KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
1.
KEGUNAAN
a. Untuk
memeriksa komposi campuran
b. Menentukan
kondisi percobaan kromatografi kolom
c. Mengetahui
kesempurnaan reaksi
d. Identifikasi
obat, ekstrak tanaman, preparat biokimia
e. Mendeteksi
kontaminan dan pemalsuan
2.
KEBAIKAN
a. Peralatan
sederhana
b. Waktu
dibutuhkan singkat
c. Jumlah
zat kecil
d. Teknik
pengerjaan sederhana
e. Proses
lebih cepat dan lebih terulang
f.
Untuk peenyempurnaan pemisahan dapat
dibuat campuran absorban
g. Daerah
bercak lebih mampat dan jenis reaksi penyemprot lebih banyak
3.
KEBURUKAN
a. Pembuatan
lempeng memerlukan waktu
4.
PRINSIP
Pemisahan
berdasarkan penyerapan, partisi atau gabungannya
5.
METODE
PEMISAHAN
lapisan pemisah tipis
yang terdiri atas butir penyerap atau penyangga dilapiskan pada lempeng kaca,
logam dan lain-lain. Untuk mendapatkan kondisi jenuh dalam bejana kromatografi,
dinding bejana dilapisi dengan lembaran kertas saring , fase gerak dituang
kedalam bejana sehingga kertas saring basah dan dalam bejana terdapat fase
gerak setinggi 5-10 mm . bejana ditutup dan dibiarkan selama 1 jam pada 20-250
Sebelum digunakan, lapisan tipis pada tepi
vertikal lempeng selebar kira-kira 5 mm dihilangkan. Larutan yang diperiksa
ditotolkan dalam bentuk bercak bundar dengan garis tengah 2-6 mm atau dalam
bentuk pita 20 mm x 2-6 mm (kecuali disebutkan lain). Larutan ditotolkan pada
garis sejajar dengan tepi bawah, yaitu 20 mm dari tepi bawah, tidak kurang dari
20 mm dari tepi samping , jarak antar bercak
tidak kurang dari 1,5 cm. Jarak rambat dari garis awal adalah 15 cm atau
jarak lain yang disebutkan dalam monografi, dan pada jarak tersebut diberi
tanda.
Lempeng dimasukkan kedalam bejana kromatografi dengan posisi
setegak mungkin dan bercak terletak diatas permungkaan fase gerak. Bejana ditutup
dan dibiarkan pada suhu 20-250, kecuali disebutkan lain dalam
monografi , sampai fase naik mencapai tanda batas atas. Lempeng diangkat,
dikeringkan, dan ditempatkan seperti yang disebutkan dalam monografi.
Hal penting yang harus diperhatikan pada teknik penyemprotan
adalah larutan penampak bercak harus tersebar dalam bentuk kabut yang halus dan
merata.
6.
HAL
YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGGUNAAN PELARUT
a. Pelarut
harus murni
b. Campuran
maksimal 2 atau 3 kali
c. Komposisi
pelarut berubah karena penyerapan atau penguapan
d. Komponen
pelarut bereaksi satu sama lain
e. Eter
atau kloroform harus mengandung 0,5-1% etanol
7.
CONTOH
PELARUT YANG DIGUNAKAN
n-heksan,
heptan, benzen, kloform, aseton, etanol , metanol, etil asetat, dietil eter
8.
ADSORBEN
YANG DIGUNAKAN
Silika
gel, alumina, tanah diatom, serbuk selulosa
9.
FASE
YANG DIGUNAKAN
a. Fase
normal
-
Fase diam : senyawa polar, seperti Silika gel,
alumina, tanah diatom, serbuk selulosa
-
Fase gerak : senyawa non polar, berupa
pelarut organik
b. Fase
terbalik
-
Fase diam : senyawa non polar, seperti C8,
C18
-
Fase gerak : senyawa polar, seperti
metanol, air , dietil eter
10. DETEKSI BERCAK
a. Secara
umum:
-
Uap iodium
-
H2SO4 pekat
-
H2SO4 ditambah
kalsium bikromat
-
H2SO4 ditambah asam
nitrat
b. Secar
khusus
-
Menggunakan pereaksi, seperti pereaksi
E.Stahl dan K. Macek
-
UV à Absorbansi 254
nm, floresensi 366 nm
11. ISOLASI KOMPONEN CAMPURAN (PADA KLT
PREPARATIF)
a. Bercak
disedot dengan vakum
b. Bercak
dikorek dengan spatula, disari dengan pelarut polar, disaring dengan gelas
sinter
12. ANALISIS KUANTITATIF PADA KLT
a. Dengan
membuat grafik hubungan antara log konsentrasi dengan luas bercak
b. Fotodensitometer
c. Isolasi
dan menyari bercakà dilakukan spektrofotometri
13. BEDA KLT DENGAN KLT DENSITOMETRI
Pada
KLT hanya diketahui nilai Rf, sedang pada KLT Densitometri selain Rf juga diketahui
luas AUC (daerah dibawah kurva)
14. PRINSIP KLT DENSITOMETRI
Analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi elektromagnetik dengan analit yang
merupakan bercak atau noda pada lempeng KLT
15. ANALISIS KUANTITATIF PADA KLT
DENSITOMETRI
a. Langsung
pada lempeng KLT, densito akan bekerja secara serapan atau floresensi
b. Densito
punya semburan cahaya monokromator untuk memilih panjang gelombang yang cocok
c. Lansung
dilewatkan pasa sinar UV
Sumber:
“Analisis
Fisikokimia : Kromatografi Volume 2”
Oleh : Prof. Dr. Harmita, Apt.
Penerbit: buku kedokteran EGC