BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sistem pengetahuan manusia
yang sudah begitu maju, ternyata masih mempunyai batas kemampuan. Ilmu
pengetahuan modern yang nampak begitu canggih, sering kali terbatas pula,
karena masih banyak rahasia alam yang belum dapat diketahui. Diantara kemudahan
yang telah diciptakan masih terdapat celah-celah yang tidak mampu dijangkau dengan
akal sehat manusia, seperti itulah keterbatasan manusia di dalam menjalani
kehidupan (Koentjaraningrat,1986).
Menurut
(Alessandro,1997) kesehatan merupakan
kebututuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit
yang
diderita
manusia untuk melakukan pengobatan dan penyembuhan. Sumber pengobatan didunia
mencakup 3 sektor yang saling terkait yaitu : pengobatan rumah tangga atau
pengobatan sendiri, pengobatan tradisonal dan pengobatan medis yang dilakukan
oleh perawat, dokter di pukesmas atau rumah sakit. Pengobatan
tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dan sangat potensial untuk dikembangkan. Pemerintah secara formal
sudah memberikan perhatian yang seksama terhadap muncul dan berkembangnya
pengobatan tradisonal ini. Pengobatan tradisional dalam Undang-Undang RI No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan Pasal 1 butir 16 mengatakan bahwa pelayanan kesehatan
tradisional adalah pengobatan atau perawatan dan mengacu pada pegalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Kepercayaan masyarakat Sumatera
Barat terhadap hal-hal yang diluar akal sehat sebenarnya telah ada
sejak dahulu. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan tradisi lama dalam
system pengobatan tradisional. Meskipun dunia kedokteran sudah sangat maju,
namun beberapa masyarakat masih mempercayakan pengobatan atas penyakitnya
kepada seorang dukun.
Dukun adalah seorang
yang dikenal oleh masyakarat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, dimana
dukun sebagai penyelenggara dalam upaya penyembuhan seseorang dari penyakitnya.
Pada masyarakat Sumatera Barat, orang yang mengobati
berbagai jenis penyakit “janggal” atau penyakit yang gejalanya sulit dijelaskan
dengan akal sehat adalah orang yang sudah tua dari segi umurnya dan memiliki
kemampuan khusus. Umumnya masyarakat kota masih mempercayai
pengobatan tradisional karena adanya ketakutan dari dalam diri masyarakat
terhadap vonis dokter akan penyakitnya. Hal ini tidak dilakukan oleh seorang
dukun terhadap pasiennya, ia cenderung merahasiakan jenis penyakit seseorang
dan lebih menjelaskan terhadap bahan-bahan obat tradisional yang harus
disediakan untuk mengobati penyakitnya itu (Iryona, 2007).
Dari latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk mengetahui pengobatan tradisional yang ada di Sumatera
Barat.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang diatas dapat dirumuskan :
1. Apa
yang dimaksud dengan pengobatan tradisional Sumatera
Barat ?
2. Apa
saja jenis-jenis pengobatan tradisional yang ada di Sumatera Barat ?
1.3
Tujuan
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pengobatan
tradisional Sumatera Barat
dan jenis-jenis pengobatan tradisional yang ada di Sumatera Barat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengobatan Tradisional Sumatera Barat
Menurut Susenas 2001 yaitu sekitar 22%
masyarakat di Sumatra Barat melakukan pengobatan tradisional dari 9.972
penduduk yang mengeluh sakit. Menurut
(Danang dkk,2013) pengobatan tradisional
Sumatera Barat dituangkan dalam
bentuk naskah-naskah Minangkabau, hal ini terlihat dari
teks pengobatan tradisional yang
ditemukan pada naskah-naskah koreksi surau Parak Laweh, Pariangan, Kab.Tanah Datar. Dari 33
naskah koleksi surau tersebut, yang
telah dideskripsikan dan
didigitalkan oleh Zuriati (2018) ditemukan dalam 8 naskah diantaranya
mengandung teks pengobatan tradisional.
Dari jenis teksnya, kebanyakan naskah yang terdata dari berbagai
penelitian di atas, memuat teks keislaman, kemudian berturut-turut dengan
jumlah yang lebih sedikit naskah-naskah jenis surat, adat dan undang-undang
Minangkabau, kesusastraan, perobatan tradisional, mantra dan azimat. Setidaknya
ada dua hal yang menyebabkan dominannya teks-teks keislaman dalam naskah-naskah Minangkabau. Pertama, hampir seluruh naskah-naskah kuno
Minangkabau disalin dan ditulis di surau-surau tarekat yang tersebar di
Sumatera Barat. dengan kata lain, surau-surau tersebut merupakan scriptorium
naskah-naskah kuno Minangkabau. Kedua, sangat dimungkinkan karena dominasi
Islam di Minangkabau cukup signifikan.
Para syaikh atau ulama tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan saja, tetapi juga juga berperan dalam masalah sosial.
Berbeda dengan naskah-naskah Nusantara lainnya, sampai saat ini
belum ditemukan teks pengobatan tradisional utuh dalam satu naskah Minangkabau.
Biasanya, teks pengobatan tradisional tidak terpisahkan dengan teks azimat dan
mantra. Hal ini karena kedua teks terakhir ini kebanyakan juga digunakan untuk
pengobatan. Mantra atau disebut dengan manto dalam bahasa Minangkabau
misalnya, sampai hari ini masih dikenal luas di tengah masyarakatnya. Kata manto
mengacu pada dua pengertian, yang pertama kata manto mengacu pada
bahan ramuan yang digunakan untuk mengobati seseorang, seperti dedaunan, air,
akar-akaran dan lain-lain. Pengertian kedua, kata manto mengacu pada
sesuatu yang dibacakan oleh seseorang (dukun).
Di samping itu, teks pengobatan tradisional itu biasanya juga
terdapat dalam satu naskah yang mengandung teks-teks yang lain, seperti teks
keislaman, sejarah dan adat. Dengan menggunakan naskah-naskah Minangkabau yang
terdapat di Sumatera Barat, baik koleksi perpustakaan dan museum, maupun
koleksi masyarakat secara pribadi sebagai naskah penelitian, dalam makalh ini
selanjutnya akan dideskripsikan naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks
pengobatan tradisional, termasuk bahasa yang digunakan dalam penulisannya. Di
samping itu, juga akan dideskripsikan berbagai macam pengobatan tradisional
yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut.
Pada tahap awal, untuk mengetahui naskah-naskah Minangkabau yang
memuat teks pengobatan tradisional, dilakukan inventarisasi naskah melalui
penelusuran katalogus dan daftar naskah yang telah disusun oleh beberapa
peneliti seperti berikut ini.
1.
M. Yusuf [Peny.] (2006), Katalogus Manuskrip dan Skriptorium
Minangkabau yang diterbitkan oleh Centre for Documentation and
Area-Transcultural Studies, Tokyo University of Foreign Studies di Tokyo.
2.
M. Yusuf, Andriana Yohan & Fitria Dewi (2008), laporan
penelitian Balai Bahasa Padang dengan judul “Penelusuran Naskah di Kota
Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung”.
3.
Zuriati (2008), laporan penelitian untuk Programme Endangered,
British Library, London, dengan judul “The Digitisation of Minangkabau’s
Manuscript Collections in Suraus”.
4.
Yusri Akhimuddin, Andriana Yohan & Fitria Dewi (2009), laporan
penelitian Balai Bahasa Padang dengan judul “Penelusuran dan Deskripsi
Naskah-naskah Koleksi Pribadi di Kabupaten Dharmasraya”.
5.
Yusri Akhimuddin (2007), laporan penelitian mandiri dengan judul “Pemetaan
Naskah-naskah Keagamaan di Padang Pariaman”.
6.
Pramono (2009), laporan penelitian Hibah Strategis Nasional dengn
judul “Inventarisasi, Katalogisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Kuno Melayu
dan Upaya Penyelamatannya di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau”.
7.
Irina Katkova & Pramono (2009), laporan penelitian untuk Programme
Endangered, British Library, London, dengan judul “Endangered Manuscripts
of Western Sumatra: Collections of Sufi Brotherhoods”.
8.
Irina Katkova & Pramono (2011), laporan penelitian untuk Programme
Endangered, British Library, London, dengan judul “Endangered manuscripts
of Western Sumatra and the province of Jambi. Collections of Sufi
brotherhoods”.
9.
Tim Peneliti Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat
(BPKSB) (2011), laporan kegiatan “Alih Media Naskah Kuno Wilayah Kabupaten
WACANA ETNIK Vol. 4 No.2 - 137 Pengobatan Tradisional Dharmasraya”.
10. Yumi Sugahara dkk.,
(2011), laporan tahun I penelitian kerja sama penyelamatan naskah-naskah di
Sumatera Barat sampai 2014 dengan Tokyo University and Foreign Studies (TUFS)
supported by Japanese Society for the Promotion of Science (JSPS).
11. KAKENHI
(Grants-in-Aid for Scientific Research), Grant Number 23402006, dengan judul
“Inventarisasi, Katalogisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Koleksi Masyarakat
di Sijunjung.”
Selain mendeskripsikan naskah dari berbagai koleksi naskah yang
tersebar di Sumatera Barat, sebagian penelitian di atas juga membuat digital
naskah. Dari inventarisasi naskah yang dilakukan, ditemukan 27 naskah Minangkabau
yang di dalamnya terkandung teks pengobatan tradisional. Adapun daftar
naskah-naskah tersebut akan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persebaran Naskah-Naskah Minangkabau yang Mengandung Teks
Pengobatan Tradisional.
No
|
Katalogus & Daftar Naskah
|
Nomor Naskah
|
Judul Naskah
|
Kode Naskah
|
||||
1
|
M. Yusuf [peny.] (2006)
|
MM.08.Matur.08
|
Kitab Perobatan
|
(A1)
|
||||
MM.08.Museum.32
|
Kitab Azimat
|
(A2)
|
||||||
2
|
Zuriati, dkk. (2008)
|
EAP144_DMMCS_P_03
|
Azimat
|
(B1)
|
||||
EAP144_DMMCS_P_17
|
[Tarekat, Pengobatan dll.]
|
(B2)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_18
|
[Fiqih, Mantra dll.]
|
(B3)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_20
|
[Nazam, Mantra dll.]
|
(B4)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_27
|
[Tarekat, Mantra dll.]
|
(B5)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_28
|
[Doa, Mantra dll.]
|
(B6)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_31
|
[Tasawuf, Mantra dll.]
|
(B7)
|
||||||
EAP144_DMMCS_P_33
|
[Tasawuf, Mantra dll.]
|
(B8)
|
||||||
EAP144_DMMCS_MALS_29
|
[Asraru al-Shalat, Mantra dll.]
|
(C1)
|
||||||
EAP144_DMMCS_MALS_31
|
[Fiqih, Azimat dll.]
|
(C2)
|
||||||
EAP144_DMMCS_MNPR_69
|
[Tasawuf, Mantra dll.]
|
(C3)
|
||||||
3
|
Pramono (2009)
|
P H S N _ I K D N _ DIPAUNAND_2009_NKM_SB_
KP_Z_Tasauf dll.
|
[Tasawuf, Pengobatan dll.]
|
(D)
|
||||
4
|
BPKSB (2011)
|
BPKSB_AMN_2009_D_07
|
[Fiqih, Pengobatan dll.]
|
(E)
|
||||
5
|
Irina Katkova & Pramono (2011)
|
EAP352_ EMWSPJCSB_SS_5
|
[Tasawuf, Pengobatan dll.]
|
(F1)
|
||||
EAP352_ EMWSPJCSB_SS_6
|
[Fiqih, Pengobatan dll.]
|
(F2)
|
||||||
6
|
CL_SJJ_2011_19
|
[Kumpulan Doa dan Zikir]
|
(G1)
|
|||||
CL_SJJ_2011_26
|
[Fiqih, Mujarobat dll.]
|
(G2)
|
||||||
CL_SJJ_2011_38
|
[Tasawuf, Mujarobat dll.]
|
(G3)
|
||||||
CL_SJJ_2011_42
|
[Doa, Azimat dll.]
|
(G4)
|
||||||
CL_SJJ_2011_45
|
[Fiqih, Rajah dll.]
|
(G5)
|
||||||
CL_SJJ_2011_60
|
[Tasawuf, Mantra dll.]
|
(G6)
|
||||||
CL_SJJ_2011_65
|
[Kumpulan Doa, Mantra dll.]
|
(G7)
|
||||||
CL_SJJ_2011_68
|
[Fiqih, Mujarobat dll]
|
(G8)
|
||||||
CL_SJJ_2011_76
|
[Doa dan Mujarobat]
|
(G9)
|
||||||
CL_SJJ_2011_99
|
[Tasawuf, Azimat dll]
|
(G10)
|
||||||
Dari pembacaan terhadap naskah-naskah yang mengandung teks
pengobatan tradisional di atas, secara keseluruhan aspek kebahasaan memiliki
kecenderungan yang berbeda dengan naskah-naskah Minangkabau pada umumnya.
Naskah-naskah di atas semuanya ditulis dengan menggunakan bahasa Minangkabau.
Kondisi ini berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk teks lainnya dalam satu
naskah yang juga terdapat teks pengobatan. Jika teks lain ditulis dengan
menggunakan bahasa Melayu, maka untuk teks pengobatan (termasuk mantra)
cenderung ditulis dengan menggunakan bahasa Minangkabau.
Dilihat dari segi kebahasaan tersebut tampak bahwa teks pengobatan
tradisional Minangkabau masih memperlihatkan ketradisionalannya. Selain itu,
mudah ditafsirkan karena teks mantra dan pengobatan tradisional di Minangkabau
ditulis dengan menggunakan bahasa lokal (Minangkabau). Pada hakikatnya
pengetahuan pengobatan tradisional adalah lisan bukan tertulis. Adapun ditulis
dimaksudkan untuk mengingatnya, untuk diajarkan kepada orang lain. Oleh karena
itu, penulisan pengobatan tradisional, khususnya dalam penulisan mantra
haruslah mempertahankan bunyi bahasa aslinya, agar kekuatan gaibnya tetap
terjaga.
Selain menggunakan bahasa Minangkabau, teks mantra pengobatan yang
ditemukan dalam naskah-naskah di atas juga ditandai dengan pemakaian frase yang
bercirikan Islam. Ciri keislaman terdapat pada pemakaian kata sapaan atau
frase, seperti bismillahirrahmanirrahim, Allah, malaikat, Nabi Muhammad,
dan ayat-ayat Alquran. Hal ini menandakan bahwa dalam perkembangannya terjadi
peleburan antara mantra dengan unsur-unsur Islam di Minangkabau.
Sebagaimana disebutkan dalam bagian awal tulisan ini bahwa teks
pengobatan tradisional biasanya terdapat di dalam naskah yang juga memuat
teks-teks lain, seperti teks keislaman. Naskah-naskah tersebut ditulis di
surau-surau tarekat. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa para buya, ulama
dan atau syeikh di suatu surau tarekat selain memiliki pengetahuan keislaman
juga mengerti tentang dunia pengobatan. Selain itu, teks pengobatan tradisional
yang ditulis atau disalin sesungguhnya ada kaitannya dengan paham keagamaan.
Oleh karena itu, wajar kiranya hingga hari ini masyarakat Minangkabau masih
memiliki kepercayaan terhadap para syekh tertentu dan di surau tertentu untuk dimintai obat.
2.2 Jenis-Jenis Pengobatan Tradisonal di Sumatera Barat
Dari transliterasi dan terjemahan yang dilakukan terhadap
naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks pengobatan tradisional di atas,
peneliti dapat mengelompokkan sistem pengobatan sebagai berikut: (1) pengobatan
dengan ramuan saja; (2) pengobatan dengan mantra dan atau doa saja; (3)
pengobatan dengan ramuan dan mantra; dan (4) pengobatan dengan menggunakan
azimat. Masing-masing jenis pengobatan tersebut diuraiakan sebagai berikut :
2.2.1 Pengobatan dengan
Ramuan saja
Ada beberapa jenis obat yang
selalu disebut dan digunakan sebagai ramuan untuk pengobatan yang ditemukan
dalam naskah-naskah penelitian, yakni sitawa, sidingin, cikumpai,
cikarau, bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe dan limau kapas.
Pengobatan yang menggunakan ramuan saja biasanya untuk mengobati penyakit
biasa, seperti sakit demam, sakit perut, sesak nafas, ambeyen dan lain-lain. Tetapi, untuk jenis pengobatan dengan menggunakan ramuan obat saja
sangat sedikit ditemukan dalam naskah-naskah penelitian.
-
Panas dalam
Daun kacang tujuh
helai, daun lansano, tomat, telur ayam, gula batu, diremas, diaduk,
diminum.
-
Sakit perut
Daun sicerek, jahe, remas dengan
air hangat, minumkan. Ampasnya tempelkan di perut. Jika perut melilit-lilit
rendam ampasnya dengan air hangat dan minumkan.
-
Sakit perut
Bawang putih dan bawang merah, tumbuk
dan aduk dengan mintah tanah dan minyak goreng, urutkan pada perut dan betis.
-
Perut melilit
Akar salayo, akar putri malu,
direndam dengan air panas menggelegak, setelah dingin minum.
-
Perut mangareok
Ramuannya daun kuciang jo supadan,
ditumbuk, rendam dengan air hangat, diminum dan ampasnya ditempelkan ke perut.
-
Ambeyen
Akar putri malu, gula merah, direbus, diminum.
-
Sesak nafas
Asam sundai (jeruk purut yang besar), kelapa, kunyit, direbus,
diminum.
-
Sakit perut, kepala, sendi-sendi dan betis
Obatnya daging
kambing putih atau hitam atau belang atau ayam kurik, disembelih, direndang
dengan minyak kelapa, dagingnya dimakan tanpa garam, minyak diusapkan ke
tubuh.
2.2.2
Pengobatan dengan Mantra dan atau Do’a saja
Teks pengobatan yang hanya dengan menggunakan mantra dan doa saja
merupakan teks yang paling banyak yang terkandung dalam naskah-naskah
penelitian. Fakta ini menjadi penting untuk menjelaskan konteks budaya dari
teks tersebut, utamanya dengan perspektif etnomedisin. Dalam penyajiannya
sengaja dihadirkan teks asli (dalam bahasa Minangkabau) dan terjemahannya. Hal
ini dimaksudkan untuk memberi penegasan bahwa penggunaan bahasa dalam penulisan
mantra-mantra dalam naskah-naskah Minangkabau tidak menggunakan bahasa Melayu,
tetapi dengan bahasa Minangkabau. Berikut ini beberapa (sebagian) mantra
pengobatan yang terkandung di dalam naskah-naskah penelitian.
-
Mantra obat
bisa (racun)
Mantra ubek biso. Bismillahirrahmanirrahim, birah itam kaladi
itam, tumbuah di ujuang bumi, manggigik si buyuang itam, bisonyo alah den
turuni.
-
Mantra
penawar upas atau racun
Bismillahirrahmanirrahim. ’An kata Allah, Inna kata Muhammad, Maa
sariiq kata Tuhan, laa ilaaha illallah engkau tiada melupakan aku, aku tiada
melupakan engkau aku memandang engkau di dalam upas dan racun di dalam alam
’ian tsabitah nyatakan dia engkau di dalam alam ’ian. Kharajah mati, ali mati,
aku tak mati ali tidak mati aku memakai garak raya asal mula jadi di dalam diri
aku menggarap insan karena Muhammad menggarap Muhammad karena Allah laa ilaha
illallah Muhammadarrasulullah.
-
Mantra obat
biriang
Bismillahirrahmanirrahim. Wadi diair janiah, talatak ditanah jati,
tubuahnyo janiah, asalnyo putiah, badiri sandirinyo. Wadi di tanah basa,
talatak di dalam sarugo, turunlah aia zamzam kala kautsar dalam batang tubuah
sianu, Takuciak, ta langkanglah angkau dalam diri, batang tubuah sianu,
pahabiskan sakalian biso biriang, panarohok dibatang tubuah si anu, karano aku
tahu di mulo asal angkau jadi, air maruyah asal engkau jadi, tahulah angkau
dibatang tubuah sianu, tahu Allah, tahu Muhammad, tahu bagindo Rasulullah, nan
tajam patapan nan biso tawa, Bismillahis Syafi, Bismillahil Ma’afi nan tajam
panapan nan/ biso tawa nan hangek dingin, tajam do’aku dari pado kando Ya
Rahman di Allah, rajo Sulaiman, luas di Allah, dihapuskan Allah, dihabiskan
Allah, dihabiskan Muhammad, sekalian biriang, dihab rajah panah biso, dibatang
tubuah sianu, berkat kebenaran do’a rajo sulaiman, tawa Allah, tawa Muhammad,
tawa Bagiondo Rasulullah Kabul berakat Laa Ilaha Illallah”.
2.2.3
Pengobatan
dengan Ramuan dan Mantra
Teks pengobatan jenis ini di dalam
naskah-naskah penelitian dengan urutan mantra dahulu baru ramuan atau obatnya.
Munculnya jenis pengobatan inipun penting dijelaskan konteks budaya melalui
pendekatan etnomedisin. Artinya, pengobatan jenis ini menganggap bahwa suatu
penyakit tidak hanya disebabkan faktor fisikal saja, tetapi juga disebabkan
karena pengaruh gaib. Berikut ini merupakan beberapa contoh jenis pengobatan
yang menggunakan ramuan dan mantra yang ditemukan dari naskah-naskah
penelitian.
-
Sakit kepala
Bismillahirrahmanirrahim. Inilah do’a (atau tawa) untuk sakik
kapalo. Bismillahirrahmanirrahim tangkis daripado ilak, aku tahu diasal engkau,
dari darah hitam diasal engaku, jadi tempat engkau di sulbi. Kembalilah engkau
ke tempat engkau. Jangan engaku berbalik-balik, baduto kepada aku, kalau engkau
berbalik-nbalik, berduto-duto kepada aku, engaku /5/ disumpahi Allah, disumpahi
Muhammad, disumpahi Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illallah. Berkat
Muhammad Rasulullah. Cara dan
ramuannyo: ambil kelopak pisang, lidi, ditulis ini: Wala tahlaqu
rusakmarhati yabiakhi ahaddi wanjagkana mingkum maithallaha iza man ruksah.
Cara dan ramuannya : ambil kelopak pisang, lidi. Ditulis : Wala
tahlaqu rusakmarhati yabiakhi ahaddi wanjagkana mingkum maithallaha iza man
ruksah.
-
Sakit perut
Inilah tawa sakik perut. Hai kancang-kancang rayu si anu (nama
orangnya) janganlah engkau merusakkan, maniayo pado si anu. Kalau engkau
marusakkan, maniayo si anu (nama orang yang diobati), engkau disumpahi Allah,
disumpahi Muhammad, disumpahi Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illa
allah Muhammad Rasulullah. Ramuannyo: dasun dan bawang merah. Tokok, aduk dengan minyak tanah dan
minyak manih, baruikkan pado paruik dan batihnyo.
Ramuannya: dasun dan
bawang merah. Dipukul, aduk dengan minyak tanah dan minyak goreng, diurutkan di
perut dan betisnya.
2.2.4 Pengobatan dengan
menggunakan Azimat
Penggunaan azimat sebagai pengobatan yang ditemukan dalam naskah-naskah
penelitian sangat beragam, dari penyakit tubuh manusia maupun lingkungan alam
(rumah, padi, lapau dan lain-lain). Penting dikemukakan di sini bahwa suatu
azimat untuk tujuan pengobatan penyakit tertentu ditemukan sama bentuknya dalam
beberapa naskah yang memuatnya. Artinya, ada standar atau acuan yang sama untuk
pembuatan azimat. Adapun perbedaan yang muncul hanya pada jenis tulisan dan
kehalusan penyalinnya.
Praktik pengobatan
dengan menggunakan azimat sampai sekarang masih banyak dipraktikkan oleh
masyarakat tradisional Minangkabau. Banyak surau-surau tarekat yang para
syekhnya masih diminati untuk membuat azimat. Dengan demikian, pengobatan jenis
ini juga penting untuk dijelaskan konteks budayanya.
Berikut ini akan disajikan gambar-gambar naskah yang memuat azimat
pengobatan.
Gambar 1. Azimat tangkal burung
Gambar 2. Azimat tangkal tikus, ulat, tupai
Gambar 3. Azimat tangkal penyakit parah
Gambar 4. Azimat untuk memperlancar perempuan yang susah melahirkan.
Konteks Budaya Pengobatan Tradisional
Minangkabau dalam
Perspektif Etnomedisin
Dalam perspektif etnomedisin, penyebab seseorang menjadi sakit
dapat disebabkan oleh faktor personalistik (makhluk halus) dan faktor
naturalistik (fisikal). Sakit atau penyakit yang disebabkan oleh faktor
personalistik akan berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh faktor
naturalistik. Jika yang pertama diobati dengan kekuatan gaib (mantra, doa atau
gabunagan mantra dan ramuan), maka yang kedua pengobatannya akan menggunakan
ramuan dari bahan-bahan tumbuhan (herbalmedicine) dan hewan (animalmedicine)
atau gabungan keduanya. (Foster,
1986:63-64).
Dengan pendekatan etnomedisin juga, peneliti akan terbantu untuk
mengetahui sifat dari sistem-sistem pengobatan (kesehatan) tradisional
Minangkabau dan khususnya konsep-konsep tentang sebab-akibat penyakit yang
mendasarinya. Secara lebih jauh, melalui pendekatan ini akan dapat memaknai
aspek kosmologi masyarakat Minangkabau tradisional yang berkaitan dengan sakit
dan pengobatannya. Salah satu ontologis yang dapat dimaknai untuk menjelaskan
aspek kosmologi tersebut adalah melalui teks pengobatan tradisional yang
terkandung dalam naskah-naskah penelitian.
Dalam masyarakat tradisonal di Indoensia, pengetahuan lokal
terkait pengobatan tradisional kebanyakan terekam dalam ingatan lisan
masyarakatnya. Dalam konteks ini, salah satunya pernah dikumpulkan dan dikaji
oleh Limananti dan Atik
Triratnawati (2002). Kajiannya menghasilkan tentang
ramuan penambah nafsu makan pengaruh faktor kepercayaan atau sugesti akan
khasiat jamu cekok. Namun demikian, pengetahuan masyarakat lokal tentang
pengobatan tradisional juga tersedia atau terekam dalam bentuk tertulis, yakni
dalam naskah-naskah kuno seperti dalam naskah-naskah penelitian yang diteliti ini.
Kajian terhadap rekaman tertulis tentang pengetahuan pengobatan tradisional di
antaranya seperti yang dilakukan oleh Nawangningrum, dkk (2004) dan
Andri (2012).
Teks pengobatan tradisional yang ditemukan dalam naskah-naskah
Minangkabau, memiliki karakteristik yang unik. Keunikannya tampak pada
banyaknya ditemukan mantra, doa dan azimat yang digunakan untuk pengobatan.
Selain itu, teks pengobatan tidak hanya untuk pengobatan tubuh yang sakit saja,
tetapi juga pengobatan untuk lingkungan (bagian di luar tubuh manusia). Hal
ini, misalnya banyak ditemukan teks-teks pengobatan tradisional untuk paureh
(obat) rumah, paureh lapau, padi dan paureh ternak.
Dapat dimaknai bahwa masyarakat Minangkabau secara tradisional
memiliki konsep tentang sehat dan sakit yang bermuara pada “raso”, rasa. Jika
apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan akan menimbulkan “rasa
sakit”. Badan dirasa tidak segar, perut terasa tidak enak, rumah terasa tidak
nyaman, lapau yang tidak kunjung mendatangkan untung, semuanya merupakan
kondisi yang menyebabkan “rasa” sakit. Oleh karena itu, “rasa” sakit itu harus
dicarikan obatnya agar “apa yang diinginkan menjadi kenyataan”.
Pada masyarakat Minangkabau tradisional sakit adakalanya dipercaya
disebabkan oleh makhluk gaib (jin, setan, dan lainnya). Dengan demikian,
pengobatannya dilakukan dengan cara memantrai ramuan obat yang diberikan kepada
orang yang sakit dengan bantuan ‘orang pintar’ atau dukun. Praktik memberi
mantra pada ramuan ini disebut dengan tawa.
Penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik maupun
naturalistik dan pengobatannya ditemukan dalam naskah-naskah Minangkabau yang
mengandung teks pengobatan tradisional. Pengobatan secara tradisional tersebut
masih dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau secara tradisional.
Dalam konteks pengertian yang terakhir,
dalam kebudayaan Minangkabau dikenal sebuah ungkapan berikut: manto istilah
dukun, doa bahaso urang siak ‘mantra istilah dukun, doa bahasa alim ulama’.
Akan tetapi, pada kenyataannya antara mantra dan doa juga terkadang digunakan
secara bersamaan. Praktik pengobatan yang dilakukan seorang syekh masih banyak
ditemui di tengah-tengah masyarakat Minangkabau tradisional.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pengobatan tradisional di Sumatera Barat terkandung
di dalam naskah-naskah Minangkabau merupakan warisan budaya yang penting baik
secara akademis maupun sosial budaya. Secara akademis melalui teks-teks itu
dapat diungkap nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan sekarang. Secara
sosial budaya, naskah-naskah yang mengandung teks mantra merupakan identitas,
kebanggaan dan warisan yang berharga. Masyarakat masih ada yang mempercayai
pengobatan dengan ramuan, pengobatan dengan mantra, atau pengobatan dengan
menggunakan azimat, yang merupakan hasil kegiatan intelektual dalam masyarakat
tradisional Minangkabau.
3.2
Saran
Pengobatan di Sumatera Barat merupakan warisan budaya yang diturunkan dari
nenek moyang sehingga mutu klinis dari pengobatan tersebut belum bisa
dipastikan, sehingga diperlukan pengembangan untuk memastikan pengobatan
tradisional tersebut dapat digunakan masyarakat luas yang tidak hanya di
Sumatera Barat saja.
DAFTAR
PUSTAKA
Anderson, Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Asmiria, Iryona. 2007. Obat-Obat Tradisional Minangkabau
di Jorong Lipek Pageh Pengumpulan dan Pengarsipan. Skripsi Sarjana
Humaniora. Padang: UNAND.
Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Antropologi.
Terjemahan Mahasiswa (S2) dan (S3) Linguistik. Bali: Universitas Udayana.
Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian
Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Sumiarti, dkk. 2006. Cara
Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Susena, Danang, dkk,. 2013 Pengobatan
Tradisional dalam Naskah-Naskah Minangkabau:Inventarisasi Naskah, Teks dan
Analisis Etnomedisin. Jurnal Ilmu Sosial dan HumanioraVol. 4
Padang: Pusat Studi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan Sastra
Daerah FIB Universitas Andalas.