RADIOFARMAKA
1. Pengertian radiofarmaka
Radiofarmaka merupakan sediaan farmasi dalam bentuk
senyawa kimia yang mengandung radioisotop yang diberikan pada kegiatan
kedokteran nuklir. Sediaan radiofarmaka
pada umumnya terdiri dari 2 komponen yaitu radioisotop dan bahan pembawa menuju
ke organ target. Pancaran radiasi dari
radioisotop pada organ target itulah yang akan dicacah oleh detector (gamma
kamera) untuk direkostruksi menjadi citra ataupun grafik intensitas radiasi.
2. Produksi
sediaan radiofarmaka dapat diklasifikasikan menjadi 4
1.
Radioisotop primer medical
è
radioisotop
dalam bentuk kimia yang sederhana (biasanya an-organik). Diproduksi dengan cara
mengiradiasi atom sasaran dalam reaktor nuklir atau dalam siklotron.
2. Senyawa
bertanda medical
è senyawa yang salah satu atau lebih dari atom atau
gugusnya digantikan dengan atom unsur radioisotop
3.
Radioisotop primer medical
è
radioisotop
dalam bentuk kimia yang sederhana (biasanya an-organik). Diproduksi dengan cara
mengiradiasi atom sasaran dalam reaktor nuklir atau dalam siklotron.
4. Senyawa
bertanda medical
è senyawa yang salah satu atau lebih dari atom atau
gugusnya digantikan dengan atom unsur radioisotop
3. Pengertian
generator isotop
Generator radioisotop adalah suatu sistem yang terdiri
dua macam radioisotop yaitu radioisotop induk dan radioisotop anak yang
keduanya membentuk pasangan kesetimbangan radioaktif. Radioisotop induk
memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada waktu paruh radioisotop anak. Radioisotop anak digunakan untuk keperluan
diagnostik maupun terapi
4.
Kegunaan
generator isotop
è untuk mendapatkan radioisotop umur pendek pada lokasi
yang jauh dari tempat produksi radioisotop terutama bagi rumah-sakit yang tidak
memiliki fasilitas reaktor nuklir maka diciptakanlah generator radioisotop.
5.
Pengertian
KIT radiofarmaka
è adalah sediaan non-radioaktif yang terdiri dari
beberapa senyawa kimia yang akan ditandai dengan radioisotop untuk menjadi
sediaan radiofarmaka
6.
Radioisotop yang paling banyak digunakan
adalah untuk
KIT radiofarmaka adalah Technitium -99m (Tc-99m) karena punya
beberapa kelebihan, yaitu :
a.
Waktu
Paruh pendek (6,03 jam)
b. Memancarkan gamma murni dengan energi 140 kev
c. Mempunyai tingkat valensi 1 sampai 7 sehingga mudah
bereaksi dengan senyawa lain
d. Dapat diperoleh dengan cara elusi generator
radioisotop.
7.
Mekanisme penempatan radiofarmaka dalam
tubuh
1.
Active transport
è
Secara
aktif sel-sel organ tubuh, memindahkan radiofarmaka dari darah ke dalam organ
tertentu, selanjutnya mengikuti proses metabolisme atau dikeluarkan dari tubuh.
Contoh : I-131 akan ditransfer
ke sel-sel thyroid untuk pembuatan T3 dan T4, Tc-99m IDA dan I-131 Rose Bengal
oleh sel poligonal hati ditransfer dari darah kemudian diekskresi ke usus
halus, lewat saluran empedu, I-131 Hippuran diekskresi oleh tubulus sehingga
dapat untuk pemeriksaan ginjal.
2. Phagocytosis
è
Beberapa
Radionuklida seperti Tc-99m, In-113m atau Au-198 jika diikat oleh pembawa
materi berbentuk”koloid” maka radiofarmaka ini akan difagosit oleh RES
(Retikulo Endotelial System) tubuh. Bila radiofarmaka ini disuntikkan secara
Intra Vena maka dapat memeriksa scanning liver, limpa, dan sumsum tulang, jika
disuntikkan secara subcutan untuk memeriksa kelenjar getah bening.
3. Cell
Sequestration (pengasingan sel)
Jika Sel darah merah yang ditandai Cr-51 dan dipanaskan 500C selama 1 menit, lalu dimasukkan ke tubuh penderita
secara intravena maka akan diasingkan ke limpa untuk pemeriksaan scanning
limpa.
4. Capillary
Blockage (Penghalang Kapiler)
Bila pembawa materi berbentuk makrokoloid (dengan ukuran 20-30 mikron)
dan disuntikkan secara intravena maka akan menjadi penghalang kapiler di
paru-paru. Contoh ; Tc-99m MAA untuk scanning paru-paru
5. Simple
or Exchanged Diffusion (pertukaran difusi)
è
Radiofarmaka
akan saling bertukar tempat dengan senyawa yang sama dari organ tubuh.
contoh ; Polifosfat bertanda
Tc-99m (Tc-99m MDP) akan bertukar tempat dengan senyawa polifosfat tulang dan
dalam jangka 2-4 jam Tc-99m MDP akan merata dalam tulang, pemeriksaan untuk
mendeteksi lesi otak dengan RIHSA dan cairan interselluler otak.
6.
Compartmental Localization (kompartemental
è
Bila
radiofarmaka dapat menggambarkan blood pool karena keberadaannya yang cukup
lama dalam darah maka ikatan ini dapat dipakai untuk scanning jantung dan
plasenta (ventrikulografi dan placentografi).
Contoh ; RIHSA untuk
pemeriksaan plasenta, Cr-51 eritrosit, Tc-99m Sn eritrosit untuk
ventrikulografi jantung.
8. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih radiofarmaka untuk pemeriksaan
1.
Jenis
peluruhan radiasi
Untuk keperluan pemeriksaan eksternal in vivo, sinar-gamma dengan energi
100-500 kev sangat ideal. Karena radiasi dengan energi lebih besar 500 kev akan
mampu menembus pelindung dan sekat-sekat pada kolimator sehingga terjadi
penurunan spatial resolution. Juga dengan energi sangat kecil (lebih kecil 20
kev) banyak penyerapan foton oleh jaringan sebelum mencapai detektor. Dengan
demikian sinar gamma murni tanpa radiasi partikel yang dibutuhkan untuk
diagnostik kedokteran nuklir
2.
Waktu Paruh
Meliputi :
a. waktu paruh fisik
è yaitu waktu yang diperlukan zat radioaktif untuk
mencapai aktivitas setengah dari aktivitas mula-mula
b. waktu paruh biologis
è yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan
setengah radionuklida murni dari suatu organ tubuh
c.
waktu
paruh efektif
à yaitu waktu yang diperlukan setengah zat yang telah
dimasukkan ke
dalam tubuh.
3. Biologi behaviour
Menyangkut perlakuan organ tubuh terhadap radiofarmaka tersebut.
sehingga penting untuk menentukan paparan radiasi dari suatu organ atau untuk
mendapatkan hasil interpretasi. Juga dengan mengetahui biological behaviuor
kita dapat memperkirakan eskresi suatu radiofarmaka
4. Aktifitas
tertentu (The specific activity)
Bagian radiofarmaka yang berperan memberikan foton yang penting untuk
pendeteksian. Sebab dalam suatu materi dapat ditemui bagian yang bersifat
non-radioaktif yang dapat merugikan.
5. Jenis
Instrument
Berbagai jenis peralatan kedokteran nuklir sengaja didesain hanya untuk
radioisotop yang memiliki energi tertentu.
9. 5 kategori deteksi radioisotop
1. Delution, absoption dan
excretion studies
Bila
penderita disuntikkan sejumlah radiofarmaka yang telah diketahui jumlahnya,
maka delution yang terjadi atau prosentase absorsi atau kapan dieskresi dapat
ditentukan melalui sampel darah, urin, feses dan lain-lain.
2.
Concentration studies
bila suatu radiofarmaka
diberikan pada seorang pasien kemudian diukur berapa persen yang ditangkap
suatu organ, misal Thyroid Up-take.
3.
Dinamic function study
Suatu radiofarmaka dipelajari saat mencapai atau meninggalkan suatu
organ. Misal, pada pemeriksaan cerebral blood flow, renogram.
4. Organ
system atau pool Visualization
Setalah
radiofarmaka dimasukkan ke dalam tubuh pasien maka distribusinya akan tersaji
dalam bentuk gambar. Misalnya pada pemeriksaan scanning otak, cardiac blood
pool, Bone scan.
5.
In vitro test
10. 2
macam gambaran yang diperoleh dari hasil scanning
1. Hot area, artinya daerah abnormal yang menunjukkan
kenaikan up take (distribusi yang berlebihan) radiofarmaka. Contoh ; bone
scanning dan brain scanning.
2. Pada keadaan dimana radiofarmaka diikat oleh organ
tubuh yang normal sehingga pada keadaan abnormal timbul penurunan aktivitas
atau cold area.
Contoh
: scanning liver, thyroid.
Sumber: #my note...bahan kuliah
No comments:
Post a Comment