LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIKA
DASAR
“PENENTUAN SUHU LEBUR”
O
L
E
H
NAMA : FATMA ZAHRA
NO
BP. : 1404045
KELAS
: A
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN
PERINTIS
PADANG
2014
PENENTUAN SUHU LEBUR
I.
TUJUAN
1.
Menentukan titik lebur dengan menggunakan melting point
2.
Menggunakan tetapan
fisika titik lebur sebagai kriterian identifikasi kemurnian zat
II.
TEORI DASAR
Titik lebur dari suatu zat adalah keadaan dimana zat
padat berubah menjadi cairan dibawah tekanan 1 atm. Titik lebur juga diartikan
sebagai keadaan dimana terjadi keseimbangan antara fase padat dengan fase
lainnya pada suatu zat.
Suhu lebur adalah suhu pada saat suatu zat tepat
melebur seluruhnya yang ditujukan pada fase padat tepat hilang.
Menurut farmakope Indonesia III , jarak lebur adalah
suhu awal dan suhu akhir peleburan zat. Suhu awal dicatat apda saat zat mulai
menciut atau membentuk tetesan pada pipa kapiler, suhu akhir dicatat pada saat
hilangnya fase padat.
Panas yang diabsorbsi ketika 1 g padatan meleleh atau
panas yang dilepaskan ketika cairan itu membeku dikenal sebagai panas
peleburan. Pana sopeleburan dapat juga
dianggap nsebagai panas yang dibutuhkan untuk menaikkan jarak antar atom
atau jarak antar molekul dalam Kristal sehingga memungkinkan terjadinya
pelelehan. Suatu kristal yang terikat dengan gaya yang lemah mempunyai panas
peleburan yang rendah dan titik leleh yang rendah. Sedangkan yang terikat
dengan gaya yang kuat mempunyai panas peleburan dan titik didih yang tinggi.
Panas peleburan untuk air pada 0 C adalah 80 kal/g
(1436 kal/mol). Panas peleburan tidak memberikan penambahan temperature, sampai
seluruh suhu padatang hilang kerena panas ini diubah lagi menjadi energy
molekul yang potensial untuk mengubah seluruh padatan menjadi cairan.
Tinggi rendahnya suhu lebur pada suatu zat pada t dipengaruhi oleh bentuk zat padat
tersebut. Sremakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energy yang
diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lainsemakin tinggi pula titik lebur
unsur tersebut.
Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada
golongan yang sama dapat dijelaskan dengan keelektronegatifan unsur-unsur
pembentuk senyawa tersebut. Elektronegativitas adalah kecenderungan suatu unsur
unutk menarik electron, karena unsur-unsur pembentuknya mempunyai
elektronegativitas yang berbeda yang manjadikan senyawa terpolarisasi. Semakin
besar perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa, semakin kuat
ikatan unsur dalam senyawa itu. Semakin kuat ikatan senyawa semakin tinggi
ikatan titik lebur itu.
Pada suatu padatan dengan bentuk Kristal dan ikatan
kovalen, maka akan memiliki suhu lebur yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan padatan yang lain dengan iukatan van der walls walaupun terdiri dari unsur yang sama.
Suhu lebur zat padat adalah suhu pada saat zat padat
menyatu dan melebur sempurna.
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang
diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literature. Tetapi bila zat
itu tidak murni atau terdapat campuran, maka ikatan molekulnya semakin kecil
dan ikatannya mudah lepas, sehingga tidak leburnya akan lebih kecil dari zat
murni.
Prinsip kerja dari titik lebur terletak pada penetapan
pemberian energy panasnya. Titik lebur bersifat karakteristiky yang digunakan
untuk sifat fisika dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda denga yang
lain. Perbedaan tersebuh dilihat dalam hal kekuatan antar molekul. Kekuatan
antar molekul berbeda dengan struktur kimia dan molekul atom atau molekul
unsurnya berbeda.
Dalam bidang farmasi suatu senyawa obat murni dapat
ditentukan kemurniannya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain itu,
penentuan titik lebur dari bahan suatu obat juga digunakan dalam pembuatan
sediaan obat, terutama obat yang diberikan melalui raktal, dan diperlukan dalam
cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak pada suhu kamar
tertentu.
Alat yang digunakan untuk menentukan titik lebur suatu
zat adalah melting point apparatus.
Prinsip kerja dari pada melting point apparatus adalah
pertama menyalakan melkting point dengan memutar pemutar suhu 20 oC
permenit. Kedua, ketika suhu pada thermometer mencapai 60oC dari
titiik lebur atau titik leleh pada suatu senyawa murni yang telah ditetapkan
oleh ilmuan , maka pemutar suhunya harus diturunkan hingga mencapai 10oC
per menit. Ketiga, jika suhunya telah mencapai suhu titik lebur atau titik pada
suatu senyawa murni yang telah ditetapkan oleh ilmuan, maka pada pemutar suhu
harus diputar kekiri hingga 1oC per menit.
III.
ALAT DAN BAHAN
a.
Alat
1.
Melting point
2.
Pipa kapiler
3.
Lumping
4.
Stanfer
5.
Bunset
6.
Pinset
b.
Bahan
1.
Sera alba
2.
Menthol
3.
Cetaceum
4.
Adeps lanae
5.
Asam benzoate
6.
Asam salisat
IV.
PROSEDUR KERJA
1.
Siapkan sampel
2.
Ditimbang lebih kurang 1 gram saampel
3.
Kemudian haluskan dengan cara mengerus dalam lumping,
selanjutnya masukkan sampel tersebut kedalam pipa kapiler dengan cara
mentontolkan sampel ke pipa kapiler, dan padatkan hingga ketinggian 10 mm.
setelah padat, itulah yang ditentukan titik leburnya.
V.
MONOGRAFI
1.
Sera alba
Pemerian
: padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapis tipis,
bau khas lemah dan bebas bau tengik.
Kelarutan
: Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna
dalam kloroform dan eter juga minyak lemak.
Konsentrasi : 1-20%
Kegunaan :
Stabilisator emulsi.
OTT :
Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.
Stabilita :
Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan terlindung dari cahaya
2.
Menthol
Sinonim :
mentholum
Khasiat :
korigen, antiritan
Pemerian :
hablur berbentuk jamur dan prisma, tidak bewarna, bau tajam seperti minyak
permen, rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin.
Kelarutan :
sukar larut dalam air, sangat midah larut dalam etanol (95%), dalaam kloroform
dan dalam eter. Mudah larut dalam paraffin cair dan minyak atsiri.
3.
Cetaceum
Pemerian : Putih, hablur, bening, bau dan
rasa lemah.
Kelarutan :
larut dalam kloroform, etanol mendidih (95%) dan minyak menguap, praktis tidak
larut dalam etanol 95% dan air.
Konsentrasi : 1-15%
Kegunaan :
emolien
OTT :
asam atau basa kuat
4.
Adepslanae
Pemerian :
Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan :
tidak larut dalam, air dapat bercampur dengan air lebih kurang 2x beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah
larut dalam eter dan kloroform.
Kegunaan :
Emulsifying agent, basis salep.
OTT :
dapat mengandung pro oksidan dan dapat mempengaruhi stabilitas.
Stabilitas :
dapat mengalami autooksidasi selama penyimpanan. Untuk mencegah ditambahkan
antioksidan.
Wadah dan penyimpanan : di tempat yang tertutup,
terlindung dari cahaya, sejuk, dan kering.
5.
Asam benzoate
Pemerian :
hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehid
atau benzoin.
Kelarutan :
sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter.
Wadah & penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Stabilitas :
agak mudah menguap pada suhu hangat, mudah menguap dalam uap air.
Fungsi :
antimikroba
Konsentrasi :
0,17% (Handbook of pharmaceutical excipients 2nd hal.32)
Sterilisasi :
otoklaf
OTT :
alkali atau logam berat.
Ph :
<5
6.
Asam salisat
Rumus struktur asam :
C7H6O3
Massa molekul : 138,1
Jarak cair :
158-161°C
Pemerian :
berupa hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus
putih, rasa agak manis tajam dan stabil diudara. Bentuk sintesis tidak berwarna
dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Kelarutan :
Asam salisilat sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter, larut dalam air mendidih;, agak sukar larut dalam kloroform
(Anonim, 1995).
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
No
|
Nama
zat
|
Suhu
akhir (OC)
|
Suhu
awal (o C)
|
Suhu
lebur berdasarkan FI
|
1
|
Asam
salisilat
|
161
|
161
|
141-144
|
2
|
Cetaceum
|
100
|
110
|
42-60
|
3
|
Campuran
|
115
|
120
|
-
|
4
|
Cera
alba
|
128
|
133
|
62-65
|
5
|
Asam
benzoate
|
135
|
139
|
42-50
|
6
|
Adaps
lanae
|
140
|
141
|
24-44
|
7
|
Menthol
|
144
|
145
|
62-64
|
- Pembahasan
Pada percobaan ini kami menggunakan melting point
apparatus. Melting point apparatus adalah alat untuk menentukan suhu lebur
suatu zat.Sebelum menggunakannya, bahan disediakan terlebih dahulu.
Selanjutnya masing-masing bahan dimasukkan kedalam
pipa kapiler dengan cara mentontolkannya hingga tingginya sama.
Setelah itu bahan dimasukkan kedalam melting point dan
dilakukan pengamatan terhadap suhu leburnya. Disini kami mencatat suhu awal dan
suhu akhir zat .
Suhu awal dicatat saat suhu zat mulai menciut atau
membentuk tetesan pada dinding pipa kapiler, dan suhu akhir dicatat saat
hilangnya fase padat.
Dari data yang telah ada, kami mendapatkan perbedaan
dengan FI. Yang mana menthol dan
adabslanae melebur lebih cepat dibandingkan yang lain, sedangkan cetaceum
melebur lebih lambat.
Adanya perbedaan ini dikarenakan bantuk zat padat,
kotoran yang larut dan tidak larut yang terdapat pada pipa kapiler, serta
keterbatasan kemampuan kami dalam menggunakan alat melting point.
\
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
1.
Suhu lebur adalah suhu pada saat suatu zat tepat melebur
seluruhnya yang ditujukan pada fase padat tepat hilang.
2.
Dari percobaan yang telah dilakukan, ditemukan perbedaan
hasil yang didapat dengan FI. Yang mana menthol
dan adabslanae melebur lebih cepat dibandingkan yang lain, sedangkan
cetaceum melebur lebih lambat. perbedaan ini dikarenakan bantuk zat padat,
kotoran yang larut dan tidak larut yang terdapat pada pipa kapiler, serta
keterbatasan kemampuan kami dalam menggunakan alat melting point.
b.
Saran
1.
Sebaiknya sebelum melakukan percobaan periksa bahan terlebih
dahulu, yang mana bahan yang diuji harus sama banyak serta tidak mengandung
kotoran yang melekat guna mendapatkan hasil ang akurat.
2.
Lebih teliti dan hati-hati lagi untuk percobaan yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia.
Jakarta: depkes Ri
Kasman, R. 2005. Kimia Fisika. Makasar: universitas Muslim Indonesia
Martin, Alfred dkk.1990. Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasi dan Etika. Jakarta: Ui
Press
Tripler, PA. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 . Jakarta: Erlangga