MAKALAH TABLET
OLEH:
FATMA ZAHRA
1404045
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul TABLET”.
Adapun
makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatannya. Untuk itu,
tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatannya.
Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasa maupun dari segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca untuk
memberi saran dan kritik kepada sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga makalah yang berjudul “TABLET” dapat diambil
hikmah dan manfaatnya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Padang,
Agustus 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi farmasi berkembang dengan
pesat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan
dalam pemenuhan kesehatan.
Maka diperlukan lebih banyak lagi
studi teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan
didapatkan suatu produk yang lebih baik dan lebih efisien.
Tablet merupakan suatu sediaan
farmasetis yang sangat digemari oleh masyarakat
karena penggunaannya yang praktis. Beberapa keuntungan tablet antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah
cara pemakaiannya, 3) stabil dalam penyimpanan, 4) mudah dalam transportasi dan
5) dari segi ekonomi relatif murah dibanding dengan bentuk sediaan obat lainnya.
Tablet bisa digunakan untuk tujuan local
ataupun sistemik. Cara pembuatan tablet bisa dilakukan secara granulasi basah,
granulasi kering atau kempa langsung. Pada
umumnya dalam pembuatan
tablet terdapat zat
tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengikat, bahan
penghancur, dan bahan pelicin.
Tablet bisa digolongkan berdasarkan
metode pembuatan, distribusi obat dalam tubuh serta jenis bahan penyalut. Tablet
harus memenuhi persyaratan keseragaman ukuran, keseragaman bobot, memenuhi
waktu hancur, memenuhi isi keseragaman zat berkhasiat serta memenuhi waktu
larut. Dalam pembuatan tablet, juga terdapat berbagai macam kerusakan, seperti bending, sticking/piking, wishkering,
splitting/capping, molting dan
crumbling. Berdasarkan hal ini, maka pada makalah ini akan dibahas mengenai
tablet.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu tablet?
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui tentang tablet.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan
makalah ini adalah :
1. Bagi Penulis
mengetahui lebih dalam mengenai tablet dan sebagai bahan dalam tugas khusus ujian sarjana.
2. Bagi mahasiswa dan masyarakat
umumnya sebagai bahan bacaan dan penambah informasi mengenai tablet.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Pengertian
Tablet
Menurut
Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut
kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar
(Syamsuni, 2006).
2.2.Tujuan
Penggunaan Tablet
Tablet digunakan
baik untuk tujuan pengobatan local maupun sistemik (Anief, 2007)).
Pengobatan local misalnya:
1. Tablet
untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval. Digunakan sebagai antiinfeksi ,
antifungi, pengunaan hormon secara local.
2. Lozanges,
trochisci, digunakan untuk efek lokal dimulut
dan tenggorokan. Umumnya digunakan sebagai antiinfeksi.
Pengobatan untuk
mendapatkan efek sistemik , selain tablet biasa yang ditelan masuk perut
terdapat pula yang lain seperti:
1. Tablet
bukal, digunakan dengan cara memasukkan diantara pipi dan gusi dalam rongga
mulut , biasanya berisi hormone steroid, absorbsi terjadi melalui mokosa mulut
masuk peredaran darah.
2. Tablet
sublingual, digunakan dengan dimasukkan dibawah lidah , biasanya berisi hormone
steroid . absorbsi terjadi melalui mukosa masuk kepredaran darah. Tablet
nitroglycerinum juga merupakan tablet sublingual karena cepat memberi efek pada
jantung dan bila melalui lambung akan
rusak.
3. Tablet
implantasi, berupa pellet, bulat, oval atau pipih, steril dimasukkan secara
implantasi kedalam kulit badan. Sedangkan tablet hipodermik dilarutkn dalam air
steril untuk injeksi untuk disuntikkan dibawah kulit.
2.3.Komponen
Tablet
1.
Zat aktif
2.
Zat pengisi (diluent)
Dimaksudkan untuk memperbesar
volume tablet. Biasanya digunakan saccarum
lactis, amylum manihot, calcii phosphas, calcii carbonas dan zat lain yang
cocok.
3.
Zat pengikat (binder)
Dimaksudkan agar tablet tidak retak
atau pecah, dan dapat merekat. Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici 10-20%, solution methykcellulosa 5%.
4.
Zat penghancur (desintegran)
Dimaksudkan agar tablet dapat
hancur dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering, gelatinum, agar-agar, dan natrium alginate.
5.
Zat pelicin (lubricant)
Dimaksudkan agar tablet tidak lekat
pada cetakan. Biasanya digunakan talcum
5%, magnesia stearate, acidum stearicum.
6.
Gliadan
Adalah bahan yang dapat
meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa
langsung tanpa proses granulasi, misalnya silica
pirogenik koloidal.
7.
Bahan pewarna dan lak ditambahkan
untuk meningkatkan nilai estetika atau untuk memberi identitas produk.
2.4.
Cara Pembuatan Tablet
Dalam pembuatan
tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelicin dibuat granul
(butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan
baik, maka dibuat granul agar lebih mudah mengalir mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2007).
Pembuatan tablet
dibagi menjadi tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering (menggunakan
mesin rol atau mesin slug), dan kempa
langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.
1. Granulasi
basah
Zat berkhasiat, pengisi dan
penghacur dicmpur dengan baik dan homogeny, lalu dibasahi dengan bahan
pengikat, dan ditambah bahan pewarna bila perlu. Setelah itu campuran diayak
menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50Oc. Setelah
kering, campuran diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan, kemudian ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet
dengan mesin tablet.
2. Granulasi
kering
Granulasi ini dilakukan dengan cara
mencampurkan zat berkhasiat , pengisi dan penghancur dan ditambahkan dengan zat
pengikat dan pelicin bila perlu agar menjadi serbuk yang homogeny. Setelah itu
massa serbuk dikempa pada tekanan tinggi menjadi tablet besar (slug) yang belum memiliki bentuk yang
baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan. akhirnya granul dikempa kembali dan dicetak sesuai
dengan ukuran tablet yang diinginkan. Keuntungan cara ini adalah tdak
diperlukannya panas dan kelembapan dalam proses granulasi.
3. Cetak
atau kempa langsung
Pembuatan
tablet dengan cara cetak atau kempa langsung dilakukan apabila:
a. Jumlah
zat berkhasiat per tablet cukup untuk dicetak.
b. Zat
berkhasiatnya dapat mengalir bebas dengan baik
c. Zat
berkhasiatnya berbentuk Kristal yang dapat mengalir bebas, misalnya tablet
heksamin, tablet NaCl dan tablet KmNO4.
2.5.
Penggolongan Tablet
2.5.1.
Berdasarkan
Metode Pembuatan
1. Tablet
Cetak
Tablet ini dibuat dari bahan obat
dan bahan pengisi yang umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam
berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi.
Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam system
pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab
ditekan dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan , kemudian dikeluarkan dan
dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga harus hati-hati dalam
pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan Kristal
yang terbentuk selama proses pengeringan, selanjutnya dan tidak tergantung pada
kekuatan tekanan yang diberikan.
Contoh:
a. Tablet
triturate, merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris
, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
b. Tablet
hipodemik, adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau
melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum
digunakan untuk injeksi hipdermik.
2. Tablet
kempa
Tablet ini dubuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul yang menggunakan cetakan baja. Umumnya
tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran dan lubrikan , dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak yang
diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.
Contoh:
a. Tablet
triturate digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
b. Tablet
sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral, atau
jika diperlukan ketersediaan obat yag cepat seperi halnya nitrogliserin.
c. Tablet
bukal, digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi sehingga
zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
d. Tablet
effervescent yang larut dibuat dengan
cara dikempa , selain zat aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat,
asam tatrat) dan natrium bikarbonat yang jika dilarutkan didalam air akan
menghasilkan karbon dioksida, disimpan dalam wadah tertutup rapat atau dalam
kemasan yang tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung ditelan.
e. Tablet
kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah yang meninggalkan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut. Tablet ini diformulasi untuk anak-anak, terutama formulasi
multivitamin, antasida, dan atibiotik tertentu. Pembuatannya adalah dengan cara
dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan
pengikat dan pengisi, serta mengandung bahan pewarna dan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa.
2.5.2.
Berdasarkan
Distribusi Obat Dalam Tubuh
1. Bekerja
local
Tablet dihisap untuk pengobatan
pada rongga mulut. Ovula atau tablet vaginal untuk pengobatan infeksi di
vagina.
2. Bekerja
sistemik; peroral
Tablet yang bekerja sistemik dapat
dibedakan menjadi:
a. Yang
bekerja short acting, dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet.
b. Yang
bekerja long acting, dalam satu hari cukup menelan satu tablet.
2.5.3.
Berdasarkan
Jenis Bahan Penyalut
Penyalutan tablet bertujuan untuk
melindungi zat aktif dari udara, kelembapan atau cahaya; menutupi rasa atau bau
yang tidak enak; membuat penampilan ebih baik,; dan mengatur tempat pelepasan
obat dalam saluran cerna.
1. Tablet
salut biasa atau salut gula (dragee)
Adalah tablet kempa yang disalut
dengan beberapa lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Lapisan gula berasal
dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut, seperti pati,
kalsium karbonat, talk, atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom
akasia atau gelatin.
Kelemahan salut gula adalah lamanya
waktu penyalutan, dan perlunya penyalut yang tahan air. Hal ini akan
memperlambat disolusi dan memperbesar bobot tablet.
Tahapan
pembuatan salut gula adalah:
a. Penyalutan
dasar (subcoating)
Apabila tablet yang mngandung zat higroskopis,
gunakan lebih dahulu salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating
syrup tidak masuk kedalam tablet. Beberapa contoh bahan penyalut dasar yaitu:
-
Sirup salut dasar (subcoating syrup),
terdiri dari acasia 2,25%, Gelatin 2,25%, sakarosa 57,25%, aquadest 38,25%.
-
Serbuk salut dasar (subcoating powder),
terdiri dari kalsium kabonat 35%, kaolin 16%, talk 25%, sakarosa 20%, dan
acasia 4%.
-
Salut penutup (sealing coat), terdiri
dari shellac 40% dan aquadest 40%.
b. Melicinkan
(smoothing)
Merupakan proses pembasahan berganti-ganti dengan
sirup pelicin dan pengeringan dari salut
dasar tablet menjadi bulat dan licin. Syrup pelicin terdiri dari sakarosa 60%
dan auadest 40%.
c. Pewarnaan
(coloring)
Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicamppur
pada sirup pelicin.
d. Penyelesaian
(finishing)
Merupakan proses pengeringan salut sirup yang
terakhir dengan cara pelan-pelan dan terkontrol. Panic penyalut diputar
perlahan-lahan dengan tangan hingga terbentuk hasil akhir yang licin.
e. Pengilapan
(polishing)
Tahap ini merupakan tahap akhir dengan menggunakan
lapis tipis malam yang licin. Sebagai campuran lilin digunakan campuran
pengilapan (polishing mixture) yang
telah dilarutkan delam petroleum bensin. Isinya adalah bees wax 90% dan canauba
wax 10%.
2. Tablet
salut selaput (film-coated tablet)
Merupakan tablet kempa yang disalut dengan salut
tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur
cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. Disalut
dengan hidroksi propil metil selulosa,
metil selulosa, hidroksi propil selulosa, Na-CMC, dan campuran selulosa asetat ftalat dengan PEG yang
tidak mengandung air atau mengandung air.
3. Tablet
salut kempa
Merupakan tablet yang disalut secara kempa cetak
dengan massa granulat yang terdiri atas laktosa, kalsium fosfat, dan zat lain
yang cocok. Mula-mula dibuat tablet inti, kemudian dicetak lagi bersama
granulat kelompok lain sehingga terbentuk tablet berlapis (multi layer tablet). Tablet ini sering di gunakan untuk pengobatan
secara repeat action.
4. Tablet
salut enteric (enteric-coated tablet)
atau lepas tunda.
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan
lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enteric yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
5. Tablet
lepas lambat (sustained release).
Efek dipepanjang dan efek pengulangan , dan lepas
lambat dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan.
2.6.Persyaratan
Tablet (FI Edisi III)
1. Memenuhi
keseragaman ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari satu sepertiga kali tebal tablet.
2. Keseragaman
bobot
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut.
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-rata
yang ditetapkan kolom B.
3. Memenuhi
waktu hancur
a. Mnentukan
waktu hancur tablet tidak bersalut
1. Keadaan
alat
Berupa tabung gelas panjang 80 mm-
100 mm, diameter kira-kira 28 mm, diameter luar 31 mm, ujung bawah dilengkapi
kasa kawat tahan karat , lubang sesuai pengayak nomor 4 berbentuk keranjang.
Keranjang disisipkan searah
ditengah-tengah tabung kaca , diameter 45 mm dicelupkan kedalam air suhu 36-38o
kira-kira 1000 ml, sedalam tidak kurag 15 cm dan dapat dinaik turunkan dengan
teratur. Kedudukan kawat kasa pada posisi tetinggi tepat diatas permungkaan air
dan kedudukan terendah mulut keranjang tepat dipermungkaan air.
2. Cara
kerja
Caranya, Masukkan 5 tablet dalam
keranjang, naik turunkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet
dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal pada kasa
kecuali fragmen penyalut. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet
lebih dari 15 menit. Untuk tablet yang tidak bersalut dan tidak lebih dari 60
menit untuk bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tidak memenuhi syarat,
pengujian diulang dengan menggunakan tablet satu persatu, kemudian diulangi
lagi menggunkaan 5 tablet dengan cakram tertentu dan tablet harus memenuhi
syarat diatas.
b. Menentukan
waktu hancur tablet enteric
1. Keadaan
alat
Pengujian
dilakukan dengan menggunakan alat dan cara seperti pada penentuan waktu hancur
tablet tidak bersalut enteric. Hanya air diganti kira-kira 250 ml asam klorida
0,06 N, pengujian selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut,
keranjang diangkat dan tabet segera dicuci dengan air.
Larutan
asam lalu diganti dengan lartan dapar ph 6,8 dan suhu diatur antara 36-38O
dan keranjang dicelupkan kedalam larutan tersebut dan pengujian dilanjutkan
selama 60 mni. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet diatas kasa
kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak
memenuhi syarat, pengujian diulang dengan menggunakan 5 tablet dengan cakram.
Penentuan dan pengujian tablet harus memenuhi syarat.
4. Memenuhi
keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi
waktu larut (dissolution test)
Sebelumnya
tablet harus diuji mengenai kekerasan tablet dengan alat hardness tester dan
juga kerapuhan tablet dengan menggunakan friability tester.
Pada proses
pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 50 putaran per menit dan
waktu yang digunakan adalah 4 menit, Jadi total ada 200 putaran. Umumnya tablet
yang bobotnya lebih dari 650 mg per tablet dibutuhkan sekitar 10 tablet untuk
pengujian keregasan. Kehilangan berat atau bobot tablet maksimum yang memenuhi
syarat tidak lebih atau sama dengan 1%. (Lieberman, 1990)
2.7.Macam-Macam
Kerusakan Pada Pembuatan Tablet
1. Binding,
merupakan kerusakan tablet akibat massa yang akan dicetak melekat pada dinding
ruang cetakan.
2. Sticking/picking,
merupakan perlekatan yang terjadi pada punch
atas dan bawah karena tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicinnyaa
kurang atau massanya basah.
3. Whisskering,
terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan sehingga terjadi
pelelehan zat aktif saat percetakan pada tekanan tinggi . akibatnya, pada
penyimpanan dalam botol-botol , sisi-sisi tablet yang berlebih akan lepas dan
menghasilkan bubuk.
4. Splitting/capping. Splitting merupakan lepasnya
lapisan tipis dari permungkaan table, terutama pada bagian tengah. Capping adalah membelahnya tablet
dibagian atas, penyebabnya yaitu:
a. Kurangnya
daya pengikat dalam masa tablet
b. Massa
tablet terlalu banyak fine atau terlalu banyak mengandung udara sehingga udara
akan keluar setelah dicetak.
c. Tenaga
yang diberikan pada percetakan tablt terlalu besar sehingga udara yang berada
diatas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d. Formulanya
tidak sesuai.
e. Die
dan punch tidak rata.
5. Molting,
terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permungkaan tablet.
6. Crumbling,
tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurangnya tekanan pada pencetakan tablet dan kurangnya zat pengikat.
2.8.
Penyimpanan Tablet
Penyimpanan tablet dilakukan dalam
dah tertutup rapat, ditempat yang sejuk dan terlindung cahay. Wadah yang
digunakan harus diberi etiket, dalam etiket wadah atau kemasan tablet harus
disebutkan :
1. Nama
tablet atau nama zat berkhasiat
2. Jumlah
zat atau zat-zat berkhasiat dalam tiap tablet.
2.9. Keuntungan dan Kerugian Tablet
Menurut Lachman, keuntungan dan
kerugian tablet adalah sebagai berikut:
1. Keuntungan
a. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketetapan ukuran serta variabilitas kandungan paling
rendah.
b. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling rendah maksudnya
tahan terhadap gangguan dan guncangan dan mudah dibawa kemana-mana.
c. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang angka pembuatannya paling rendah maksudnya angka
murah karena tablet dibuat dan dicetak secara besar-besaran dan menyimpan tidak
khusus.
d. Tablet
merupakan sedian oral yang paling murah dan dikemas serta dikirim.
e. Pemberian
tanda pengenal pada produk tablet paling mudah dan murah tiddak memerlukan
langkah pakerja tambahan bila menggunakan bentuk dan cetakan yang bermonografi
atau hiasan timbul
f. Tablet
paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkina n tertinggal di tenggorokan,
terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera
terjadi.
g. Tablet
bisa dijadikaan produk dengan profil pengelepasan khusus seperti pengelepasan
diusus,atau produk lepas lambat.
h. Tablet
meerupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia mekanik
dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral
yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
2. Kerugian
a. Beberapa
obat tidak dapat di kempa menjadi padat dan kompak tergantung pada keadaan
amorfnya,produksi atau rendahnya berat jenis.
b. Obat
yang sukar dibasahkan, lambat melarut dosisnya cukupan tinggi, absorbsinya
optimum tinggi melalui saluran cerna atau kombinasi dan sifat di atas, akan
sukar atau tidak mungkin diformulasi atau dipabrikasi dalam bentuk tablet yang
masih menghasilkan bicovabilitas obat cukup.
c. Obat
yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak atau obat yang peka terhadap
oksigen atau kelembaban perlu pengkapsulan dengan penyelubungan dulu sebelum
dikempa ( bila mungkian ) atau memerlukan penyaluran dulu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet digunakan baik
untuk tujuan pengobatan local maupun sistemik. Komponen tablet berupa zat
aktif, bahan pengisi , pengikat, penghancur, pelicin, glidan, serta bahan
pewarna dan lak. Cara pembuatan tablet bisa dilakukan secara granulasi basah,
granulasi kering atau kempa langsung Tablet bisa digolongkan berdasarkan metode
pembuatan, distribusi obat dalam tubuh serta jenis bahan penyalut. Tablet harus
memenuhi persyaratan keseragaman ukuran, keseragaman bobot, memenuhi waktu
hancur, memenuhi isi keseragaman zat berkhasiat serta memenuhi waktu larut.
Dalam pembuatan tablet, juga terdapat berbagai macam kerusakan, seperti bending, sticking/piking, wishkering,
splitting/capping, molting dan
crumbling.
3.2.
Saran
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan untuk penulisan makalah
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M. 2007. Ilmu
Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Depkes. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Lachman, L., A.
L. Herbert, & L. K. Joseph. 1994. Teori
dan Praktek Farmasi Industri. Diterjemahkan oleh: Siti Suyatmi. Universitas
Indonesis Press. Jakarta
Syamsuni, 2006,
Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi,
Penerbit Buku. Kedokteran EGC, Jakarta.
No comments:
Post a Comment