi, adiksi bahkan sampai menyebabkan kematian.
·    Ipratropium bromide merupakan suatu amonium kuartener derivat atropine, yang lebih aman daripada atropine.

Metil Xantin
·      Teofilin dan Aminofilin
merupakan golongan obat yang memiliki indeks terapi sempit. Bekerja dengan memblok kerja enzim fosfodiesterase sehingga menghindari  perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin (pencetus bronkokontriksi), mengurangi konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma.
Metil xantin dalam kadar rendah dapat memblokir reseptor adenosine.  Pada konsentrasi terapi yang lebih tinggi akan terjadi penghambatan fosfodiesterase-kenaikan kadar cAMP. Reaksi-reaksi yang dicetuskan oleh cAMP adalah relaksasi otot-otot bronchial dan penghambatan pengeluaran zat-zat mediator dari sel-sel mast dan granulosit.

Efek samping Teofilin
·     Teofilin merupakan obat alternatif pada asma persisten ringan dan obat adjunctive pada asma persisten sedang dan berat.
·       efek samping teofilin : sulit tidur, mual, muntah, palpitasi,
·       Penggunaan teofilin dosis tinggi dapat menyebabkan takikardi, muntah, mual.

Dosis
·   Dosis awal: 5 mg / kg dosis awal (pasien tidak menerima Theophylline atau aminofilin).
·   Dosis pemeliharaan:  10 mg / kg / hari. Jangan melebihi 900 mg / hari.

Kortikosteroid
Terapi asma kortikosteroid bertujuan untuk menghambat atau mengurangi peradangan saluran pernafasan serta mencegah dan atau mengontrol gejala asma, sehingga gejala asma berkurang/ hilang dan pasien tetap dapat bernafas dengan baik.
Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi, kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). 

Mekanisme Kerja Kortikosteroid
·      Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan.
·   Kortikosteroid tidak dapat merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi keparahan asma jika digunakan secara teratur.


Penggunaan Inhaler
           Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin
           Ambil inhaler, kemudian kocok
          Peganglah inhaler hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
        Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan meletakkan                 mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
         Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan menekan                     inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah waktu yang penting bagi obat                untuk bekerja secara efektif)
         Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik
      Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping yang mungkin           terjadi.

Sumber:
DiPiro J, Talbert R, Yee G, Matzke G, Wells B, Posey Ml, eds,. Pharmacotherapy: APathophysiologic Approach, 6th ed, McGrawHill, United. States
Dipiro, J., Talbert, R., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., Posey, L., 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Seventh Edition,  McGraw-Hill Medical Publishing, New York.
Ganiswarna, S. G., Setiabudy, R., Suyatna, F. D., Ascobat, P., Nafrialdi, Ganiswarna, V. H. S., dkk., 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta



Contoh Soal Tentang Infusi Intra Vena


1.      Seorang penderita wanita (umur 35 tahun, berat 65 kg) dengan fungsi ginjal normal diberi suatu obat dengan infusi intravena. Menurut literatur, waktu paruh eliminasi obat ini 7 jam dan volume distribusi 23,1 % berat badan. Farmakokinetika obat ini dianggap mengikuti proses orde kesatu. Kadar tunak obat dalam plasma yang diinginkan untuk obat ini adalah 10 µg/ml.
a.    Seandainya tanpa dosis muatan, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai 95% keadaan tunak setelah infus dimulai?
b.     Berapa dosis muatan yang tepat untuk obat ini?
c.     Berapa laju infusi yang tepat untuk obat ini?
d.     Berapa clirens tubuh total?
e.   Jika penderita tiba-tiba mengalami kegagalan ginjal sebagian, berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kadaar tunak dalam plasma yang baru? (dianggap 95% konsentrasi tunak)
f.    Jika klirens tubuh total turun 50% karena kegagalan ginjal sebagian, berapa laju infus yang dianjurkan agar kadar tunak dalam plasma tetap sama?

Pembahasan:
Diketahui: berat badan : 65 kg
                 T ½  : 7 jam
                 Vd : 23,1 % berat badan
                 Cp00 : 10 µg/ml
Jawab:
a.       T95% =          4,32 x t ½
            =        4,32 x 7 jam
            =        30,24 jam

b.      Dosis muatan (DL)
Vd     =          (23,1 / 100) x 65
          =          15,015 ml
DL     =          Cp x Vd
          =          10 µg/ml x 15,015 ml
          =          150,15 mg

c.       Laju infusi (R)
K       =          0,693/ t ½
          =          0,693 / 7
          =          0,099 jam-1
R       =          Cpoo x Vd x k
          =          10 µg/ml x 15,015 ml x 0,099 jam
          =          14,86 µg /jam

d.      Klirens total (Cltotal)
 Cltotal =          Vd x k
            =          15,015 ml x 0,099 jam-1
            =          1,486 ml/jam

e.     Jika penderita tiba-tiba mengalami kegagalan ginjal sebagian, lama waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar tunak dalam plasma yang baru adalah tetap sama, yaitu 30,24 jam.
f.      Jika klirens tubuh total turun 50% karena kegagalan ginjal sebagian, maka laju infus yang dianjurkan agar kadar tunak dalam plasma tetap sama adalah:
Cltotal              =          turun 50%
½ x Cltotal         =          ½ x 1,486 ml/jam
                         =          0,743 ml/jam

Cpoo              =          R / (Vd x k)
                      =          R / Cltotal

R                   =          Cpoo x Cltotal
                      =          10 µg/ml x  0,743 ml/jam
                      =          7,43 µg/jam
         
2.      Suatu antibiotik yang mempunyai volume distribusi 10 L dan k = 0,2 jam-1.
Konsentrasi tunak yang diinginkan 10 mg/L.
a.     Berapa laju infusi yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi plasma?
b.     Jika pasien mengalami uremia, dan tetapan laju eliminasi menurun menjadi 0,1
jam-1 , berapa laju infusi yang diperlukan?
            Pembahasan:
            Diketahui:       vd        =          10 L
                                    K         =          0,2 jam-1
                                    Cp       =          10 mg/L
            Jawab:
a.       laju infusi yang diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi plasma
R    =          Cpoo x vd x k
 =          10 mg/L x 10 L x 0,2 jam-1
 =          20 mg/jam

b.      Jika pasien mengalami uremia, dan tetapan laju eliminasi menurun menjadi 0,1
jam-1 , laju infusi yang diperlukan adalah:
R   =          Cpoo x vd x k
=          10 mg/L x 10 L x 0,1 jam-1

=        10 mg/jam