LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
”ALDEHID DAN KETON“
OLEH
Nama
: Fatma Zahra
No
bp : 1404045
Kelas
: A
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2015
I.
TUJUAN
1.
Mempelajari
sifat kimia aldehid dan keton
2.
Mempelajari
tes untuk membedakan aldehid dan keton.
II.
TEORI DASAR
Aldehid
dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehid mempunyai
sedikitnya satu hydrogen yang terikat pada karbon karbonil , sedangkan keton
tidak mempunyai hydrogen yang terikat pada karbonil , hanya karbon yang
mengandung gugus R (R adalah alkil atau aromatic)
Rumus
struktur aldehid dan keton yaitu:
Berikut
ini adalah cara pembuatan aldehid:
1.
Oksidasi
alcohol primer dengan katalis Ag /Cu . reaksi ini dalam industry digunakan
untuk membuat formaldehid atau formalin.
2.
Destilasi
kering garam natrium karboksilat dengan garam natriu m format
3.
Dari
alkilester dengan pereaksio Grignard (RMgX)
4.
Pemutusan
oksidatif ikatan rangkap yang mengandung hydrogen finilik
5.
Reduksi
turunan asam karboksilat tertentu.
Berikut ini adalah cara pembuatan
keton:
1. Keton dalam industry dibuat
dengan oksidator O2 dari udara dengna katalis Cu dan Ag
2. Keton dibuat dilaboratarium
melalui reaksi oksidasi alcohol sekunder dengan oksidator K2CrO7 dalam suasana asam.
3. Dengan destilasi
keringgaram-garam alkali atau alkali tanah karboksilat.
Sifat fisik aldehid dan keton
Aldehid
dan keton tidak mengandung hydrogen yang terikat pada oksigen , maka tidak
dapat terjadi ikatan hydrogen seperti pada alcohol. Sebaliknya alcohol dan
fenol adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang
relative kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan
tertarik pada bagian negative dari yang lain (Fassenden, 1997).
Aldehid dan keton
bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid lebih reaktif
dibanding keton. Kimiawan memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan
mengembangkan beberapa uji untuk mendeteksi gugus fungsi ini (Willbraham,
1992).
Berikut ini merupakan
beberapa tes atau uji yang digunakan untuk mempelajari sifat-sifat kimia dari
aldehid dan keton.
1. Oksidasi dengan KMnO4 (oksidator kuat)
Aldehid dapat dioksidasi menjadi
asam karboksilat dengan oksidator kuat seperti KMnO4. Tes positif jika ion MnO4- yang bewarna ungu berubah menjadi endapan MnO2
yang bewarna coklat.
2. Tes Tollens
Aldehid dengan pereaksi tollens
(oksidator lembut)dioksidasi menjadi asam karboksilat , yang ditandai dengan
terbentuknya cermin perak.
3. Tes Benedict
Aldehid alifatik dioksidasi
menjadi asam karboksilat dengan pereaksi
benedict ( komplek ion Cu (II) sitrat dalam larutan basa). ion Cu (II)
direduksi menjadi Cu2O (endapan bewarna merah bata). Aldehid
aromatic dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
4. Tes fehling
Pereaksi fehling merupakan
kompleks ion ion Cu (II) direduksi menjadi ion Cu2O (endapan merah
bata)
5. Tes Iodoform
Meyil keton menghasilkan endapan
kuning iodoform jika direaksikan dengan iodin dalam larutan NaOH.
6. Tes 2,4- dinitrrilfenilhidrazin
(2,4-DNDH)
Semua senyawa aldehid dan keton
menghasilkan endapan dengan pereaksi Tes 2,4- dinitrrilfenilhidrazin (2,4-DNDH).
Reaksi ini umum digunakan untuk mengetui adanya gugus aldehid dan keton. Warna
endapan yang terbentuk berfariasi. Mulai dari kuning hingga merah. Alcohol
tidak memberikan hasil positif dengan uji Ini.
Manfaat,
kegunaan , dampak dan bahaya aldehid dan keton
Aldehid
digunakan untuk memproduksi resin, zat warna dan obat-obatan. Salah satu contoh
senyawa aldehid adalah formaldehid. Penggunaan terbesarnya adalah sebagai
reaksi untuk penyiapan senyawa organic dan untuk pembuatan polimer seperti
bakelit, formika, dan melmac. Formaldehid dapat mengubah sifat protein ,
sehingga protein tidak dapat laruit dalam air dan tahyan terhadap bakteri
pembusuk. Ini lah yang menyebabkan formaldehid digunakan sebagai pengawet. Formaldehid juga digubakan sebagai antiseptic,
pelarut dan bahan campuran parfum.
Bahaya
dari aldehid adalah efek toksik . potensi dari efek toksik aldehid biasanya
terletak pada adanya penumpukan gugus karbonil pada tubuh. Efek ini akan
berikibat pada penyakit hati, teratogenistar, diabetes, hipertensi, penyakit
neurogeneratif dan penyakit penuaan lainnya.
Keton
banyak digunakan dalam industry parfum, karena baunya yang harum. Aseton adalah
keton yang paling sederhana dan penting. Aseton utamanya digunakan sebagai pelarut dalam industry (untuk cat dan
pernis). Zat ini merupakian bahan utama pada beberapa merek pengahapus cat
kuku. Aseton juga digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium ,
pembuiatan kloroform , iodoform dan pewarna.
III.
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Batang pengaduk
4. Pemanas listrik
5. Kaca arloji
6. Gelas piala
7. Gelas ukur
8. Thermometer
3.2 Bahan
1. formaldehid
2. benzaldehid
3. aseton
4. KMnO4
5. NaOH
6. Pereaksi tollens*
7. Pereaksi benedict*
8. Pereaksi fehling*
9. Larutan iodin.*
*pereaksi tollens
Tollen
A: larutkan 3 g AgNO3 dalam 30 ml aquadest
Tollen
B : larutkan 3 NaOH dalam 30
ml aquadest
*Pereaksi
benedict
Larutkan
34,6 natrium sitrat hidrat dan 20 gr Na2CO3 anhidrat dalam 160 ml aquadest,
panaskan hingga larut. Dalam tempat terpisah larutkann 3,5 gr larutan CuSO4.5H2O
dalam 10 ml aquadest. Campurkan kedua larutan dan encerkan hingga 200 ml
*pereaksi fehling
Fehling A : larutkan 6,93 g CuSO4.5H2O
dalam aquadest yang mengandung beberapa tetes asam sulfat encer , kemudi an
encerkaln larutan hingga 100 ml.
Fehling B : larutkan 12 g NaOH
dan 34,6 g kalium natrium tatrat dalam aquadest, saring jika diperlukan dan
encerkan larutan hingga 100 ml.
*larutan iodin
Larutkan
I2 dan 10 g KI dalam aqudest hingga volumenya 100 ml.
IV.
PROSEDUR KERJA
1. Oksidasi dengan KMnO4
(Oksidator Kuat)
Masukkan kedalam 3 tabung reaksi
berbeda 5 ml KMnO4 1 1%.
Kemudian tambahkan masing –masing 5
tetes formaldehid kedalam tabung pertama, aseton kedalam tabung kedua dan
benzaldehid kedalam tabung ketiga . amati terbentuknya endapan coklat MnO2.
2. Tes tollens
Campurkan 1 ml larutan tollens A
dan 1 ml larutan tollens B kedalam tabung 2% tetes demi tetes sampai partikel
AgO tinggal sedikit. Hindari pemakaian ammonia berlebih. Masukkan masing
–masing 2 tetes formaldehid kedalam tabung pertama , aseton kedalam tabung kedua , dan benzaldehid
kedalam tabung ketiga. Goyangkan tabung reaksi tersebut . panaskan dalam
penangas air 600C selama 5 menit. Amati terbentuknya cermin perak.
3. Tes benedict
Siapkan terlebih dahulu penangas
air diatas 900C . masukkan 15 tetes formaldehid , aseton dan benzakdehid
kedalam tabung berbeda. Tambahkan 2 ml pereaksi benedict kedalam masing-masing
tabung reaksi dan goyangkan ketiga tabung reaksi tersebut. Panaskan dalam
penangas air selama 10 menit , dinginkan dan amati terbentuknya endapan merah
bata.
4. Tes fehling
Campurkan 2,5 ml larutan fehling
A dan 2,5 ml larutan fehling B kedaklam 3 tabung reaksi . masukkan ,masing –masing 6 tetes larutan
formaldehid kedalam tabung pertama,
aseton kedalam tabung kedua dan benzaldehid kedalam tabung ketiga . aduk
larutan hingga rata, kemudian panaskan dalam penangas air mendidih tidak lebih
dari 10 menit. Amati terbentuknya endapan merah bata.
5. Tes iodoform
Masukkan 4 ml NaOH 5% kedalam 3
tabung reaksi . dinginkan tabung reaksi tersebut kedalam penangas es selama 10
menit. Tambahkan 40 tetes demi tetes
larutan iodine. Kemudian tambahkan 20 tetes formaldehid kedalam tabung pertama,
aseton kedalam tabung kedua dan benzaldehid kedalam tabung ketiga. Amati
terbentuknya endapan bewarna kuning.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
NO
|
Tes /uji
|
Reagen
|
||
formaldehid
|
aseton
|
Benzaldehid
|
||
1
|
Oksidasi dengan KMnO4
|
|
Tidak bereaksi
|
Endapan coklat pekat
|
2
|
Tes tollens
|
Endapan cermin perak
|
Tidak bereaksi
|
Endapan cermin perak
|
3
|
Tes benedict
|
Endapan merah bata
|
Tidak bereaksi
|
Tidak bereaksi
|
4
|
Tes fehling
|
Endapan merah bata
|
Tidak bereaksi
|
Endapan merah bata pekat
|
5
|
Tes iodoform
|
Tidak bereaksi
|
Endapan kuning
|
Tidak bereaksi
|
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan ini , perlakuan pertama yaitu oksidasi dengan KMnO4. sampel
yang digunakan adalah formaldehid , aseton dan benzaldehid. Pada percobaan ini
senyawa yang termasuk gugus aldehid yaitu formaldehid dan benzaldehid yang ditandai dengan menghasilkan endapan
coklat. Benzaldehid menghasilkan endapan coklat yang lebih pekat dari
formaldehid. Sedaangkan keton dengan oksidasi KMnO4 tidak bereaksi.
Hasil oksidasi KMnO4 ini
mengubah aldehid menjadi asam karboksilat.
Dengan
reaksinya:
Selanjutnya pengujian dengan tollens,
percobaan ini digunakan untuk mengetahui dapat tidak nya aldehid dan keton
dioksidasi menjadi asam karboksilat.
Dari percobaan pada formaldehid dan benzaldehid menghasilkan endapan
cermin perak. Sedangkan pada aseton tidak bereaksi.
Reaksinya:
Pada pengujian benedict, hasil
yang diperoleh formaldehid bereaksi dengan benedict dengan menghasilkan endapan
merah bata, sedangkan aseton dan benzaldehid tidak bereaksi. Dari sini diketahui bahwa benzaldehid termasuk
aldehid aromatic sehingga tidak bereaksi dengan reagen benedict.
Selanjutnya
pada tes fehling, formaldehid dan benzaldehid menghasilakn endapan merah bata
sedangkan aseton tidak bereaksi. Jadi
disini diketahui bahwaa tes fehling hanya bereaksi pada aldehid dan tidak
pada keton.
Reaksinya
:
kemudian
yang terakhir adalah tes iodoform . pada
reaksi ini formaldehid dan benzaldehid tidak bereaksi dengan iodoform.
Sedangkan dengan aseton, iodoform
bereaksi dengan mengahsillkan endapan kuning. Jadi idoform hanya
bereaksi pada aseton , sedangkan pada
aldehid tidak
Reaksinya:
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. aldehid bereaksi dengan oksidator
kuat KMnO4 , reagen tollens, reagen fehling , dan reagen benedict
kecuali aldehid aromatic. Sedangkan keton hanya bereaksi dengan reagen
iodoform.
2. Tes yang digunakan untuk
membedakan aldehid dan keton adalah oksidasi dengan KMnO4 , tes
tollens, tes benedict, tes fehling dan tes iodoform.
6.2 Saran
Sebaikya dalam praktikan
selanjutnya praktikan lebih teliti lagi dalam mengamati perubahan yang terjadi
. selain itu juga dibutuhkan kehati-hatian dalam menggunakan tabung reaksi
sehingga tidak pecah.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Ralph
J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta. Bina Aksara.
Hart, Harold.
1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Willbraham, and
Michael S. Matta. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung : ITB
Petrucci,R. H.
1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
Pine, Stanley.
H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB