BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Homeopathy adalah sistem pengobatan yang bekerjasama dengan
sistem kekebalan
tubuh
untuk mencapai kesembuhan secara alamiah. Obat homeopathy dapat meningkatkan
resistensi tubuh terhadap infeksi, mempercepat waktu penyembuhan dan dapat
mencegah timbulnya komplikasi. Pengobatan ini bertujuan mengobati seseorang
secara keseluruhan (holistik), meliputi fisik, emosi dan mental.
Penemu sistem
pengobatan homeopathy adalah seorang dokter berasal dari Jerman pada tahun 1790
bernama dr. Samuel Christian Friedrich Hahneman. Pengobatan homeopathy saat ini sudah
berkembang di negera-negara maju seperti Prancis, Jerman, Inggris, Amerika,
bahkan di Malaysia dan India. Di Indonesia pengobatan ini termasuk kedalam
katagori Pengobatan Alternatif, yang tertuang dalam Kepmenkes : No.
1076/Menkes/SK/VII/2003, Pasal 3, tentang penyelenggaraan pengobatan
tradisional.
Bahan obat
homeopathy
terbuat dari bahan alamiah, yaitu tumbuhan, hewan, mineral dan bahan biologis
lainnya, yang diproses sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan efek samping
yang membahayakan.
Homeopathy
dapat mengobati berbagai macam penyakit, dari mulai penyakit ringan sampai
dengan penyakit berat sekalipun. Pengobatan ini telah terbukti aman selama
bertahun-tahun sejak ditemukannya
.
1.2.
Falsafah Pengobatan
·
Mengobati
diri adalah suatu kewajiban
·
Untuk
mendapatkan kesehatan tubuh, manusia selalu melakukan berbagai usaha, seperti :
Menjaga asupan makanan, berolah raga dan beristirahat, menghindari diri dari
stress, dsb.
Menurut Tyler Kent : bahwa yang
sekarang dinamakan penyakit adalah kelanjutan (Ultimate) dari suatu proses
sebelumnya. Yaitu ketidak serasian
antara The Will and Understanding / Kemauan dan Pengertian.
a.
Apabila
“The Will” Terpenuhi : maka hidup akan menjadi Tenang / Sehat
b. Apabila
“The Will” Tidak Terpenuhi, tetapi terselesaikan dengan pengertian
(Understanding), maka hidup akan menjadi Tenang kembali / Sehat
c.
Apabila
“The Will” tidak terpenuhi dan tidak terselesaikan dengan pengertian, maka akan
timbul Konflik jiwa – Stress -- Keluhan badan, yang akibatnya hidup menjadi
tidak Tenang / Tidak Sehat.
Sistem
pengobatan dalam ilmu kesehatan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Allopathy
:
adalah sistem pengobatan dengan cara menyerang penyakit. Obat yang diberikan
kepada pasien bertujuan untuk membunuh penyakit, oleh karenanya obat yang
diberikan harus dengan dosis yang besar / cukup.
b. Homeopathy
: adalah sistem
pengobatan yang bekerjasama dengan sistem kekebalan tubuh. Obat yang diberikan
kepada pasien bertujuan untuk membangkitkan sistem pertahanan tubuh ( antibody
/ vital force ), sehingga tubuh itu sendiri yang akan melawan penyakit. Cukup
dengan rangsangan kecil / dosis kecil.
1.3. Sejarah
Ilmu Kedokteran
a.
Zaman Purbakala :
Orang
Sakit dianggap kemasukan Roh Jahat. Diobati dengan jampi-jampi atau dengan
ramuan-ramual alami.
b.
Zaman Hipocrates :
Hippocrates,
lahir pada 400 tahun sebelum Masehi, dikenal sebagai bapak Kedokteran
mengemukakan hukum yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu :
1. Hukum
Similia :
Obat untuk menyembuhkan suatu gejala, jika diberikan kepada orang sehat, bisa
menimbulkan gejala tersebut.
2. Vis
Medicatrix Neturea :
Manusia diciptakan Tuhan sudah dengan daya tahan secara alamiah terhadap
serangan penyakit.
3. Medicus
Interpres et Minister Naturea :
Dokter / Tabib hanya mempelajari dan membantu alam untuk menghalau penyakit.
c. Zaman Modern / Allopathy :
- Hukum Similia dilupakan orang.
- Microskop : digunakan untuk
mempelajari Bibit Penyakit, seperti Bakteri, Parasit, Jaringan dan Sel
tubuh manusia.
-
Alat Potret Rontgen :
dipakai untuk mempelajari keadaan tubuh pasien.
-
Laboratorium : dilakukan
pemeriksaan bahan-bahan kimiawi badan pasien.
-
Farmasi : mencari
obat-obat untuk melawan penyakit pasien
-
Contraria Contrariis Cerentur :
Usaha Allopaty menyembuhkan dengan melawan penyakit.
d.
Zaman
Homeopathy :
Hukum-hukum yang dikemukakan
Hippocrates hidup kembali
-
Hukum Similia : bahwa obat
terhadap suatu gejala, jika diberikan kepada orang sehat akan menimbulkan
gejala tersebut, berket penyelidikan Dr. Hahnemann dengan kulit Kina sebagai
obat Malaria.
-
Similia Similibus Curentur :
Like can be cured by lika / yang serupa bisa menyembuhkan yang serupa. Untuk
menyembuhkan keluhan pasien, dicari obat yang memberikan keluhan yang sama pada
orang sehat.
-
Profil
Penyakit, yaitu keluhan yang diderita oleh Pasien
-
Profil
Obat, yaitu keluhan yang ditimbulkan oleh obat pada orang sehat.
-
Homeopathy berasal dari dua
kata, yaitu : HOMEOS = Sama dan PATHOS = Penderitaan.
-
Vis Medicatrix Naturea :
manusia sudah mempunyai daya tahan alamiah untuk menghalau penyakit. Proving : Percobaan Hahnemann
dengan memakan obat-obat yang sudah diketahui khasiatnya.
-
Materia
Medica : Buku kumpulan obat-obat yang
sudah di-Proving dengan segala gejala-gejalanya.
1.4.
Perbedaan Antara Pengobatan Homeopathy Dan Allopathy
Metoda pengobatan pada dasarnya
dibagi menjadi dua bagian :
1. Metoda Pengobatan Kedokteran
Modern ( Umum / Standar )
2. Metoda Pengobatan Alternatif (
Homeopathy, ramuan jamu-jamu, Herbalisme, Akupungtur, Pijat Refleksi, dll ).
Perbedaan
antara Metoda Pengobatan Kedokteran Modern / Allopaty dan Homeopathy
Hukum
Penyembuhan Homeopathy :
- Reaksi Primer : Counter Effect
= Efek Kebalikan ( Agravasi )
- Reaksi Sekunder :
Therapeutic Effec = Efek Pengobatan
- Penyakit Artifisial : Penyakit
buatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
dan Perkembangan Homeopathy
Prinsip
dasar Homeopathy sebagai sistem pengobatan awalnya diperkenalkan oleh seorang
tabib Hippocrates (300 SM) yang dikenal dengan julukan “The Father of
Medicine”. Ia menulis bahwa melalui zat yang sama, penyakit dapat
ditimbulkan dan melalui zat yang sama penyakit dapat disembuhkan. Penemuan
Hippocrates ditemukan kembali oleh Samuel Hahnemann, seorang dokter kebangsaan
Yunani yang lahir pada 10 April 1753 dan wafat pada 2 Juli 1843, dengan julukan
bapak Homeopathy.
Sistem
pengobatan Homeopathy berawal dari ketidakpuasan Samuel Hahnemann dengan sistem
pengobatan Allopathy yang sudah dia tekuni sejak masa pendidikannya di Fakultas
Kedokteran di Jerman. Dia menganggap obat yang diberikan kepada orang sakit
mempunyai efek samping karena mengandung zat kimia yang membahayakan bagi
tubuh.
Pada
tahun 1790 Dr.Hahnemann menterjemahkan sebuah buku berbahasa Inggris karangan
Dr.Cullen yang berjudul “Cullen’s Materia Medika” ke dalam Bahasa
Jerman. Dia menemukan teori yang berhubungan dengan aksi kulit pohon kina dalam
mengatasi malaria. Dia tertarik untuk mengkaji penemuan tersebut, kemudian
kulit pohon kina dimakannya, alhasil dia terkena gejala malaria. Kemudian
dipotentisasikannya kulit pohon kina dan kembali dimakannya. Ternyata gejala
malarianya pun sembuh. Akhirnya kajian demi kajian dia lakukan dan terus
diujikan pada dirinya sendiri. Hasilnya membuatnya puas dan semakin yakin
dengan apa yang sudah dia temukan.
Sistem
pengobatan ini kemudian berkembang di berbagai negara Eropa, terutama setelah mewabahnya
penyakit kolera pada
tahun 1831, dimana dr. Hahnemann dengan menggunakan Champora telah berhasil
mengobati para pasien yang menderita muntaber.
Dr.
Frederick Foster Hevey Quin, salah seorang pasien dr. Hahnemann kemudian mengembangkan
sistem pengobatan ini. Pada
tahun 1854 di Eropa mendapat kesempatan untuk membuktikan kesuksesannya
mengobati pasien kolera dengan obat Homeopathy. Kematian pasien di Rumah
Sakitnya 30 % lebih sedikit dibandingkan dengan pasien di Rumah Sakit Umum.
Keberhasilan
Eropa menarik minat Amerika untuk mengembangkannya. Di Asia, homeopathy sudah
sejak lama dikenal luas, terutama di India dan Pakistan. Di Malaysia dan
Singapura
pun homeopathy sudah digunakan secara umum dan diperjualbelikan.
2.2.
Pengujian Obat Homeopathy
( Proving )
Gagasan
Hahnemann dalam melakukan pengesahan obat ( Proving ) dilakukan kepada orang
yang sehat dan diamati setiap gejala yang timbul. Beliau melakukannya terhadap
dirinya sendiri dan teman-temannya. Tujuan Proving untuk mengetahui
siafat-sifat obat serta gejala yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Gejala yang
timbul kemudian dicatat dan dibukukan dalam Kitab Materia Medica.
Pada awal
abad ke 19 ketika Hahnemann mengembangkan Homeopathy, kulit kayu Kina
dipergunakan untuk mengobati penyakit yang disebut “Aque” yaitu demam yang
menimbulkan panas dingin yang sekarang dikenal dengan penyakit Malaria. Pertama
kali kulit kayu Kina ini ditemukan suku Indian Amerika Selatan yang disinyalir
banyak tumbuh di Peru dan negara tetangganya sangat efektif dalam mengobati
penyakit Malaria. Pada tahun 1640 seorang yang bernama Countess of Chichon
membawa kulit kayu ini ke Eropa, kemudian namanya diabadikan menjadi nama
tumbuhan ini ( Chinhona ).
Zat aktif
yang terkandung dalam kulit kayu ini adalah “Quinine” yang dapat menimbulkan
efek samping yang keras, antara lain sakit kepala, muntah dan demam yang
merupakan gejala penyakit malaria, ketulian dan telinga berdengung, bercak
merah dan sakit perut.
Karakter yang ditimbulkan oleh kulit kayu
Kina ini mengundang perhatian Hahnemann untuk melakukan penelitian, megnapa
obat ini begitu efektif dalam melawan penyakit Malaria. Kemudian Hahnemann
melakukan uji coba terhadap dirinya, beliau meminum obat tersebut untuk melihat
pengaruhnya, selama satu minggu dia makan kulit kayu kina dalam dosis kecil
perharinya. Ketika tubuhnya merasakan gejala Malaria, Hahnemann berkesimpulan
bahwa obat yang dapat menimbulkan suatu penyakit, dapat pula menyembuhkan
penyakit tersebut.
Dari
hasil pengujian tersebut kemudian Hahnemann mengambil suatu kesimpulan,
mengingat efek sampingnya yang sangat keras, dia berkeyakinan bahwa dosis yang
jauh lebih kecil bisa memberikan efek penyembuhan yang sama. Atas dasar hasil
pengujian inilah maka prinsip dosis meminum ini menjadi patokan dalam
pengobatan Homeopathy.
2.3. Prinsip
Dasar Homeopathy
Homeopathy
adalah salah satu bentuk ilmu kedokteran naturopati yang dalam proses kerjanya
adalah membantu tubuh melakukan proses penyembuhan diri sendiri. Hal ini
sejalan dengan imunisasi, apabila kita melakukan vaksinasi maka tubuh kita akan
mengalami kekebalan dari jenis penyakit tertentu. Demikian pula halnya dengan
obat Homeopathy yang kita konsumsi merupakan vaksin bagi tubuh kita.
Dalam
pengobatan Homeopathy dikenal dengan prinsip totality of symptoms, yaitu
seorang praktisi Homeopathy dalam mengobati seseorang penderita tidak hanya
megnamati pada gejala yang timbul belaka, akan tetapi seorang Homeoath harus
lebih jeli dengan memperhatikan kondisi keseimbangan individu si penderita,
secara menyeluruh baik fisik, rohani maupun jiwanya, hal ini yang disebut
modalitas. Modalitas yang terdapat pada individu penderita harus disesuaikan
dengan obat yang terdapat dalam buku panduan atau daftar obat Homeopathy yang
dikenal dengan “Materia Medika”.
Konsep vitalistik ilmu pengetahuan telah ada
selama bertahun – tahun pada saat Hahnemann mengembangkan teori – teorinya
dengan prinsip utama, yaitu:
1.
Prinsip
serupa (like cures like atau similia
similibus curentur)
Artinya serupa menyembuhkan yang serupa.
Maksudnya bahwa bahan yang digunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit adalah
bahan yang telah dipotentisasikan. Apabila bahan obat yang telah dipotentisasikan
tersebut diberikan pada orang yang sehat akan menampakkan gejala yang sama
dengan gejala yang ada pada orang sakit. Contoh, Allium Cepa (bawang
merah), apabila kita iris, dia akan menyebabkan mata merah dan hidung berair.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bawang merah adalah obat yang tepat
untuk orang yang mengalami gejala mata merah dan hidung berair. Contoh lain,
buah durian. Apabila kita makan buah durian terlalu banyak, maka tubuh kita
akan panas, dan untuk menghilangkan panas tersebut, kita minum air dari kulit
durian tersebut.
Dalam
prisnip Homeopathy gejala pasien dicocokkan dengan gejala yang dihasilkan obat.
Semakin dekat kecocokan pla gejala obat dengan pasien, semakin mujarablah obat
tersebut. Sebagai contoh, dalam kasus penyakit salesma, dokter Alopaty dapat
dipastika memberikan obat Aspirin dan menganjurkan banyak minum air putih dan
istirahat. Berbedaa dengan seorang homeopathy, dia akan mengajukan banyak
pertanyaan sehubungan dengan gejala yang dirasakan. Misalnya bersin-bersin,
mata berair, serak, batuk-batuk, sakit kepala, banyak ingus, bibir atas panas
dan merasa tidak enak pada ruangan yang dingin, seorang Homeopathy akan
memberikan Alium Cepa (bawang merah). Sebaliknya bila merasa gelisah dan sulit
tidur, demam, sakit kepala, merasa haus, mata dan hidung serasa panas, merasa
enak pada ruangan panas, maka obatnya Arsenik.
2. Prinsip
pengenceran (hukum dosis minimum)
Bahwa semakin rendah dosis obat
maka semakin besar efektivitasnya. Dalam Homeopathy, zat diencerkan secara
bertahap. Proses ini disebut sebagai potentization dan diyakini untuk
menghantarkan beberapa bentuk informasi atau energi dari pengenceran akhir
senyawa asli. Kebanyakan obat Homeopathy sangat encer, namun dalam Homeopathy
diyakini bahwa senyawa yang encer tersebut memberikan esensi yang merangsang
tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Prinsip dasar Homeopathy yang
dikemukakan oleh Hahnemann menjadi dasar praktik Homeopathy modern, kecuali
aturan obat tunggal yang digantikan dengan resep banyak obat. Untuk berbagai
obat tersebut, ahli Homeopathy mengandalkan pembuktian Hahnemann sehingga
pedoman tentang obat dapat digunakan untuk mengobati gejala-gejala tersebut.
Pembuktian di zaman modern yang melibatkan sukarelawan sehat terkadang
dilakukan dan melibatkan rancangan penelitian yang cermat. Prinsip Homeopathy
modern menyatakan bahwa:
1.
Penyakit disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh
untuk mengatasi faktor-faktor
yang menantang, seperti gizi buruk dan keadaan lingkungan yang merugikan.
2.
Tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit
menunjukan usaha tubuh untuk memperbaiki sistem.
3.
Obat-obat Homeopathy bekerja dengan cara
merangsang aktivitas penyembuhan tubuhnya sendiri dan bukan dengan bekerja
secara langsung pada proses penyakit.
4.
Daya hidup diekspresikan secara berbeda pada
tiap orang sehingga pengobatan harus dipilih secara individual.
2.4. Jenis –
Jenis Pengobatan Homeopathy
Berbagai
kebiasaan resep telah berkembang di berbagai negara yang berbeda atau pada
waktu yang berbeda. Sebuah divisi konseptual yang jelas telah muncul membagi
dua praktek Homeopathy yaitu klasik dan kompleks. Homeopathy klasik umumnya
melakukan pengobatan tunggal sesuai dengan tipe pasien dan gambaran gejala,
serta satu obat Homeopathy pada suatu waktu untuk mengerti dengan jelas efek dari obat yang
pada organisme.
Pada
kasus penyakit akut atau cedera, di mana gejala fisik jauh lebih besar daripada
gejala emosional dan lainnya, akan diambil pendekatan yang lebih pragmatis
yaitu dengan menggunakan kombinasi obat dalam potensi rendah. Jadi, misalnya
lima atau enam obat diketahui membantu untuk influenza, akan digabungkan dalam
satu tablet tunggal. Ini adalah pendekatan kompleks berdasarkan teori Homeopathy
Inggris Dr.Richard Hughes.
Kebanyakan pengobatan Homeopathy memiliki “drug picture”, penelitian tertus yang
dikenal sebagai “membuktikan obat” dari gejala-gejala yang nampak ketika obat
diberikan kepada relawan yang sehat. Secara teoritis hal ini membuktikan zat
mengacu pada semua gejala penyakit yang disebabkan oleh zat pada orang sehat
sesuai prinsip yang telah dibuktikan Hahnemann.
Obat Homeopathy biasanya diklasifikasikan
berdasarkan cara penggunaanya,
antara lain:
1.
Obat Klasik
Sebagian besar obat Homeopathy
merupakan golongan obat klasik. Mereka digunakan berdasarkan metode umum
Hahnemann yang sesuai dengan gejala pasien untuk dijadikan obat. Waktu
konsultasi dibutuhkan selama 1 jam atau lebih untuk mendapatkan informasi yang
cukup bagi dokter untuk memberikan resep berdasarkan dasar dari “semua gejala”
dari gejala lokal sederhana.
2. Obat
Konstitusional
a. Orang
memberikan reaksi terhadap obat Homeopathy dengan intensitas level yang
berbeda.
b.
Beberapa orang memberikan respon baik untuk
obat tertentu; antara orang-orang dalam
suku dan ras, karakteristik fisik dan mental tertentu yang tampak umum (misalnya tekstur
kulit, warna rambut, tinggi dan
berat badan).
c. Harus
ditekankan bahwa Homeopathy umumnya tidak berfungsi seperti 'Tanda Doktrin' yang dipopulerkan oleh herbalists pada abad ketujuh belas. Dalam istilah yang
sederhana, doktrin ini adalah
gagasan bahwa Allah ditandai segalanya. Bahwa segala yang Ia ciptakan memilikan tujuan
tertentu seperti diciptakannya tumbuhan sebagai obat yang memiliki efek terapi.
3. Obat
Isopathic
Penjelasan
tentang berbagai kelompok obat-obatan
isopathic dan terminologi yang digunakan di Eropa dan Amerika Serikat. obat-obatan yang paling isopathic dikelola
atas dasar prinsip Aequalia aequalibus curentur - 'biarkan
yang sama diperlakukan dengan sama' - bukan klasik 'seperti
membiarkan diperlakukan oleh seperti’
a.
Allergodes
Allergodes dapat digunakan secara efektif asalkan pasien mengetahui sumber
alergi atau hasil pengujian yang tersedia. Ada variasi geografis yang mungkin perlu dipertimbangkan
(misalnya untuk serbuk sari, pohon atau cetakan). Allergodes
bisa efektif dalam pengobatan berbagai reaksi alergi.
b. Nosodes
Nosodes
termasuk batuk rejan
(pertussin) dan campak
Jerman (rubella). Selain itu ada
juga nosodes tropis seperti
kolera dan malaria yang kadang-kadang diklaim sebagai 'vaksin'. Beberapa sejarah
nosodes memiliki berbagai macam reaksi,
walaupun penggunaannya terbatas pada keadaan yang agak khusus. Contoh Influenzinum,
Bacillinum dan Psorinum.
c.
Sarcodes
Banyak obat (terutama yang berasal
dari venoms ular dan laba-laba) memiliki reaksi obat yang komprehensif dan dapat digunakan setelah
repertorisasi dengan cara yang normal.
d.
Tautodes
Tautodes (juga dikenal sebagai obat tautopathic) digunakan untuk
pengobatan isopathic dari
efek samping reaksi obat, alergi dan iritasi bahan
kimia dianggap secara langsung
disebabkan oleh sumber
yang dipilih. Sangat sedikit tautodes yang memilikireaksi obat yang baik. Contoh vaksin
dan obat-obatan komersial.
4.
Obat – obatan kompleks
Pencampuran obat-obatan yang berbeda dan potensi yang berbeda dalam
satu wadah, dipilih untuk efek
gabungan mereka pada negara-negara
yang sakit particullar, dikenal sebagai 'kompleks' resep. ini sangat populer
di Perancis dan Jerman, di mana
tidak jarang memiliki 15 - 20 obat-obatan mulai
dari sangat rendah ke tinggi
potensi dalam persiapan yang sama, dengan indikasi
untuk digunakan pada label. kemungkinan bahwa banyak dari campuran kompleks akan muncul di pasar Inggris dalam
masa mendatang.
2.5.
Penggunaan Homeopathy
Homeopathy mengobati seseorang
berdasarkan riwayat kesehatan genetik, gejala fisik, emosional dan mental saat
ini. Sistem pengobatan ini bersifat individual atau disesuaikan pada masing –
masing orang, sehingga tidak jarang ditemukan orang lain dengan kondisi yang sama
tetapi menerima perlakuan yang berbeda. Obat Homeopathy berasal dari bahan
alami yang berasal dari tanaman, mineral atau hewan. Obat – obat ini digunakan
untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan mulai dari pencegahan hingga
pengobatan seperti alergi, sindrom asma, kelelahan kronis, depresi, gangguan
pencernaan, infeksi telinga, sakit kepala dan ruam kulit.
Penggunaan obat Homeopathy dalam
klinik diatur sesuai dengan pedoman Pharmacopeia Homeopathic Amerika Serikat
(HPUS). Obat Homeopathy diatur dengan peraturan yang sama seperti obat OTC.
Namun, karena obat Homeopathy mengandung zat aktif yang sangat sedikit atau
hampir tidak ada, maka obat Homeopathy tidak harus menjalani pengujian khasiat
dan keamanan seperti obat OTC baru. FDA tidak mengharuskan obat Homeopathy
memenuhi standar formal tertentu untuk kekuatan, kemurnian dan kemasan. Label
pada obat harus menyertakan setidaknya satu indikasi utama, daftar bahan,
pengenceran dan petunjuk keselamatan. Obat Homeopathy yang dapat digunakan
untuk mengobati penyakit serius seperti kanker maka penjualannya memerlukan
resep dokter, sedangkan obat Homeopathy yang digunakan untuk mengobati masalah
kesehatan yang ringan seperti flu atau sakit kepala dapat dijual tanpa resep
dokter.
Beberapa uji perbandingan efektivitas penggunaan
obat Homeopathy dan obat konvensional
memberikan hasil yang menarik. Beberapa di antaranya adalah:
1. Harga
obat Homeopathy cenderung murah dari pada obat konvensional.
2. Obat
– obatan Homeopathy tidak diuji cobakan
pada hewan, melainkan langsung diuji
cobakan
pada manusia.
3. Obat
konvensional memiliki efek samping misalnya nyeri, sedangkan obat Homeopathy
tidak karena menyeimbangkan kondisi homeostasis atau upaya mencapai kondisi
ideal seseorang.
4.
Obat Homeopathy bersifat individual dan
tidak memisahkan antara kondisi fisik maupun mental pasien, namun obat
konvensional umumnya akan diberikan untuk mengatasi gejala yang sama meski bisa
jadi kondisi pasien tersebut berbeda satu sama lain.
2.6. Gejala Agravasi
Ada dua
istilah dalam sistem
pengobatan Homeopathy, yaitu Amelioration
dan Aggravation.
1.
Amelioration atau kesembuhan
adalah perjalanan dari suatu penyakit setelah diberikan obat menunjukan dampak
dan gejala positif untuk penyembuhan akibat dari efek obat yang diberikan,
sehingga diri si penderita merasa tenang karena rasa sakitnya sudah berkurang.
2. Agravation adalah suatu gejala yang
tumbuh akibat a\suatu penyakit yang diberikan obat, maka si pasien untuk
beberapa lama akan merasakan rasa sakit yang semakin hebat, namun pada akhirnya
rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya, gejala semacam ini menunjukkan
bahwa penyakit yang diderita mengarah pada kesembuhan.
Salah satu
faktor
penting yang harus menjadi perhatian para homeopathy adalah masalah Agravasi
atau terjadinya gejala penyakit buatan. Apabila si penderita diberikan salah
satu obat Homeopathy dan si penderita tersebut kemudian mengalami penderitaan
atau merasakan penyakitnya semakin parah. Kejadian yang demikian menandakan
agravasi telah terjadi. Namun demikian hal ini tidak perlu dirisaukan, karena
sesungguhnya kejadian ini menandakan obat yang diberikan benar dan tepat.
Agravasi
merupakan tanda-tanda penting dalam prinsip pengobatan homeopathy, artinya
bahwa tanda-tanda atau gejala-gejala yang timbul merupakan pertanda baik bagi
si penderita bahwa penyakitnya akan segera sembuh, sedangkan terjadinya
peningkatan gejala semakin hebat merupakan suatu reaksi obat dan keadaan
tersebut akan berlangsung hanya sementara, setelah itu akan hilang dan
penyakitnya akan sembuh secara alami.
Pada
umumnya obat homeopathy yang diberikan kepada si penderita dan menimbulkan
agravasi atau peningkatan gejala yang ditandai dengan munculnya berbagai gejala
penyakit, sesungguhnya sangat tergantung pada :
1. Bahwa
Obat yang diberikan tepat sesuai dengan keluhan si penderita
2. Si
Penderita terlalu sensitive terhadap obat yagn diminum
3. Dapat
pula terjadi akibat dari potensi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi si
Penderita.
Dokter
Kent mengatakan, apabila mendapatkan pasien mengalami penderitaan yang semakin
parah (Agravasi) yang datangnya dengan cepat setelah minum obat, maka jangka
waktu penderitaannyaakan singkat, dan selanjutnya akan megnalami penyembuhan.
Kasus ini biasanya terjadi pada jenis-jenis penyakit Acute. Sedangkan untuk
penyakit Cronic, agravasi bisa terjadi dalam beberapa hari lamanya.
Untuk
menjadi catatan bahwa penyakit Cronic pada umumnya penyembuhannya berjalan
lambat dan lama, bahkan kadang-kadang memakan waktu berhari-hari sampai
berminggu-minggu yang pada akhirnya penyakit akan sembuh secara alami.
2.7. Bahan
Dasar Homeopathy
Bahan
dasar obat homeopathy terdiri dari tumbuhan, hewan dan mineral.
Sebagai contoh :
Bahan
dari Tumbuhan :
1.
Aconite (
Aconitum Napellus ) : Pohon dengan tinggi sekitar 70 – 100 cm, terdapat di
pegunungan Eropa, Rusia dan Asia Tengah. Bagian yang digunakannya adalah akar,
bunga dan daun. 90 % racunnya terdapat pada akar. Tanaman ini diambil saat
sedang berbunga, yaitu sekitar bulan Juni – Juli. Proving yang dilakukan
Hahnemann pada tahun 1805 dan digunakan secara luas untuk demam dan keluhan
yang sifatnya tiba-tiba dengan disertai rasa nyeri dan takut.
2.
Belladonna ( Altropa Belladona ), artinya Wanita Cantik. Bagian
yang digunakannya adalah daun dan bunga segar. Proving dilakukan Hahnemann
tahun 1799, digunakan untuk demam skarlet.
3. Bryonia, China, Lycopodium, Nux
Vomica, Pulsatila, Thuja, dll.
Bahan
dari Hewan :
1. Lachesis ( Trigonocephalus lachesis ), adalah bisa ular ( asal Amerika Selatan
) yang dibuat obat homeopathy untuk mengobati gigitan ular yang bisanya
menyerang pernafasan.
2. Cantharis, diambil dari bisa sejenis
Kumbang yang sangat beracun, digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan
rasa panas, seperti terbakar, tersiram air panas, dsb.
3. Apis Mellifica, dibuat dari madu
lebah, untuk mengobati, kulit bengkak-bengkak akibat gigitan atau sengatan
binatang.
Bahan
dari Mineral :
1. Silicea Terra adalah bahan utama
batu-batuan di permukaan bumi, yang dapat ditemukan dimana saja. Oleh tanaman
Silicea diserap dalam batang guna menguatkan tubuh. Dalam tubuh manusia,
Silicea untuk menguatkan gigi, rambut dan kuku.
2. Sulfur. Bahan
sulfur
mineral ditemukan dekat kawah gunung berapi dan sumber air panas. Sulphur
digunakan untuk berbagai keluhan di kulit dan pencernaan.
3. Calc Carb ( Calcium Carbonate
), bahan yang diambil adalah bagian kerang yang mengkilap, bila terkena cahaya
akan terlihat warna pelangi. Obat ini bekerja pada tulang dan gigi, juga untuk
keluhan nyeri punggung, persendian, tulang patah dan nyeri gigi.
4. Arsenic Alb. ( Arsenicum album ), batuan ini ditemukan di Swedia, Jerman,
Norwegia, Inggris dan Kanada. Pada jaman dulu Arsenic digunakan untuk
meningkatkan stamina dan menguatkan otot. Arsenic juga dikenal sebagai racun.
Efek racun yang akut berupa rasa terbakar di saluran pencernaan, disertai
muntah, kejang-kejang dan bahkan kematian. Sebagai obat homeopathy, obat ini
bekerja pada membarn mukosa ( selaput lendir ) dari saluran pencernaan.
2.8. Istilah
dalam Homeopathy
a.
Proving :
Pembuktian atau pengujian obat terhadap diri sendiri atau orang lain.
b.
Symptom : tanda-tanda penyakit / gejala
yang timbul.
c.
Akut :
serangan penyakit secara tiba-tiba / sifatnya mendadak
d.
Kronis :
penyakit yang menyerangnya secara perlahan / menahun.
e.
Mother Tincture :
cairan induk / master ( lambang Q ) yang merupakan hasil campuran bahan obat
dengan Alkohol 95 % yang telah diendapkan selama 2-3 minggu.
f.
Potensi :
kemampuan tubuh untuk mengantisipasi rangsangan obat. Semakin encer konsentrasi
substanssi maka semakin tinggi potensinya, dan semakin kuat khasiatnya.
g.
Antidotum :
obat yang satu bila dicampur dengan obat lain saling menghilangkan khasiatnya.
2.9. Cara
Pembuatan Homeopathy
Tincture
Untuk
melakukan suatu penyarian (pembuatan
obat dengan mengambil sari) suatu simplisia
(contoh bahan dasar obat), kita harus mengetahui cairan penyari apa
yang harus dipergunakan. Berdasarkan Farmakope Indonesia cairan penyari yang
diijinkan untuk dipergunakan adalah : air, Etanol, Etanol air atau Eter.
Pada
umumnya cairan yang dipergunakan dalam Tincture Homeopathy adalah Etanol (Alkohol) 95 %. Timbul
pertanyaan mengapa mesti Ethanol yang dipergunakan. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa Ethanol lebih efektif, jamur dan kuman sulit tumbuh, tidak beracun,
netral, absorsinya baik dan dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Contoh Pembuatan Tincture Allium cepa ( Bawang Merah )
Untuk
membuat Tincture Allium cepa (sebagai contoh), kita ambil
beberapa butir bawang merah kupas kulit luarnya, cuci bersih kemudian iris
halus-halus. Siapkan bejana atau stoples yang telah disterilkan. Masukan 10
bagian simplisia (bawang merah) yang telah diiris halus ke dalam bejana, lalu
tuangkan 75 % Ethanol 95 %, kemudian aduk-aduk sehingga warna cairan berubah
warna. Kemudian bejana tutup rapat, simpan di ruangan yang terlindung dari
sinar matahari dan biarkan selama 5 hari sambil terus di aduk-aduk /
kocok-kocok. Setelah 5 hari kemudian larutan disaring dengan kertas saring ke
dalam bejana lain. Ampas hasil saringan dicuci dengan sisa Etanol ( 15 bagian )
sehingga diperoleh larutan sebanyak 100 bagian. Kemudian endapkan selama 2
hari, lalu saring dan pisahkan endapan yang terdapat dalam larutan. Maka
diperoleh Mother Tincture
( Q ).
Untuk
membuat tincture
yang berasal dari benda obat yang keras ( mineral
) dilakukan dengan cara menumbuknya dalam lesung atau porcelin mortar dengan
perbandingan 1 bagian benda Obat dan
99 bagian Gula Susu, ditumbuk (
dicampur & diaduk-aduk ) selama 1 jam. Adapun proses selanjutnya, setelah
mendapatkan potensi 3C, perlakuannya sama dengan proses pembuatan Tincture
lainnya, yaitu menggunakan Ethanol 95 %.
2.10. Aturan
Pembuatan Homeopathy
Pada
dasarnya setiap benda obat mempunyai khasiat untuk menyembuhkan suatu penyakit,
namun demikian dari sifat-sifat benda obat mempunyai reaksi efek balik yang
kadang kala membahayakan kesehatan. Misalnya suatu benda obat dengan dosis
tinggi dapat menyembuhkan akan tetapi beresiko tinggi. Oleh sebab itu untuk
menghilangkan efek negatif dari benda obat serta mendapatkan khasiat obat yang
aman dan efektif, maka perlu dilakukan penghalusan dari sifat-sifat benda obat
tersebut dengan memperkecil dosis yang dalam Homeopathy disebut dilusi atau pengenceran serta memberi potensi.
2.11. Penyiapan
dan Potensiasi Obat Homeopathy
Dalam ilmu
Homeopathy dikenal dengan 2 cara dilusi atau
pengenceran, yaitu metoda Centicimal dan
metoda Desimal. Pembuatan secara
CENTIMAL, dengan perbandingan 1 : 99, yaitu 1 tetes larutan asli (Tincture)
dengan 99 tetes Alkohol 95 %. Hasil dari Dilusi ini adalah potensi 1C.
Sedangkan secara DECIMAL, adalah pembuatan obat dengan perbandingan 1 : 9,
yaitu 1 tetes larutan asli (Tincture) dengan 9 tetes Alkohol 95 %. Hasil dari
Dilusi ini adalah potensi 1X.
Pengenceran
dari potensi 1C dengan perbandingan 1 : 99 hasil Dilusinya adalah potensi 2C.
Pengenceran dari potensi 2C disebut dengan potensi 3C. Demikian seterusnya.
Pada pengenceran lebih dari 12 kali, bahan aslinya sudah tidak ada lagi, yang
ada hanyalah kekuatan energi listrik / electron, yang didapatkan melalui
pengocokan ketika terjadi pengenceran.
Semakin
tinggi pengenceran / semakin encer unsur obat, semakin tinggi potensi dan
semakin kuat khasiat obat. Hal ini berlawanan dengan pengenceran untuk
obat-obat / unsur-unsur yang lain.
2.12. Cara
Penyiapan Obat Siap Konsumsi
Obat yang
merupakan hasil dari potensiasi atau mother tincture jarang digunakan secara
langsung, karena disamping rasanya sangat tidak enak ( pahit ), juga tidak
efisien. Maka untuk menjadikan obat yang siap konsumsi digunakanlah media obat,
berupa gula halus, atau globul ( bulatan kecil ).
Caranya
adalah : Gula halus dimasukan dalam plastik obat kemudian ditetesi satu atau
dua tetes obat, kemudian dicampur dengan cara meremas-remas agar bercampur
dengan merata. Sedangkan untuk Globul, setelah ditetesi 2 – 3 tetes, kemudian
dikocok-kocok hingga bercampur merata. Dan obat itu telah siap konsumi.
2.13. Ketentuan
Pemberian Obat Homeopathy
Pada
umumnya untuk penderita yang mempunyai gejala dengan vatalitas rendah atau
gejalanya berjalan lambat, dalam perawatannya diberikan potensi rendah (
potensi 6 – 39 C ). Sedangkan bagi penderita yang gejalanya hebat, baik dalam
bentuk demam atau gangguan emosional, diberikan potensi menengah ( 200C).
Adapun untuk menyembuhkan secara cepat dengan agravasi kecil, hanya diberikan
kepada penderita dengan jumlah keluhan mental atau emosional. Potensi yang
optimum akan merangsang secukupnya, dengan proses penyembuhan tubuh dengan cara
yang paling lembut.
Setiap
unsur obat memiliki dua macam efek, yaitu efek primer dan efek sekunder. Kedua efek ini berlawanan.
Ketika efek primer
berakhir, maka muncul efek sekunder.
Efek primer
bersifat
sementara, sedangkan efek sekunder
merupakan efek terakhir yang akan mengobati penyakit.
Dalam perawatan pasien Homeopathy ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
1. Jangan
sekali-kali mengulangi memberikan obat yang sama selama reaksi obat pertama
sedang berjalan pada arah kesembuhan.
2. Berikan
sekali lagi obat yang sama apabila reaksi obat pertama yang membawa kesembuhan
telah berhenti aksinya dan penyakitnya menunjukkan gejala seperti sebelumnya
diberikan obat.
3. Ganti
obat apabila reaksi perjalanan obat yang membawa kesembuhan telah berhenti dan
gejala penyakit berubah.
Selain
tiga hal tersebut ada pula yang harus diperhatikan dalam memilih jenis
obat-obatan, karena dalam obat Homeopathy ada tiga karakter obat, yaitu :
1.
Obat yang sejalan (Compatible), adalah obat yang satu dengan lainnya
mempunyai khasiat yang saling menunjang dalam penyembuhan penyakit, misalnya
penggunaan Aconite dapat diiringi dengan penggunaan Sulphur, Pulsatila, Arsenic
alb.
2.
Obat yang bertentangan (Inimica), adalah obat yang satu
dengan yang lainnya mempunyai khasiat yang saling bermusuhan, atau berlawanan
sehingga dapat menimbulkan berbagai gejala, misalnya pemberian obat Sulphur
mengiringi Calc Carb, atau Rhus Tox mengiringi Apis Mel.
3.
Antidotal
adalah obat yang satu digunakan bersamaan dengan obat lainnya dan obat tersebut
sebagai Antidot, maka obat yang satu dengan lainnya akan saling menghilangkan
khasiatnya. Misalnya Champhora dengan Opium atau Nux Vomica dengan Ignatia.
2.14. Cara
Penyimpanan Obat Homeopathy
- Obat
harus disimpan ditempat sejuk, kering dalam botol tertutup rapat, dan hindarkan
dari sinar matahari secara langsung, karena obat ini mudah menguap dengan
adanya peningkatan suhu udara. Penguapan ini akan terus berlangsung jika tutup
botol longgar atau tidak tertutup dengan baik.
- Obat-obatan ini harus disimpan tersendiri
dalam botol-botol terpisah, sehingga apabila diperlukan obat-obat itu dapat
dicampurkan, tetapi dianjurkan agar tidak menyimpan obat yang telah tercampur
dalam jangka waktu lama. Walaupun ada resep obat tertentu jika dicampur tidak
saling menimbulkan efek negatif, tetapi ada beberapa obat tertentu memiliki
sifat alami saling berlawanan dengan obat lainnya (Antidote) sehingga saling
menghilangkan khasiat obat, maka tidak boleh dicampurkan.
- Campuran obat yang baru dibuat mempunyai efek
lebih baik dari pada obat yang tercampur sebelumnya. Demikian pula obat-obat
ini harus selalu dilindungi dan dijauhkan dari bau-bauan, seperti : Parfum,
sabun, bedak, minyak kayu putih, bumbu dapur, kopi, dsb., karena akan
menghilangkan khasiat obat Homeopathy. Dalam keadaan normal, udara segar tidak
mempengaruhinya, tetapi untuk tindakan pencegahan, sebaiknya jangan memakai
Parfum ketika meminum obat atau hindari kedekatan dengan tempat obat-obatan.
- Jangan membuka dua botol obat secara
bersamaan dan berdekatan, karena akan saling mengkontaminasi.
2.15. Aturan
Minum Obat Homeopathy
1.
Diminum dalam keadaan perut kosong, minimal 30 menit sebelum dan sesudahnya
jangan makan atau minum apapun. Apabila setelah minum kopi, makan sambal atau
menyikat gigi menggunakan
pasta gigi, waktu yang baik adalah satu jam.
2. Aturan minum secara umum adalah
:
·
Potensi
6x / 30 dimininum 3 x sehari untuk tiga hari pertama, kemudian 1 x untuk
seterusnya.
·
Potensi
200 diminum 1 x sehari utnuk 3 hari pertama, selanjutnya 1 x seminggu.
·
Potensi
1000 diminum 1 x seminggu atau dua minggu satu kali.
·
Potensi
CM ( 10.000 / 100.000 ) hanya dianjurkan diminum satu dosis
3.
Kedisiplinan
meminum obat adalah faktor penting yang menyebabkan kesembuhan. Diusahakan
waktu meminum obat konstan setiap harinya.
4.
Setiap
ada tanda-tanda penyembuhan, pemakaian obat harus dikurangi. Apabila sudah
sembuh harus dihentikan pemakaian obat.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Homeopathy adalah seni penyembuhan yang
didasarkan pada hukum persamaan dengan tujuan memberikan kesembuhan yang
sebenar – benarnya. Bahan alami yang digunakan pada obat – obatan homeopathy berasal dari tumbuhan, hewan dan
mineral. Ada 2 prinsip jenis pengobatan homeopathy yaitu serupa dan pengenceran
serta klasik maupun kompleks. Di dalam pengembangannya homeopathy tidak berkembang dengan baik
karena adanya ketergantungan pada keahlian dan penilaian praktisi dalam menilai
obat yang sesuai untuk pasien. Penelitian Homeopathy sulit dilakukan karena obatnya dalam konsentrasi yang sangat rendah dan bersifat
sangat individual juga tidak ada standar yang seragam untuk peresepan Homeopathy.
DAFTAR
PUSTAKA
Almfelt A, Gustavus. 2000. Basic Principles of Homoeopathy. India: B. Jain.
Alvina RL, Schneiderman LJ. 1978. Why Patient Choose Homeopathy.
Jurnal West J Med 128 : 366-369. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/,
diakses tanggal 04 Februari 2019)
Hasbaan, A. (2003). Mengenal SIstem Pengobatan
Alternatif Homeopathy. (A. Hasbaan, Ed.).
Heninrich, Michael dkk. 2010.
Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta:
EGC.
Kanye, Steven B. 2007. Homeopathic Prescribing Pocket Companion.
British: Pharmaceutical Press.
Mirza, H., & Ahmad,
T. (2005). HOMOEOPATHY “Like cures like.” Islamabad: Islam International
Publications Ltd.
Tiwari Kant, Shashi. 2004. Homoeopathy Child Care. India: B. Jain.
Zaman, Nanizar – Joenoes.
2006. Ars Prscribendi Resep yang Rasional. Surabaya: Airlangga
University Press