LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIKA
DASAR
“PENENTUAN BOBOT JENIS”
O
L
E
H
NAMA : FATMA ZAHRA
NO
BP. : 1404045
KELAS
: A
SEKOLAH
TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN
PERINTIS
PADANG
2014
PENENTUAN BOBOT JENIS
I.
TUJUAN
Untuk mengatahui bobot jenis dari suatu zat cair
dengan menggunakan alat piknometer
II.
TEORI DASAR
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot
zat dibanding dengan volume zat pada suhu tetentu (Biasanya 25oC). Bobot jenis
adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang sama ditimbang di
udara pada suhu yang sama (Anonim,1979).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap
bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam
desimal. Penting untuk membedakan antara
kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu
bobot zat per satuan volume. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara
bobot jenis suatu zat dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya
dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya
25o/25o (Anonim,2006).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang
dinyatakan dalam desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar
dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang sama atau
temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair
dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot
jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang
tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan
(Ansel H.C, 1989).
Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan
demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan
bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis
menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai
perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25
kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol adalah 0,81 ,
artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel,
2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00
lebih ringan daripada air. Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00
lebih berat daripada air. Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa
angka di belakang koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya. Pada
umumnya, dua angka di belakang koma sudah mencukupi. Bobot jenis dapat
dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United States
Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat
jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca
Reimann, neraca Mohr Westphal (Sutoyo,1993).
Prinsip Metode Piknometer ini didasarkan atas
penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus
digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu
tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu
optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak
sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe
pipet (Roth, Herman J, 1994).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3
macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
1. Bobot janis sejati (benar)
adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat
tanpa pori dan tanpa ruang rongga.
Penentuan bobot jenis sejati bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut
bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan
menggunakan metode piknometer cairan atau metode manometer (Voigt, 1994).
2. Bobot jenis nyata
adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori
yang menyebabkan besarnya volume.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi
volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur,
titik didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan
besaran spesifik zat. Besaran ini dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif,
senyawa bantu dan sediaan farmasi. (Lachman, 1994)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis
suatu zat adalah :
a.
Temperatur,
dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian
pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
b.
Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka
kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi
lebih besar.
c.
Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan
berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel
dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi
bobot jenisnya.
d.
Kekentalan/viskositas sutau zat dapat juga mempengaruhi berat
jenisnya.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu
zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan
dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian
dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
III.
ALAT DAN BAHAN
a.
Alat
1.
Piknometer
2.
Thermometer
3.
Pipet tetes
4.
Neraca analitik
5.
Cawan petri
b.
Bahan
1.
Aquades
2.
Paraffin cair
3.
Serbuk
4.
Gliserin
5.
Amilum
6.
Laktosa
7.
Talcum
IV.
PROSEDUR KERJA
a.
Penentuan bobot jenis benar
1.
Ditimbang piknometer yang telah diketahui volumenya,(a) yaitu
(b)
2.
Piknometer diisi dengan paraffin cair ditimbang (c)
3.
Hitung bobot jenis paraffin cair dengan rumus:
ρ= c-b/a g/ml
4.
Timbang 2 gram serbuk , masukkan kedalam piknometer tersebut
dan timbang (d)
5.
Tambahkan paraffin cair kedalam piknometer sampai setengahnya
ditutup dan dibiarkan selama 5 menit sambil digoyang.
6.
Tambahkan paraffin cair sampai piknometer penuh dan timbang
(c)
7.
Hitung BJ benar dengan bersamaan:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
(d-b)
+ (e-c)
b.
Penentuan bobot jenis nyata
1.
Ditimabang 30 gram serbuk (w), masukkan kedalam gelas ukur
100 ml
2.
Catat volume serbuk (V)
3.
Hitung BJ nyata dengan persamaan:
BJ nyata = wo / Vo g/ml
c.
Bobot jenis mampat
1.
Timbang serbuk sebanyak 30 gram (w), dimasukkan kedalam gelas
ukur 100 ml
2.
Berikan ketukan sebanyak 1250 kali , catat volume V ,
kemudian ulangi lagi mengetuk sebanyak 1250 kali , catat volume Vt, jika
selisih Vt1- Vt tidak lebih dari dua, maka maka pakai Vt.
3.
Bobot jenis mampat dihitung dengan persamaan:
BJ mampat= w/Vt g/ml
V.
MONOGRAFI
1.
Paraffin
Nama resmi :
paraffinum
BM/RM :
C3H8O3/92,09
Bobot jenis :
0,84-0,89 g /ml
Pemerian :
hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak bewarna atau putih , tidak berbau,
tidak berasa, agark berminyak
Kelarutan :
tidak alrut dalam air dan etanol, mudah larut dalam kloroform dan eter, dalam
minyak menguap, dalam hamper semua jenis minyak dan lemak hangat,
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih
Kegunaan :
sebagai pelarut
2.
Laktosa
Nama resmi :
lactosum
Nama lain :
laktosa, sacharum lactis
Berat molekul :
342,30
Pemerian :
serbuk putih atau agak putih, tidak berbau, rasa sedikit manis
Kelarutan :
mudah larut dalam air dan lebih mudah dalam air mendidih, sangat sukar larut
dalam metana, tidak mudah larut dalam kloroform, dan latur dalam eter.
Penyimapanan :
dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :
sebagai zat pengisi
Stabilitas obat :
dibawah kelembaban relative 50%
3.
Talcum
Nama resmi :
talcum
Nama lain :
spektan powder, magsil star, steatits
Berat molekul :
758,44
Pemerian :
serbuk sangat halus, putih, atau putih kelabu.
Kelarutan :
larit dalam asam tidak lebih dari 2,0%
Penyimpanan :
simpan dalam wadah tertutup baik, sejuk dan tempat kering
Kegunaan :
sebagai pelican
Stabilitas obat :
talk adalah material stabil dan dimungkinkan disterilisasi dengan melakukan
pemanasan pada suhu 160 C pada waktu kurang dari 1 jam. Selain itu juga disterilisasi
dan menekpos dengan menggunakan etilen oksida atau radiasi sinar gamma.
4.
Amilum
Pemerian :
serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil , putih, tidak berbau, tidak
berasa
Kelarutan :
praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95%
pH :
5,5—6,5
penyimpanan :
ditempat tertutup baik, ditempat sejuk dan kering
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil pengamatan
Pada BJ benar didapatkan hasil pengamatan sebagai
berikut:
a= volume piknometer=25 ml
b= berat piknometer=23,11539 g
c= berat piknometer yang diisi paraffin cair penuh=43,9832 g
d= piknometer + serbuk laktosa= 25,1559 g
piknometer + serbuk talcum= 25,1946
piknometer + serbuk amilum= 25,9093 g
e= berat paraffin cair + serbuk piknometer
sampai penuh
laktosa= 44,6324 g
talcum= 25,1946 g
amilum= 25,9093 g
tabel
pengamatan bobot jenis benar, nyata, dan mampat.
No
|
Nama
zat
|
BJ
benar
|
BJ
nyata
|
BJ
mampat
|
1
|
Laktosa
|
65,623487
|
0,55651963
|
0,77057949
|
2
|
Talcum
|
151,8593
|
0,73409024
|
1,0749175
|
3
|
Amilum
|
64,229015
|
0,59668824
|
0,95097187
|
b.
Analisis data
1.
BJ benar
Berdasarkan data maka bobot jenis paraffin cair adalah:
ρ= c-b/a g/ml
= 43,
9382-23,15/25
=
43,9382-0,926156
=43,012044 g/ml
BJ benar dihitung dengan persamaan:
a.
Laktosa
BJ benar= (d-b) x p pelarut
(d-b)
+ (e-c)
=
(25,1559-23,1539)x 43,012044
(25,1559-23,1539)+(43,9382-44,6324)
=
65,843487 g /ml
b.
Talcum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
(d-b)
+ (e-c)
= (29,1946-23,1539) x 43,012044
(25,1946-23,1539)+(47,9382-45,4009)
= 151,8593 g/ml
c.
Amilum
BJ benar= (d-b) x p pelarut
(d-b)
+ (e-c)
= (25,3039-23,1539) x 43,010244
(25,3093-223,1539)+
(43,9382-45,04488)
= 64,229015 g /ml
2.
BJ nyata
a.
Laktosa
BJ nyata = wo / Vo
= 30,0526/54
= 0,55652963 g/ml
b.
Talcum
BJ nyata = wo / Vo
= 30,0977/41
= 0,73409024 g/ml
c.
Amilum
BJ nyata = wo / Vo
= 30,4311/51
= 0,59668824 g/ml
3.
BJ mampat
a.
Laktosa
BJ mampat = w/Vt
=
30,0526/ 39
=
0,77057949 g/ ml
b.
Laktosa
BJ mampat = w/Vt
=
30,0977/28
=
1,07491179 g /ml
c.
Amilum
BJ mampat = w/Vt
=
30,4311/31
=
0,95097187 g/ml
c.Pembahasan
pada percobaan ini yang pertama kali dilakukan adalah
mencari volume piknometer. Kemudian menimbang berat piknometer kosong ,
selanjutnya piknometer diisi paraffin cair dan ditmbang. Selanjutnya kedalam
piknometer yang telah diisi paraffin cair tadi ditimbang dan ditambahkan
serbuk, dan selanjutnya ditimbang lagi. Bobot paraffin cair dihitung dengan
rumus:
ρ= c-b/a g/ml
sedangkan untuk menyatakan BJ benar dipakai rumus:
BJ benar= (d-b) x p pelarut
(d-b)
+ (e-c)
Dan dari percobaan tersebut , didapatkan BJ benar
laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan amilum 64,229015 g/ml.
Selanjutnya untuk BJ nyata 30 gram serbuk ditimbang
terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml , kemudian
dicari dengan menggunakan rumus:
BJ nyata = wo / Vo g/ml
Dan dari percobaan yang telah diulakukan didapat BJ
nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml dan amilum
0,59668824 g/ml.
Dan terakhir pada BJ mampat, 30 gram serbuk yang
ditimabangdimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml dan diberi ketukan sebanyak 1250
kali, kemudian volume awal dan volume akhirnya dicatat. Selanjutnya BJ mampat
dihitung dengan menggunakan rumus :
BJ mampat = w/Vt
g/ml
Dan dari percobaan didapat BJ mampat dari laktosa
0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml dan amilum 0,95097187 g/ml.
Pada percobaan ini bobot jenis dipengaruhi oleh
temperature, masa zat, kekentalan dan viskositas.
VII.
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai
berikut:
1.
BJ benar laktosa 65,843487 g/ml, talcum 151,8503 g/ml, dan
amilum 64,229015 g/ml.
2.
BJ nyata dari laktosa 0,55652960 g/ml, talcum 0,73409024 g/ml
dan amilum 0,59668824 g/ml.
3.
BJ mampat dari laktosa 0,77057949 g/ml, talcum 1,0749175 g/ml
dan amilum 0,95097187 g/ml
b.
Saran
Pada saat melakukan percobaan ini sangat dibutuhkan
ketelitian dan kesabaran, terutama dalam menimbang zat serta melakukan ketukan
terhadap sampel guna mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anse, C Howard.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Jakarta: UI Press
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes
Ri
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika. Jakarta: Ui Press
Voight, Rudolf.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke V.
Yokyakarta: Ugm Press