Saturday, 9 March 2019

MAKALAH PENGOBATAN TRADISIONAL SUMATERA BARAT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sistem pengetahuan manusia yang sudah begitu maju, ternyata masih mempunyai batas kemampuan. Ilmu pengetahuan modern yang nampak begitu canggih, sering kali terbatas pula, karena masih banyak rahasia alam yang belum dapat diketahui. Diantara kemudahan yang telah diciptakan masih terdapat celah-celah yang tidak mampu dijangkau dengan akal sehat manusia, seperti itulah keterbatasan manusia di dalam menjalani kehidupan (Koentjaraningrat,1986).
Menurut (Alessandro,1997) kesehatan merupakan kebututuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk melakukan pengobatan dan penyembuhan. Sumber pengobatan didunia mencakup 3 sektor yang saling terkait yaitu : pengobatan rumah tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan tradisonal dan pengobatan medis yang dilakukan oleh perawat, dokter di pukesmas atau rumah sakit. Pengobatan tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan sangat potensial untuk dikembangkan. Pemerintah secara formal sudah memberikan perhatian yang seksama terhadap muncul dan berkembangnya pengobatan tradisonal ini. Pengobatan tradisional dalam Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 1 butir 16 mengatakan bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dan mengacu pada pegalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Kepercayaan masyarakat Sumatera Barat terhadap hal-hal yang diluar akal sehat sebenarnya telah ada sejak dahulu. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan tradisi lama dalam system pengobatan tradisional. Meskipun dunia kedokteran sudah sangat maju, namun beberapa masyarakat masih mempercayakan pengobatan atas penyakitnya kepada seorang dukun.
Dukun adalah seorang yang dikenal oleh masyakarat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, dimana dukun sebagai penyelenggara dalam upaya penyembuhan seseorang dari penyakitnya. Pada masyarakat Sumatera Barat, orang yang mengobati berbagai jenis penyakit “janggal” atau penyakit yang gejalanya sulit dijelaskan dengan akal sehat adalah orang yang sudah tua dari segi umurnya dan memiliki kemampuan khusus. Umumnya masyarakat kota masih mempercayai pengobatan tradisional karena adanya ketakutan dari dalam diri masyarakat terhadap vonis dokter akan penyakitnya. Hal ini tidak dilakukan oleh seorang dukun terhadap pasiennya, ia cenderung merahasiakan jenis penyakit seseorang dan lebih menjelaskan terhadap bahan-bahan obat tradisional yang harus disediakan untuk mengobati penyakitnya itu (Iryona, 2007).
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengetahui pengobatan tradisional yang ada di Sumatera Barat.

1.2  Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan :
1.      Apa yang dimaksud dengan pengobatan tradisional Sumatera Barat ?
2.      Apa saja jenis-jenis pengobatan tradisional yang ada di Sumatera Barat ?

1.3  Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengobatan tradisional Sumatera Barat dan jenis-jenis pengobatan tradisional yang ada di Sumatera Barat.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengobatan Tradisional Sumatera Barat
Menurut Susenas 2001 yaitu sekitar 22% masyarakat di Sumatra Barat melakukan pengobatan tradisional dari 9.972 penduduk yang mengeluh sakit. Menurut (Danang dkk,2013) pengobatan tradisional Sumatera Barat dituangkan dalam bentuk naskah-naskah Minangkabau, hal ini terlihat dari teks pengobatan tradisional yang ditemukan pada naskah-naskah koreksi surau Parak Laweh, Pariangan, Kab.Tanah Datar. Dari 33 naskah koleksi surau tersebut, yang telah dideskripsikan dan didigitalkan oleh Zuriati (2018) ditemukan dalam 8 naskah diantaranya mengandung teks pengobatan tradisional.
Dari jenis teksnya, kebanyakan naskah yang terdata dari berbagai penelitian di atas, memuat teks keislaman, kemudian berturut-turut dengan jumlah yang lebih sedikit naskah-naskah jenis surat, adat dan undang-undang Minangkabau, kesusastraan, perobatan tradisional, mantra dan azimat. Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan dominannya teks-teks keislaman dalam  naskah-naskah  Minangkabau. Pertama, hampir seluruh naskah-naskah kuno Minangkabau disalin dan ditulis di surau-surau tarekat yang tersebar di Sumatera Barat. dengan kata lain, surau-surau tersebut merupakan scriptorium naskah-naskah kuno Minangkabau. Kedua, sangat dimungkinkan karena dominasi Islam di Minangkabau cukup signifikan.  Para syaikh atau ulama tidak hanya berperan dalam bidang  keagamaan saja, tetapi juga juga berperan dalam masalah sosial.
Berbeda dengan naskah-naskah Nusantara lainnya, sampai saat ini belum ditemukan teks pengobatan tradisional utuh dalam satu naskah Minangkabau. Biasanya, teks pengobatan tradisional tidak terpisahkan dengan teks azimat dan mantra. Hal ini karena kedua teks terakhir ini kebanyakan juga digunakan untuk pengobatan. Mantra atau disebut dengan manto dalam bahasa Minangkabau misalnya, sampai hari ini masih dikenal luas di tengah masyarakatnya. Kata manto mengacu pada dua pengertian, yang pertama kata manto mengacu pada bahan ramuan yang digunakan untuk mengobati seseorang, seperti dedaunan, air, akar-akaran dan lain-lain. Pengertian kedua, kata manto mengacu pada sesuatu yang dibacakan oleh seseorang (dukun).
Di samping itu, teks pengobatan tradisional itu biasanya juga terdapat dalam satu naskah yang mengandung teks-teks yang lain, seperti teks keislaman, sejarah dan adat. Dengan menggunakan naskah-naskah Minangkabau yang terdapat di Sumatera Barat, baik koleksi perpustakaan dan museum, maupun koleksi masyarakat secara pribadi sebagai naskah penelitian, dalam makalh ini selanjutnya akan dideskripsikan naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks pengobatan tradisional, termasuk bahasa yang digunakan dalam penulisannya. Di samping itu, juga akan dideskripsikan berbagai macam pengobatan tradisional yang terkandung dalam naskah-naskah tersebut.
Pada tahap awal, untuk mengetahui naskah-naskah Minangkabau yang memuat teks pengobatan tradisional, dilakukan inventarisasi naskah melalui penelusuran katalogus dan daftar naskah yang telah disusun oleh beberapa peneliti seperti berikut ini.
1.      M. Yusuf [Peny.] (2006), Katalogus Manuskrip dan Skriptorium Minangkabau yang diterbitkan oleh Centre for Documentation and Area-Transcultural Studies, Tokyo University of Foreign Studies di Tokyo.
2.      M. Yusuf, Andriana Yohan & Fitria Dewi (2008), laporan penelitian Balai Bahasa Padang dengan judul “Penelusuran Naskah di Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung”.
3.      Zuriati (2008), laporan penelitian untuk Programme Endangered, British Library, London, dengan judul “The Digitisation of Minangkabau’s Manuscript Collections in Suraus”.
4.      Yusri Akhimuddin, Andriana Yohan & Fitria Dewi (2009), laporan penelitian Balai Bahasa Padang dengan judul “Penelusuran dan Deskripsi Naskah-naskah Koleksi Pribadi di Kabupaten Dharmasraya”.
5.      Yusri Akhimuddin (2007), laporan penelitian mandiri dengan judul “Pemetaan Naskah-naskah Keagamaan di Padang Pariaman”.
6.      Pramono (2009), laporan penelitian Hibah Strategis Nasional dengn judul “Inventarisasi, Katalogisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Kuno Melayu dan Upaya Penyelamatannya di Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau”.
7.      Irina Katkova & Pramono (2009), laporan penelitian untuk Programme Endangered, British Library, London, dengan judul “Endangered Manuscripts of Western Sumatra: Collections of Sufi Brotherhoods”.
8.      Irina Katkova & Pramono (2011), laporan penelitian untuk Programme Endangered, British Library, London, dengan judul “Endangered manuscripts of Western Sumatra and the province of Jambi. Collections of Sufi brotherhoods”.
9.      Tim Peneliti Badan Perpustakaan dan Kearsipan Sumatera Barat (BPKSB) (2011), laporan kegiatan “Alih Media Naskah Kuno Wilayah Kabupaten WACANA ETNIK Vol. 4 No.2 - 137 Pengobatan Tradisional Dharmasraya”.
10.  Yumi Sugahara dkk., (2011), laporan tahun I penelitian kerja sama penyelamatan naskah-naskah di Sumatera Barat sampai 2014 dengan Tokyo University and Foreign Studies (TUFS) supported by Japanese Society for the Promotion of Science (JSPS).
11.  KAKENHI (Grants-in-Aid for Scientific Research), Grant Number 23402006, dengan judul “Inventarisasi, Katalogisasi dan Digitalisasi Naskah-naskah Koleksi Masyarakat di Sijunjung.”
Selain mendeskripsikan naskah dari berbagai koleksi naskah yang tersebar di Sumatera Barat, sebagian penelitian di atas juga membuat digital naskah. Dari inventarisasi naskah yang dilakukan, ditemukan 27 naskah Minangkabau yang di dalamnya terkandung teks pengobatan tradisional. Adapun daftar naskah-naskah tersebut akan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Persebaran Naskah-Naskah Minangkabau yang Mengandung Teks Pengobatan Tradisional.
No
Katalogus & Daftar Naskah
Nomor Naskah
Judul Naskah
Kode Naskah
1
M. Yusuf [peny.] (2006)
MM.08.Matur.08
Kitab Perobatan
(A1)
MM.08.Museum.32
Kitab Azimat
(A2)
2
Zuriati, dkk. (2008)
EAP144_DMMCS_P_03
Azimat
(B1)
EAP144_DMMCS_P_17
[Tarekat, Pengobatan dll.]
(B2)
EAP144_DMMCS_P_18
[Fiqih, Mantra dll.]
(B3)
EAP144_DMMCS_P_20
[Nazam, Mantra dll.]
(B4)
EAP144_DMMCS_P_27
[Tarekat, Mantra dll.]
(B5)
EAP144_DMMCS_P_28
[Doa, Mantra dll.]
(B6)
EAP144_DMMCS_P_31
[Tasawuf, Mantra dll.]
(B7)
EAP144_DMMCS_P_33
[Tasawuf, Mantra dll.]
(B8)
EAP144_DMMCS_MALS_29
[Asraru al-Shalat, Mantra dll.]
(C1)


EAP144_DMMCS_MALS_31
[Fiqih, Azimat dll.]
(C2)
EAP144_DMMCS_MNPR_69
[Tasawuf, Mantra dll.]
(C3)
3
Pramono (2009)
P H S N _ I K D N _ DIPAUNAND_2009_NKM_SB_ KP_Z_Tasauf dll.
[Tasawuf, Pengobatan dll.]
(D)
4
BPKSB (2011)
BPKSB_AMN_2009_D_07
[Fiqih, Pengobatan dll.]
(E)
5
Irina Katkova & Pramono (2011)
EAP352_ EMWSPJCSB_SS_5
[Tasawuf, Pengobatan dll.]
(F1)
EAP352_ EMWSPJCSB_SS_6
[Fiqih, Pengobatan dll.]
(F2)
6
CL_SJJ_2011_19
[Kumpulan Doa dan Zikir]
(G1)
CL_SJJ_2011_26
[Fiqih, Mujarobat dll.]
(G2)
CL_SJJ_2011_38
[Tasawuf, Mujarobat dll.]
(G3)
CL_SJJ_2011_42
[Doa, Azimat dll.]
(G4)
CL_SJJ_2011_45
[Fiqih, Rajah dll.]
(G5)
CL_SJJ_2011_60
[Tasawuf, Mantra dll.]
(G6)
CL_SJJ_2011_65
[Kumpulan Doa, Mantra dll.]
(G7)
CL_SJJ_2011_68
[Fiqih, Mujarobat dll]
(G8)
CL_SJJ_2011_76
[Doa dan Mujarobat]
(G9)
CL_SJJ_2011_99
[Tasawuf, Azimat dll]
(G10)

Dari pembacaan terhadap naskah-naskah yang mengandung teks pengobatan tradisional di atas, secara keseluruhan aspek kebahasaan memiliki kecenderungan yang berbeda dengan naskah-naskah Minangkabau pada umumnya. Naskah-naskah di atas semuanya ditulis dengan menggunakan bahasa Minangkabau. Kondisi ini berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk teks lainnya dalam satu naskah yang juga terdapat teks pengobatan. Jika teks lain ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu, maka untuk teks pengobatan (termasuk mantra) cenderung ditulis dengan menggunakan bahasa Minangkabau.
Dilihat dari segi kebahasaan tersebut tampak bahwa teks pengobatan tradisional Minangkabau masih memperlihatkan ketradisionalannya. Selain itu, mudah ditafsirkan karena teks mantra dan pengobatan tradisional di Minangkabau ditulis dengan menggunakan bahasa lokal (Minangkabau). Pada hakikatnya pengetahuan pengobatan tradisional adalah lisan bukan tertulis. Adapun ditulis dimaksudkan untuk mengingatnya, untuk diajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, penulisan pengobatan tradisional, khususnya dalam penulisan mantra haruslah mempertahankan bunyi bahasa aslinya, agar kekuatan gaibnya tetap terjaga.
Selain menggunakan bahasa Minangkabau, teks mantra pengobatan yang ditemukan dalam naskah-naskah di atas juga ditandai dengan pemakaian frase yang bercirikan Islam. Ciri keislaman terdapat pada pemakaian kata sapaan atau frase, seperti bismillahirrahmanirrahim, Allah, malaikat, Nabi Muhammad, dan ayat-ayat Alquran. Hal ini menandakan bahwa dalam perkembangannya terjadi peleburan antara mantra dengan unsur-unsur Islam di Minangkabau.
Sebagaimana disebutkan dalam bagian awal tulisan ini bahwa teks pengobatan tradisional biasanya terdapat di dalam naskah yang juga memuat teks-teks lain, seperti teks keislaman. Naskah-naskah tersebut ditulis di surau-surau tarekat. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa para buya, ulama dan atau syeikh di suatu surau tarekat selain memiliki pengetahuan keislaman juga mengerti tentang dunia pengobatan. Selain itu, teks pengobatan tradisional yang ditulis atau disalin sesungguhnya ada kaitannya dengan paham keagamaan. Oleh karena itu, wajar kiranya hingga hari ini masyarakat Minangkabau masih memiliki kepercayaan terhadap para syekh tertentu dan di surau tertentu untuk dimintai obat.

2.2 Jenis-Jenis Pengobatan Tradisonal di Sumatera Barat
Dari transliterasi dan terjemahan yang dilakukan terhadap naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks pengobatan tradisional di atas, peneliti dapat mengelompokkan sistem pengobatan sebagai berikut: (1) pengobatan dengan ramuan saja; (2) pengobatan dengan mantra dan atau doa saja; (3) pengobatan dengan ramuan dan mantra; dan (4) pengobatan dengan menggunakan azimat. Masing-masing jenis pengobatan tersebut diuraiakan sebagai berikut :

2.2.1   Pengobatan dengan Ramuan saja
Ada beberapa jenis obat yang selalu disebut dan digunakan sebagai ramuan untuk pengobatan yang ditemukan dalam naskah-naskah penelitian, yakni sitawa, sidingin, cikumpai, cikarau, bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe dan limau kapas. Pengobatan yang menggunakan ramuan saja biasanya untuk mengobati penyakit biasa, seperti sakit demam, sakit perut, sesak nafas, ambeyen dan lain-lain. Tetapi, untuk jenis pengobatan dengan menggunakan ramuan obat saja sangat sedikit ditemukan dalam naskah-naskah penelitian.
-          Panas dalam
Daun kacang tujuh helai, daun lansano, tomat, telur ayam, gula batu, diremas, diaduk, diminum.
-          Sakit perut
Daun sicerek, jahe, remas dengan air hangat, minumkan. Ampasnya tempelkan di perut. Jika perut melilit-lilit rendam ampasnya dengan air hangat dan minumkan.
-          Sakit perut
Bawang putih dan bawang merah, tumbuk dan aduk dengan mintah tanah dan minyak goreng, urutkan pada perut dan betis.
-          Perut melilit
Akar salayo, akar putri malu, direndam dengan air panas menggelegak, setelah dingin minum.
-          Perut mangareok
Ramuannya daun kuciang jo supadan, ditumbuk, rendam dengan air hangat, diminum dan ampasnya ditempelkan ke perut.
-          Ambeyen
Akar putri malu, gula merah, direbus, diminum.
-          Sesak nafas
Asam sundai (jeruk purut yang besar), kelapa, kunyit, direbus, diminum.
-          Sakit perut, kepala, sendi-sendi dan betis
Obatnya daging kambing putih atau hitam atau belang atau ayam kurik, disembelih, direndang dengan minyak kelapa, dagingnya dimakan tanpa garam, minyak diusapkan ke tubuh.

2.2.2    Pengobatan dengan Mantra dan atau Do’a saja
Teks pengobatan yang hanya dengan menggunakan mantra dan doa saja merupakan teks yang paling banyak yang terkandung dalam naskah-naskah penelitian. Fakta ini menjadi penting untuk menjelaskan konteks budaya dari teks tersebut, utamanya dengan perspektif etnomedisin. Dalam penyajiannya sengaja dihadirkan teks asli (dalam bahasa Minangkabau) dan terjemahannya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi penegasan bahwa penggunaan bahasa dalam penulisan mantra-mantra dalam naskah-naskah Minangkabau tidak menggunakan bahasa Melayu, tetapi dengan bahasa Minangkabau. Berikut ini beberapa (sebagian) mantra pengobatan yang terkandung di dalam naskah-naskah penelitian.
-          Mantra obat bisa (racun)
Mantra ubek biso. Bismillahirrahmanirrahim, birah itam kaladi itam, tumbuah di ujuang bumi, manggigik si buyuang itam, bisonyo alah den turuni.
-          Mantra penawar upas atau racun
Bismillahirrahmanirrahim. ’An kata Allah, Inna kata Muhammad, Maa sariiq kata Tuhan, laa ilaaha illallah engkau tiada melupakan aku, aku tiada melupakan engkau aku memandang engkau di dalam upas dan racun di dalam alam ’ian tsabitah nyatakan dia engkau di dalam alam ’ian. Kharajah mati, ali mati, aku tak mati ali tidak mati aku memakai garak raya asal mula jadi di dalam diri aku menggarap insan karena Muhammad menggarap Muhammad karena Allah laa ilaha illallah Muhammadarrasulullah.
-          Mantra obat biriang
Bismillahirrahmanirrahim. Wadi diair janiah, talatak ditanah jati, tubuahnyo janiah, asalnyo putiah, badiri sandirinyo. Wadi di tanah basa, talatak di dalam sarugo, turunlah aia zamzam kala kautsar dalam batang tubuah sianu, Takuciak, ta langkanglah angkau dalam diri, batang tubuah sianu, pahabiskan sakalian biso biriang, panarohok dibatang tubuah si anu, karano aku tahu di mulo asal angkau jadi, air maruyah asal engkau jadi, tahulah angkau dibatang tubuah sianu, tahu Allah, tahu Muhammad, tahu bagindo Rasulullah, nan tajam patapan nan biso tawa, Bismillahis Syafi, Bismillahil Ma’afi nan tajam panapan nan/ biso tawa nan hangek dingin, tajam do’aku dari pado kando Ya Rahman di Allah, rajo Sulaiman, luas di Allah, dihapuskan Allah, dihabiskan Allah, dihabiskan Muhammad, sekalian biriang, dihab rajah panah biso, dibatang tubuah sianu, berkat kebenaran do’a rajo sulaiman, tawa Allah, tawa Muhammad, tawa Bagiondo Rasulullah Kabul berakat Laa Ilaha Illallah”.

2.2.3   Pengobatan dengan Ramuan dan Mantra
Teks pengobatan jenis ini di dalam naskah-naskah penelitian dengan urutan mantra dahulu baru ramuan atau obatnya. Munculnya jenis pengobatan inipun penting dijelaskan konteks budaya melalui pendekatan etnomedisin. Artinya, pengobatan jenis ini menganggap bahwa suatu penyakit tidak hanya disebabkan faktor fisikal saja, tetapi juga disebabkan karena pengaruh gaib. Berikut ini merupakan beberapa contoh jenis pengobatan yang menggunakan ramuan dan mantra yang ditemukan dari naskah-naskah penelitian.
-          Sakit kepala
Bismillahirrahmanirrahim. Inilah do’a (atau tawa) untuk sakik kapalo. Bismillahirrahmanirrahim tangkis daripado ilak, aku tahu diasal engkau, dari darah hitam diasal engaku, jadi tempat engkau di sulbi. Kembalilah engkau ke tempat engkau. Jangan engaku berbalik-balik, baduto kepada aku, kalau engkau berbalik-nbalik, berduto-duto kepada aku, engaku /5/ disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illallah. Berkat Muhammad Rasulullah. Cara dan ramuannyo: ambil kelopak pisang, lidi, ditulis ini: Wala tahlaqu rusakmarhati yabiakhi ahaddi wanjagkana mingkum maithallaha iza man ruksah.
Cara dan ramuannya : ambil kelopak pisang, lidi. Ditulis : Wala tahlaqu rusakmarhati yabiakhi ahaddi wanjagkana mingkum maithallaha iza man ruksah.
-          Sakit perut
Inilah tawa sakik perut. Hai kancang-kancang rayu si anu (nama orangnya) janganlah engkau merusakkan, maniayo pado si anu. Kalau engkau marusakkan, maniayo si anu (nama orang yang diobati), engkau disumpahi Allah, disumpahi Muhammad, disumpahi Quran tigo puluah juz. Berkat laa ilaha illa allah Muhammad Rasulullah. Ramuannyo: dasun dan bawang merah. Tokok, aduk dengan minyak tanah dan minyak manih, baruikkan pado paruik dan batihnyo.
Ramuannya: dasun dan bawang merah. Dipukul, aduk dengan minyak tanah dan minyak goreng, diurutkan di perut dan betisnya.
2.2.4   Pengobatan dengan menggunakan Azimat
Penggunaan azimat sebagai pengobatan yang ditemukan dalam naskah-naskah penelitian sangat beragam, dari penyakit tubuh manusia maupun lingkungan alam (rumah, padi, lapau dan lain-lain). Penting dikemukakan di sini bahwa suatu azimat untuk tujuan pengobatan penyakit tertentu ditemukan sama bentuknya dalam beberapa naskah yang memuatnya. Artinya, ada standar atau acuan yang sama untuk pembuatan azimat. Adapun perbedaan yang muncul hanya pada jenis tulisan dan kehalusan penyalinnya.
Praktik pengobatan dengan menggunakan azimat sampai sekarang masih banyak dipraktikkan oleh masyarakat tradisional Minangkabau. Banyak surau-surau tarekat yang para syekhnya masih diminati untuk membuat azimat. Dengan demikian, pengobatan jenis ini juga penting untuk dijelaskan konteks budayanya.
Berikut ini akan disajikan gambar-gambar naskah yang memuat azimat pengobatan.

Gambar 1. Azimat tangkal burung

Gambar 2. Azimat tangkal tikus, ulat, tupai

Gambar 3. Azimat tangkal penyakit parah

Gambar 4. Azimat untuk memperlancar perempuan yang susah melahirkan.
Konteks Budaya Pengobatan Tradisional Minangkabau dalam Perspektif Etnomedisin
Dalam perspektif etnomedisin, penyebab seseorang menjadi sakit dapat disebabkan oleh faktor personalistik (makhluk halus) dan faktor naturalistik (fisikal). Sakit atau penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik akan berbeda pengobatannya dengan yang disebabkan oleh faktor naturalistik. Jika yang pertama diobati dengan kekuatan gaib (mantra, doa atau gabunagan mantra dan ramuan), maka yang kedua pengobatannya akan menggunakan ramuan dari bahan-bahan tumbuhan (herbalmedicine) dan hewan (animalmedicine) atau gabungan keduanya. (Foster, 1986:63-64).
Dengan pendekatan etnomedisin juga, peneliti akan terbantu untuk mengetahui sifat dari sistem-sistem pengobatan (kesehatan) tradisional Minangkabau dan khususnya konsep-konsep tentang sebab-akibat penyakit yang mendasarinya. Secara lebih jauh, melalui pendekatan ini akan dapat memaknai aspek kosmologi masyarakat Minangkabau tradisional yang berkaitan dengan sakit dan pengobatannya. Salah satu ontologis yang dapat dimaknai untuk menjelaskan aspek kosmologi tersebut adalah melalui teks pengobatan tradisional yang terkandung dalam naskah-naskah penelitian.
Dalam masyarakat tradisonal di Indoensia, pengetahuan lokal terkait pengobatan tradisional kebanyakan terekam dalam ingatan lisan masyarakatnya. Dalam konteks ini, salah satunya pernah dikumpulkan dan dikaji oleh Limananti dan Atik Triratnawati (2002). Kajiannya menghasilkan tentang ramuan penambah nafsu makan pengaruh faktor kepercayaan atau sugesti akan khasiat jamu cekok. Namun demikian, pengetahuan masyarakat lokal tentang pengobatan tradisional juga tersedia atau terekam dalam bentuk tertulis, yakni dalam naskah-naskah kuno seperti dalam naskah-naskah penelitian yang diteliti ini. Kajian terhadap rekaman tertulis tentang pengetahuan pengobatan tradisional di antaranya seperti yang dilakukan oleh Nawangningrum, dkk (2004) dan Andri (2012).
Teks pengobatan tradisional yang ditemukan dalam naskah-naskah Minangkabau, memiliki karakteristik yang unik. Keunikannya tampak pada banyaknya ditemukan mantra, doa dan azimat yang digunakan untuk pengobatan. Selain itu, teks pengobatan tidak hanya untuk pengobatan tubuh yang sakit saja, tetapi juga pengobatan untuk lingkungan (bagian di luar tubuh manusia). Hal ini, misalnya banyak ditemukan teks-teks pengobatan tradisional untuk paureh (obat) rumah, paureh lapau, padi dan paureh ternak.
Dapat dimaknai bahwa masyarakat Minangkabau secara tradisional memiliki konsep tentang sehat dan sakit yang bermuara pada “raso”, rasa. Jika apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan akan menimbulkan “rasa sakit”. Badan dirasa tidak segar, perut terasa tidak enak, rumah terasa tidak nyaman, lapau yang tidak kunjung mendatangkan untung, semuanya merupakan kondisi yang menyebabkan “rasa” sakit. Oleh karena itu, “rasa” sakit itu harus dicarikan obatnya agar “apa yang diinginkan menjadi kenyataan”.
Pada masyarakat Minangkabau tradisional sakit adakalanya dipercaya disebabkan oleh makhluk gaib (jin, setan, dan lainnya). Dengan demikian, pengobatannya dilakukan dengan cara memantrai ramuan obat yang diberikan kepada orang yang sakit dengan bantuan ‘orang pintar’ atau dukun. Praktik memberi mantra pada ramuan ini disebut dengan tawa.
Penyakit yang disebabkan oleh faktor personalistik maupun naturalistik dan pengobatannya ditemukan dalam naskah-naskah Minangkabau yang mengandung teks pengobatan tradisional. Pengobatan secara tradisional tersebut masih dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau secara tradisional.
Dalam konteks pengertian yang terakhir, dalam kebudayaan Minangkabau dikenal sebuah ungkapan berikut: manto istilah dukun, doa bahaso urang siak ‘mantra istilah dukun, doa bahasa alim ulama’. Akan tetapi, pada kenyataannya antara mantra dan doa juga terkadang digunakan secara bersamaan. Praktik pengobatan yang dilakukan seorang syekh masih banyak ditemui di tengah-tengah masyarakat Minangkabau tradisional.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pengobatan tradisional di Sumatera Barat terkandung di dalam naskah-naskah Minangkabau merupakan warisan budaya yang penting baik secara akademis maupun sosial budaya. Secara akademis melalui teks-teks itu dapat diungkap nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan sekarang. Secara sosial budaya, naskah-naskah yang mengandung teks mantra merupakan identitas, kebanggaan dan warisan yang berharga. Masyarakat masih ada yang mempercayai pengobatan dengan ramuan, pengobatan dengan mantra, atau pengobatan dengan menggunakan azimat, yang merupakan hasil kegiatan intelektual dalam masyarakat tradisional Minangkabau.

3.2  Saran
Pengobatan di Sumatera Barat merupakan warisan budaya yang diturunkan dari nenek moyang sehingga mutu klinis dari pengobatan tersebut belum bisa dipastikan, sehingga diperlukan pengembangan untuk memastikan pengobatan tradisional tersebut dapat digunakan masyarakat luas yang tidak hanya di Sumatera Barat saja.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Foster. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.

Asmiria, Iryona. 2007. Obat-Obat Tradisional Minangkabau di Jorong Lipek Pageh Pengumpulan dan Pengarsipan. Skripsi Sarjana Humaniora. Padang: UNAND.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Antropologi. Terjemahan Mahasiswa (S2) dan (S3) Linguistik. Bali: Universitas Udayana.

Koentjaraningrat. 1986. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Sumiarti, dkk. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Susena, Danang, dkk,. 2013 Pengobatan Tradisional dalam Naskah-Naskah Minangkabau:Inventarisasi Naskah, Teks dan Analisis Etnomedisin. Jurnal Ilmu Sosial dan HumanioraVol. 4 Padang: Pusat Studi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PSIKM) dan Sastra Daerah FIB Universitas Andalas.

No comments: