Saturday, 9 March 2019

MAKALAH HOMEOPATHY


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 
Homeopathy adalah sistem pengobatan yang bekerjasama dengan sistem kekebalan tubuh untuk mencapai kesembuhan secara alamiah. Obat homeopathy dapat meningkatkan resistensi tubuh terhadap infeksi, mempercepat waktu penyembuhan dan dapat mencegah timbulnya komplikasi. Pengobatan ini bertujuan mengobati seseorang secara keseluruhan (holistik), meliputi fisik, emosi dan mental.
Penemu sistem pengobatan homeopathy adalah seorang dokter berasal dari Jerman pada tahun 1790 bernama dr. Samuel Christian Friedrich Hahneman. Pengobatan homeopathy saat ini sudah berkembang di negera-negara maju seperti Prancis, Jerman, Inggris, Amerika, bahkan di Malaysia dan India. Di Indonesia pengobatan ini termasuk kedalam katagori Pengobatan Alternatif, yang tertuang dalam Kepmenkes : No. 1076/Menkes/SK/VII/2003, Pasal 3, tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional.
Bahan obat homeopathy terbuat dari bahan alamiah, yaitu tumbuhan, hewan, mineral dan bahan biologis lainnya, yang diproses sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Homeopathy dapat mengobati berbagai macam penyakit, dari mulai penyakit ringan sampai dengan penyakit berat sekalipun. Pengobatan ini telah terbukti aman selama bertahun-tahun sejak ditemukannya
.
1.2. Falsafah Pengobatan
·         Mengobati diri adalah suatu kewajiban
·        Untuk mendapatkan kesehatan tubuh, manusia selalu melakukan berbagai usaha, seperti : Menjaga asupan makanan, berolah raga dan beristirahat, menghindari diri dari stress, dsb.
Menurut Tyler Kent : bahwa yang sekarang dinamakan penyakit adalah kelanjutan (Ultimate) dari suatu proses sebelumnya. Yaitu ketidak serasian antara The Will and Understanding / Kemauan dan Pengertian.
a.       Apabila “The Will” Terpenuhi : maka hidup akan menjadi Tenang / Sehat
b.   Apabila “The Will” Tidak Terpenuhi, tetapi terselesaikan dengan pengertian (Understanding), maka hidup akan menjadi Tenang kembali / Sehat
c.      Apabila “The Will” tidak terpenuhi dan tidak terselesaikan dengan pengertian, maka akan timbul Konflik jiwa – Stress -- Keluhan badan, yang akibatnya hidup menjadi tidak Tenang / Tidak Sehat.
Sistem pengobatan dalam ilmu kesehatan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a.       Allopathy : adalah sistem pengobatan dengan cara menyerang penyakit. Obat yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk membunuh penyakit, oleh karenanya obat yang diberikan harus dengan dosis yang besar / cukup.
b.   Homeopathy : adalah sistem pengobatan yang bekerjasama dengan sistem kekebalan tubuh. Obat yang diberikan kepada pasien bertujuan untuk membangkitkan sistem pertahanan tubuh ( antibody / vital force ), sehingga tubuh itu sendiri yang akan melawan penyakit. Cukup dengan rangsangan kecil / dosis kecil.

1.3. Sejarah Ilmu Kedokteran
a.       Zaman Purbakala :
Orang Sakit dianggap kemasukan Roh Jahat. Diobati dengan jampi-jampi atau dengan ramuan-ramual alami.
b.      Zaman Hipocrates :
Hippocrates, lahir pada 400 tahun sebelum Masehi, dikenal sebagai bapak Kedokteran mengemukakan hukum yang berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu :
1.    Hukum Similia : Obat untuk menyembuhkan suatu gejala, jika diberikan kepada orang sehat, bisa menimbulkan gejala tersebut.
2. Vis Medicatrix Neturea : Manusia diciptakan Tuhan sudah dengan daya tahan secara alamiah terhadap serangan penyakit.
3.  Medicus Interpres et Minister Naturea : Dokter / Tabib hanya mempelajari dan membantu alam untuk menghalau penyakit.
c. Zaman Modern / Allopathy :
-       Hukum Similia dilupakan orang.
-        Microskop : digunakan untuk mempelajari Bibit Penyakit, seperti Bakteri, Parasit, Jaringan dan Sel tubuh manusia.
-          Alat Potret Rontgen : dipakai untuk mempelajari keadaan tubuh pasien.
-          Laboratorium : dilakukan pemeriksaan bahan-bahan kimiawi badan pasien.
-          Farmasi : mencari obat-obat untuk melawan penyakit pasien
-         Contraria Contrariis Cerentur : Usaha Allopaty menyembuhkan dengan melawan penyakit.
d.      Zaman Homeopathy :
Hukum-hukum yang dikemukakan Hippocrates hidup kembali
-          Hukum Similia : bahwa obat terhadap suatu gejala, jika diberikan kepada orang sehat akan menimbulkan gejala tersebut, berket penyelidikan Dr. Hahnemann dengan kulit Kina sebagai obat Malaria.
-          Similia Similibus Curentur : Like can be cured by lika / yang serupa bisa menyembuhkan yang serupa. Untuk menyembuhkan keluhan pasien, dicari obat yang memberikan keluhan yang sama pada orang sehat.
-          Profil Penyakit, yaitu keluhan yang diderita oleh Pasien
-          Profil Obat, yaitu keluhan yang ditimbulkan oleh obat pada orang sehat.
-          Homeopathy berasal dari dua kata, yaitu : HOMEOS = Sama dan PATHOS = Penderitaan.
-          Vis Medicatrix Naturea : manusia sudah mempunyai daya tahan alamiah untuk menghalau penyakit. Proving : Percobaan Hahnemann dengan memakan obat-obat yang sudah diketahui khasiatnya.
-         Materia Medica : Buku kumpulan obat-obat yang sudah di-Proving dengan segala gejala-gejalanya.

1.4. Perbedaan Antara Pengobatan Homeopathy Dan Allopathy
Metoda pengobatan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian :
1.      Metoda Pengobatan Kedokteran Modern ( Umum / Standar )
2.      Metoda Pengobatan Alternatif ( Homeopathy, ramuan jamu-jamu, Herbalisme, Akupungtur, Pijat Refleksi, dll ).

Perbedaan antara Metoda Pengobatan Kedokteran Modern / Allopaty dan Homeopathy


Hukum Penyembuhan Homeopathy :
- Reaksi Primer : Counter Effect = Efek Kebalikan ( Agravasi )
- Reaksi Sekunder : Therapeutic Effec = Efek Pengobatan
- Penyakit Artifisial : Penyakit buatan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Perkembangan Homeopathy
Prinsip dasar Homeopathy sebagai sistem pengobatan awalnya diperkenalkan oleh seorang tabib Hippocrates (300 SM) yang dikenal dengan julukan “The Father of Medicine”. Ia menulis bahwa melalui zat yang sama, penyakit dapat ditimbulkan dan melalui zat yang sama penyakit dapat disembuhkan. Penemuan Hippocrates ditemukan kembali oleh Samuel Hahnemann, seorang dokter kebangsaan Yunani yang lahir pada 10 April 1753 dan wafat pada 2 Juli 1843, dengan julukan bapak Homeopathy.
Sistem pengobatan Homeopathy berawal dari ketidakpuasan Samuel Hahnemann dengan sistem pengobatan Allopathy yang sudah dia tekuni sejak masa pendidikannya di Fakultas Kedokteran di Jerman. Dia menganggap obat yang diberikan kepada orang sakit mempunyai efek samping karena mengandung zat kimia yang membahayakan bagi tubuh.
Pada tahun 1790 Dr.Hahnemann menterjemahkan sebuah buku berbahasa Inggris karangan Dr.Cullen yang berjudul “Cullen’s Materia Medika” ke dalam Bahasa Jerman. Dia menemukan teori yang berhubungan dengan aksi kulit pohon kina dalam mengatasi malaria. Dia tertarik untuk mengkaji penemuan tersebut, kemudian kulit pohon kina dimakannya, alhasil dia terkena gejala malaria. Kemudian dipotentisasikannya kulit pohon kina dan kembali dimakannya. Ternyata gejala malarianya pun sembuh. Akhirnya kajian demi kajian dia lakukan dan terus diujikan pada dirinya sendiri. Hasilnya membuatnya puas dan semakin yakin dengan apa yang sudah dia temukan.
Sistem pengobatan ini kemudian berkembang di berbagai negara Eropa, terutama setelah mewabahnya penyakit kolera pada tahun 1831, dimana dr. Hahnemann dengan menggunakan Champora telah berhasil mengobati para pasien yang menderita muntaber.
Dr. Frederick Foster Hevey Quin, salah seorang pasien dr. Hahnemann kemudian mengembangkan sistem pengobatan ini. Pada tahun 1854 di Eropa mendapat kesempatan untuk membuktikan kesuksesannya mengobati pasien kolera dengan obat Homeopathy. Kematian pasien di Rumah Sakitnya 30 % lebih sedikit dibandingkan dengan pasien di Rumah Sakit Umum.
Keberhasilan Eropa menarik minat Amerika untuk mengembangkannya. Di Asia, homeopathy sudah sejak lama dikenal luas, terutama di India dan Pakistan. Di Malaysia dan Singapura pun homeopathy sudah digunakan secara umum dan diperjualbelikan.

2.2. Pengujian Obat Homeopathy ( Proving )
Gagasan Hahnemann dalam melakukan pengesahan obat ( Proving ) dilakukan kepada orang yang sehat dan diamati setiap gejala yang timbul. Beliau melakukannya terhadap dirinya sendiri dan teman-temannya. Tujuan Proving untuk mengetahui siafat-sifat obat serta gejala yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Gejala yang timbul kemudian dicatat dan dibukukan dalam Kitab Materia Medica.
Pada awal abad ke 19 ketika Hahnemann mengembangkan Homeopathy, kulit kayu Kina dipergunakan untuk mengobati penyakit yang disebut “Aque” yaitu demam yang menimbulkan panas dingin yang sekarang dikenal dengan penyakit Malaria. Pertama kali kulit kayu Kina ini ditemukan suku Indian Amerika Selatan yang disinyalir banyak tumbuh di Peru dan negara tetangganya sangat efektif dalam mengobati penyakit Malaria. Pada tahun 1640 seorang yang bernama Countess of Chichon membawa kulit kayu ini ke Eropa, kemudian namanya diabadikan menjadi nama tumbuhan ini ( Chinhona ).
Zat aktif yang terkandung dalam kulit kayu ini adalah “Quinine” yang dapat menimbulkan efek samping yang keras, antara lain sakit kepala, muntah dan demam yang merupakan gejala penyakit malaria, ketulian dan telinga berdengung, bercak merah dan sakit perut.
Karakter yang ditimbulkan oleh kulit kayu Kina ini mengundang perhatian Hahnemann untuk melakukan penelitian, megnapa obat ini begitu efektif dalam melawan penyakit Malaria. Kemudian Hahnemann melakukan uji coba terhadap dirinya, beliau meminum obat tersebut untuk melihat pengaruhnya, selama satu minggu dia makan kulit kayu kina dalam dosis kecil perharinya. Ketika tubuhnya merasakan gejala Malaria, Hahnemann berkesimpulan bahwa obat yang dapat menimbulkan suatu penyakit, dapat pula menyembuhkan penyakit tersebut.
Dari hasil pengujian tersebut kemudian Hahnemann mengambil suatu kesimpulan, mengingat efek sampingnya yang sangat keras, dia berkeyakinan bahwa dosis yang jauh lebih kecil bisa memberikan efek penyembuhan yang sama. Atas dasar hasil pengujian inilah maka prinsip dosis meminum ini menjadi patokan dalam pengobatan Homeopathy.

2.3. Prinsip Dasar Homeopathy
Homeopathy adalah salah satu bentuk ilmu kedokteran naturopati yang dalam proses kerjanya adalah membantu tubuh melakukan proses penyembuhan diri sendiri. Hal ini sejalan dengan imunisasi, apabila kita melakukan vaksinasi maka tubuh kita akan mengalami kekebalan dari jenis penyakit tertentu. Demikian pula halnya dengan obat Homeopathy yang kita konsumsi merupakan vaksin bagi tubuh kita.
Dalam pengobatan Homeopathy dikenal dengan prinsip totality of symptoms, yaitu seorang praktisi Homeopathy dalam mengobati seseorang penderita tidak hanya megnamati pada gejala yang timbul belaka, akan tetapi seorang Homeoath harus lebih jeli dengan memperhatikan kondisi keseimbangan individu si penderita, secara menyeluruh baik fisik, rohani maupun jiwanya, hal ini yang disebut modalitas. Modalitas yang terdapat pada individu penderita harus disesuaikan dengan obat yang terdapat dalam buku panduan atau daftar obat Homeopathy yang dikenal dengan “Materia Medika”.
Konsep vitalistik ilmu pengetahuan telah ada selama bertahun – tahun pada saat Hahnemann mengembangkan teori – teorinya dengan prinsip utama, yaitu:
1.           Prinsip serupa (like cures like atau similia similibus curentur)
Artinya serupa menyembuhkan yang serupa. Maksudnya bahwa bahan yang digunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit adalah bahan yang telah dipotentisasikan. Apabila bahan obat yang telah dipotentisasikan tersebut diberikan pada orang yang sehat akan menampakkan gejala yang sama dengan gejala yang ada pada orang sakit. Contoh, Allium Cepa (bawang merah), apabila kita iris, dia akan menyebabkan mata merah dan hidung berair. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bawang merah adalah obat yang tepat untuk orang yang mengalami gejala mata merah dan hidung berair. Contoh lain, buah durian. Apabila kita makan buah durian terlalu banyak, maka tubuh kita akan panas, dan untuk menghilangkan panas tersebut, kita minum air dari kulit durian tersebut.
Dalam prisnip Homeopathy gejala pasien dicocokkan dengan gejala yang dihasilkan obat. Semakin dekat kecocokan pla gejala obat dengan pasien, semakin mujarablah obat tersebut. Sebagai contoh, dalam kasus penyakit salesma, dokter Alopaty dapat dipastika memberikan obat Aspirin dan menganjurkan banyak minum air putih dan istirahat. Berbedaa dengan seorang homeopathy, dia akan mengajukan banyak pertanyaan sehubungan dengan gejala yang dirasakan. Misalnya bersin-bersin, mata berair, serak, batuk-batuk, sakit kepala, banyak ingus, bibir atas panas dan merasa tidak enak pada ruangan yang dingin, seorang Homeopathy akan memberikan Alium Cepa (bawang merah). Sebaliknya bila merasa gelisah dan sulit tidur, demam, sakit kepala, merasa haus, mata dan hidung serasa panas, merasa enak pada ruangan panas, maka obatnya Arsenik.
2.      Prinsip pengenceran (hukum dosis minimum)
Bahwa semakin rendah dosis obat maka semakin besar efektivitasnya. Dalam Homeopathy, zat diencerkan secara bertahap. Proses ini disebut sebagai potentization dan diyakini untuk menghantarkan beberapa bentuk informasi atau energi dari pengenceran akhir senyawa asli. Kebanyakan obat Homeopathy sangat encer, namun dalam Homeopathy diyakini bahwa senyawa yang encer tersebut memberikan esensi yang merangsang tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Prinsip dasar Homeopathy yang dikemukakan oleh Hahnemann menjadi dasar praktik Homeopathy modern, kecuali aturan obat tunggal yang digantikan dengan resep banyak obat. Untuk berbagai obat tersebut, ahli Homeopathy mengandalkan pembuktian Hahnemann sehingga pedoman tentang obat dapat digunakan untuk mengobati gejala-gejala tersebut. Pembuktian di zaman modern yang melibatkan sukarelawan sehat terkadang dilakukan dan melibatkan rancangan penelitian yang cermat. Prinsip Homeopathy modern menyatakan bahwa:
1.        Penyakit disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatasi faktor-faktor yang menantang, seperti gizi buruk dan keadaan lingkungan yang merugikan.
2.        Tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit menunjukan usaha tubuh untuk memperbaiki sistem.
3.        Obat-obat Homeopathy bekerja dengan cara merangsang aktivitas penyembuhan tubuhnya sendiri dan bukan dengan bekerja secara langsung pada proses penyakit.
4.        Daya hidup diekspresikan secara berbeda pada tiap orang sehingga pengobatan harus dipilih secara individual.

2.4.       Jenis – Jenis Pengobatan Homeopathy
Berbagai kebiasaan resep telah berkembang di berbagai negara yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Sebuah divisi konseptual yang jelas telah muncul membagi dua praktek Homeopathy yaitu klasik dan kompleks. Homeopathy klasik umumnya melakukan pengobatan tunggal sesuai dengan tipe pasien dan gambaran gejala, serta satu obat Homeopathy pada suatu waktu untuk mengerti dengan jelas efek dari obat yang pada organisme.
Pada kasus penyakit akut atau cedera, di mana gejala fisik jauh lebih besar daripada gejala emosional dan lainnya, akan diambil pendekatan yang lebih pragmatis yaitu dengan menggunakan kombinasi obat dalam potensi rendah. Jadi, misalnya lima atau enam obat diketahui membantu untuk influenza, akan digabungkan dalam satu tablet tunggal. Ini adalah pendekatan kompleks berdasarkan teori Homeopathy Inggris Dr.Richard Hughes.
Kebanyakan pengobatan Homeopathy memiliki “drug picture”, penelitian tertus yang dikenal sebagai “membuktikan obat” dari gejala-gejala yang nampak ketika obat diberikan kepada relawan yang sehat. Secara teoritis hal ini membuktikan zat mengacu pada semua gejala penyakit yang disebabkan oleh zat pada orang sehat sesuai prinsip yang telah dibuktikan Hahnemann.
Obat Homeopathy biasanya diklasifikasikan berdasarkan cara penggunaanya, antara lain:
1.      Obat Klasik
Sebagian besar obat Homeopathy merupakan golongan obat klasik. Mereka digunakan berdasarkan metode umum Hahnemann yang sesuai dengan gejala pasien untuk dijadikan obat. Waktu konsultasi dibutuhkan selama 1 jam atau lebih untuk mendapatkan informasi yang cukup bagi dokter untuk memberikan resep berdasarkan dasar dari “semua gejala” dari gejala lokal sederhana.
2.      Obat Konstitusional
a.       Orang memberikan reaksi terhadap obat Homeopathy dengan intensitas level yang berbeda.
b.      Beberapa orang memberikan respon baik untuk obat tertentu; antara orang-orang dalam suku dan ras, karakteristik fisik dan mental tertentu yang tampak umum (misalnya tekstur kulit, warna rambut, tinggi dan berat badan).
c.       Harus ditekankan bahwa Homeopathy umumnya tidak berfungsi seperti 'Tanda Doktrin' yang dipopulerkan oleh herbalists pada abad ketujuh belas. Dalam istilah yang sederhana, doktrin ini adalah gagasan bahwa Allah ditandai segalanya. Bahwa segala yang Ia ciptakan memilikan tujuan tertentu seperti diciptakannya tumbuhan sebagai obat yang memiliki efek terapi.
3.      Obat Isopathic
Penjelasan tentang berbagai kelompok obat-obatan isopathic dan terminologi yang digunakan di Eropa dan Amerika Serikat. obat-obatan yang paling isopathic dikelola atas dasar prinsip Aequalia aequalibus curentur - 'biarkan yang sama diperlakukan dengan sama' - bukan klasik 'seperti membiarkan diperlakukan oleh seperti’
a.      Allergodes
Allergodes dapat digunakan secara efektif asalkan pasien mengetahui sumber alergi atau hasil pengujian yang tersedia. Ada variasi geografis yang mungkin perlu dipertimbangkan (misalnya untuk serbuk sari, pohon atau cetakan). Allergodes bisa efektif dalam pengobatan berbagai reaksi alergi.
b.      Nosodes
Nosodes termasuk batuk rejan (pertussin) dan campak Jerman (rubella). Selain itu ada juga nosodes tropis seperti kolera dan malaria yang kadang-kadang diklaim sebagai 'vaksin'. Beberapa sejarah nosodes memiliki berbagai macam reaksi, walaupun penggunaannya terbatas pada keadaan yang agak khusus. Contoh Influenzinum, Bacillinum dan Psorinum.
c.      Sarcodes
Banyak obat (terutama yang berasal dari venoms ular dan laba-laba) memiliki reaksi  obat yang komprehensif dan dapat digunakan setelah repertorisasi dengan cara yang normal.
d.     Tautodes
Tautodes (juga dikenal sebagai obat tautopathic) digunakan untuk pengobatan isopathic dari efek samping reaksi obat, alergi dan iritasi bahan kimia dianggap secara langsung disebabkan oleh sumber yang dipilih. Sangat sedikit  tautodes yang memilikireaksi obat yang baik. Contoh vaksin dan obat-obatan komersial.
4.      Obat – obatan kompleks
Pencampuran obat-obatan yang berbeda dan potensi yang berbeda dalam satu wadah, dipilih untuk efek gabungan mereka pada negara-negara yang sakit particullar, dikenal sebagai 'kompleks' resep. ini sangat populer di Perancis dan Jerman, di mana tidak jarang memiliki 15 - 20 obat-obatan mulai dari sangat rendah ke tinggi potensi dalam persiapan yang sama, dengan indikasi untuk digunakan pada label. kemungkinan bahwa banyak dari campuran kompleks akan muncul di pasar Inggris dalam masa mendatang.

2.5.       Penggunaan Homeopathy
Homeopathy mengobati seseorang berdasarkan riwayat kesehatan genetik, gejala fisik, emosional dan mental saat ini. Sistem pengobatan ini bersifat individual atau disesuaikan pada masing – masing orang, sehingga tidak jarang ditemukan orang lain dengan kondisi yang sama tetapi menerima perlakuan yang berbeda. Obat Homeopathy berasal dari bahan alami yang berasal dari tanaman, mineral atau hewan. Obat – obat ini digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan mulai dari pencegahan hingga pengobatan seperti alergi, sindrom asma, kelelahan kronis, depresi, gangguan pencernaan, infeksi telinga, sakit kepala dan ruam kulit.
Penggunaan obat Homeopathy dalam klinik diatur sesuai dengan pedoman Pharmacopeia Homeopathic Amerika Serikat (HPUS). Obat Homeopathy diatur dengan peraturan yang sama seperti obat OTC. Namun, karena obat Homeopathy mengandung zat aktif yang sangat sedikit atau hampir tidak ada, maka obat Homeopathy tidak harus menjalani pengujian khasiat dan keamanan seperti obat OTC baru. FDA tidak mengharuskan obat Homeopathy memenuhi standar formal tertentu untuk kekuatan, kemurnian dan kemasan. Label pada obat harus menyertakan setidaknya satu indikasi utama, daftar bahan, pengenceran dan petunjuk keselamatan. Obat Homeopathy yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit serius seperti kanker maka penjualannya memerlukan resep dokter, sedangkan obat Homeopathy yang digunakan untuk mengobati masalah kesehatan yang ringan seperti flu atau sakit kepala dapat dijual tanpa resep dokter.
Beberapa uji perbandingan efektivitas penggunaan obat Homeopathy dan obat konvensional memberikan hasil yang menarik. Beberapa di antaranya adalah:
1.      Harga obat Homeopathy cenderung murah dari pada obat konvensional.
2.      Obat – obatan Homeopathy tidak diuji cobakan pada hewan, melainkan langsung diuji cobakan pada manusia.
3.      Obat konvensional memiliki efek samping misalnya nyeri, sedangkan obat Homeopathy tidak karena menyeimbangkan kondisi homeostasis atau upaya mencapai kondisi ideal seseorang.
4.      Obat Homeopathy bersifat individual dan tidak memisahkan antara kondisi fisik maupun mental pasien, namun obat konvensional umumnya akan diberikan untuk mengatasi gejala yang sama meski bisa jadi kondisi pasien tersebut berbeda satu sama lain.

2.6. Gejala Agravasi
Ada dua istilah dalam sistem pengobatan Homeopathy, yaitu Amelioration dan Aggravation.
1. Amelioration atau kesembuhan adalah perjalanan dari suatu penyakit setelah diberikan obat menunjukan dampak dan gejala positif untuk penyembuhan akibat dari efek obat yang diberikan, sehingga diri si penderita merasa tenang karena rasa sakitnya sudah berkurang.
2. Agravation adalah suatu gejala yang tumbuh akibat a\suatu penyakit yang diberikan obat, maka si pasien untuk beberapa lama akan merasakan rasa sakit yang semakin hebat, namun pada akhirnya rasa sakit itu akan hilang dengan sendirinya, gejala semacam ini menunjukkan bahwa penyakit yang diderita mengarah pada kesembuhan.
Salah satu faktor penting yang harus menjadi perhatian para homeopathy adalah masalah Agravasi atau terjadinya gejala penyakit buatan. Apabila si penderita diberikan salah satu obat Homeopathy dan si penderita tersebut kemudian mengalami penderitaan atau merasakan penyakitnya semakin parah. Kejadian yang demikian menandakan agravasi telah terjadi. Namun demikian hal ini tidak perlu dirisaukan, karena sesungguhnya kejadian ini menandakan obat yang diberikan benar dan tepat.
Agravasi merupakan tanda-tanda penting dalam prinsip pengobatan homeopathy, artinya bahwa tanda-tanda atau gejala-gejala yang timbul merupakan pertanda baik bagi si penderita bahwa penyakitnya akan segera sembuh, sedangkan terjadinya peningkatan gejala semakin hebat merupakan suatu reaksi obat dan keadaan tersebut akan berlangsung hanya sementara, setelah itu akan hilang dan penyakitnya akan sembuh secara alami.
Pada umumnya obat homeopathy yang diberikan kepada si penderita dan menimbulkan agravasi atau peningkatan gejala yang ditandai dengan munculnya berbagai gejala penyakit, sesungguhnya sangat tergantung pada :
1. Bahwa Obat yang diberikan tepat sesuai dengan keluhan si penderita
2. Si Penderita terlalu sensitive terhadap obat yagn diminum
3. Dapat pula terjadi akibat dari potensi yang diberikan tidak sesuai dengan kondisi si Penderita.
Dokter Kent mengatakan, apabila mendapatkan pasien mengalami penderitaan yang semakin parah (Agravasi) yang datangnya dengan cepat setelah minum obat, maka jangka waktu penderitaannyaakan singkat, dan selanjutnya akan megnalami penyembuhan. Kasus ini biasanya terjadi pada jenis-jenis penyakit Acute. Sedangkan untuk penyakit Cronic, agravasi bisa terjadi dalam beberapa hari lamanya.
Untuk menjadi catatan bahwa penyakit Cronic pada umumnya penyembuhannya berjalan lambat dan lama, bahkan kadang-kadang memakan waktu berhari-hari sampai berminggu-minggu yang pada akhirnya penyakit akan sembuh secara alami.

2.7. Bahan Dasar Homeopathy
Bahan dasar obat homeopathy terdiri dari tumbuhan, hewan dan mineral. Sebagai contoh :
Bahan dari Tumbuhan :
1.      Aconite ( Aconitum Napellus ) : Pohon dengan tinggi sekitar 70 – 100 cm, terdapat di pegunungan Eropa, Rusia dan Asia Tengah. Bagian yang digunakannya adalah akar, bunga dan daun. 90 % racunnya terdapat pada akar. Tanaman ini diambil saat sedang berbunga, yaitu sekitar bulan Juni – Juli. Proving yang dilakukan Hahnemann pada tahun 1805 dan digunakan secara luas untuk demam dan keluhan yang sifatnya tiba-tiba dengan disertai rasa nyeri dan takut.
2.      Belladonna ( Altropa Belladona ), artinya Wanita Cantik. Bagian yang digunakannya adalah daun dan bunga segar. Proving dilakukan Hahnemann tahun 1799, digunakan untuk demam skarlet.
3.      Bryonia, China, Lycopodium, Nux Vomica, Pulsatila, Thuja, dll.
Bahan dari Hewan :
1. Lachesis ( Trigonocephalus lachesis ), adalah bisa ular ( asal Amerika Selatan ) yang dibuat obat homeopathy untuk mengobati gigitan ular yang bisanya menyerang pernafasan.
2. Cantharis, diambil dari bisa sejenis Kumbang yang sangat beracun, digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan rasa panas, seperti terbakar, tersiram air panas, dsb.
3. Apis Mellifica, dibuat dari madu lebah, untuk mengobati, kulit bengkak-bengkak akibat gigitan atau sengatan binatang.
Bahan dari Mineral :
1. Silicea Terra adalah bahan utama batu-batuan di permukaan bumi, yang dapat ditemukan dimana saja. Oleh tanaman Silicea diserap dalam batang guna menguatkan tubuh. Dalam tubuh manusia, Silicea untuk menguatkan gigi, rambut dan kuku.
2. Sulfur. Bahan sulfur mineral ditemukan dekat kawah gunung berapi dan sumber air panas. Sulphur digunakan untuk berbagai keluhan di kulit dan pencernaan.
3. Calc Carb ( Calcium Carbonate ), bahan yang diambil adalah bagian kerang yang mengkilap, bila terkena cahaya akan terlihat warna pelangi. Obat ini bekerja pada tulang dan gigi, juga untuk keluhan nyeri punggung, persendian, tulang patah dan nyeri gigi.
4. Arsenic Alb. ( Arsenicum album ), batuan ini ditemukan di Swedia, Jerman, Norwegia, Inggris dan Kanada. Pada jaman dulu Arsenic digunakan untuk meningkatkan stamina dan menguatkan otot. Arsenic juga dikenal sebagai racun. Efek racun yang akut berupa rasa terbakar di saluran pencernaan, disertai muntah, kejang-kejang dan bahkan kematian. Sebagai obat homeopathy, obat ini bekerja pada membarn mukosa ( selaput lendir ) dari saluran pencernaan.

2.8.     Istilah dalam Homeopathy
a.      Proving : Pembuktian atau pengujian obat terhadap diri sendiri atau orang lain.
b.      Symptom : tanda-tanda penyakit / gejala yang timbul.
c.      Akut : serangan penyakit secara tiba-tiba / sifatnya mendadak
d.     Kronis : penyakit yang menyerangnya secara perlahan / menahun.
e.      Mother Tincture : cairan induk / master ( lambang Q ) yang merupakan hasil campuran bahan obat dengan Alkohol 95 % yang telah diendapkan selama 2-3 minggu.
f.       Potensi : kemampuan tubuh untuk mengantisipasi rangsangan obat. Semakin encer konsentrasi substanssi maka semakin tinggi potensinya, dan semakin kuat khasiatnya.
g.      Antidotum : obat yang satu bila dicampur dengan obat lain saling menghilangkan khasiatnya.
2.9.     Cara Pembuatan Homeopathy
Tincture
Untuk melakukan suatu penyarian (pembuatan obat dengan mengambil sari) suatu simplisia (contoh bahan dasar obat), kita harus mengetahui cairan penyari apa yang harus dipergunakan. Berdasarkan Farmakope Indonesia cairan penyari yang diijinkan untuk dipergunakan adalah : air, Etanol, Etanol air atau Eter.
Pada umumnya cairan yang dipergunakan dalam Tincture Homeopathy adalah Etanol (Alkohol) 95 %. Timbul pertanyaan mengapa mesti Ethanol yang dipergunakan. Hal ini dengan pertimbangan bahwa Ethanol lebih efektif, jamur dan kuman sulit tumbuh, tidak beracun, netral, absorsinya baik dan dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan.
Contoh Pembuatan Tincture Allium cepa ( Bawang Merah )
Untuk membuat Tincture Allium cepa (sebagai contoh), kita ambil beberapa butir bawang merah kupas kulit luarnya, cuci bersih kemudian iris halus-halus. Siapkan bejana atau stoples yang telah disterilkan. Masukan 10 bagian simplisia (bawang merah) yang telah diiris halus ke dalam bejana, lalu tuangkan 75 % Ethanol 95 %, kemudian aduk-aduk sehingga warna cairan berubah warna. Kemudian bejana tutup rapat, simpan di ruangan yang terlindung dari sinar matahari dan biarkan selama 5 hari sambil terus di aduk-aduk / kocok-kocok. Setelah 5 hari kemudian larutan disaring dengan kertas saring ke dalam bejana lain. Ampas hasil saringan dicuci dengan sisa Etanol ( 15 bagian ) sehingga diperoleh larutan sebanyak 100 bagian. Kemudian endapkan selama 2 hari, lalu saring dan pisahkan endapan yang terdapat dalam larutan. Maka diperoleh Mother Tincture ( Q ).
Untuk membuat tincture yang berasal dari benda obat yang keras ( mineral ) dilakukan dengan cara menumbuknya dalam lesung atau porcelin mortar dengan perbandingan 1 bagian benda Obat dan 99 bagian Gula Susu, ditumbuk ( dicampur & diaduk-aduk ) selama 1 jam. Adapun proses selanjutnya, setelah mendapatkan potensi 3C, perlakuannya sama dengan proses pembuatan Tincture lainnya, yaitu menggunakan Ethanol 95 %.

2.10.   Aturan Pembuatan Homeopathy
Pada dasarnya setiap benda obat mempunyai khasiat untuk menyembuhkan suatu penyakit, namun demikian dari sifat-sifat benda obat mempunyai reaksi efek balik yang kadang kala membahayakan kesehatan. Misalnya suatu benda obat dengan dosis tinggi dapat menyembuhkan akan tetapi beresiko tinggi. Oleh sebab itu untuk menghilangkan efek negatif dari benda obat serta mendapatkan khasiat obat yang aman dan efektif, maka perlu dilakukan penghalusan dari sifat-sifat benda obat tersebut dengan memperkecil dosis yang dalam Homeopathy disebut dilusi atau pengenceran serta memberi potensi.
2.11.   Penyiapan dan Potensiasi Obat Homeopathy
Dalam ilmu Homeopathy dikenal dengan 2 cara dilusi atau pengenceran, yaitu metoda Centicimal dan metoda Desimal. Pembuatan secara CENTIMAL, dengan perbandingan 1 : 99, yaitu 1 tetes larutan asli (Tincture) dengan 99 tetes Alkohol 95 %. Hasil dari Dilusi ini adalah potensi 1C. Sedangkan secara DECIMAL, adalah pembuatan obat dengan perbandingan 1 : 9, yaitu 1 tetes larutan asli (Tincture) dengan 9 tetes Alkohol 95 %. Hasil dari Dilusi ini adalah potensi 1X.
Pengenceran dari potensi 1C dengan perbandingan 1 : 99 hasil Dilusinya adalah potensi 2C. Pengenceran dari potensi 2C disebut dengan potensi 3C. Demikian seterusnya. Pada pengenceran lebih dari 12 kali, bahan aslinya sudah tidak ada lagi, yang ada hanyalah kekuatan energi listrik / electron, yang didapatkan melalui pengocokan ketika terjadi pengenceran.
Semakin tinggi pengenceran / semakin encer unsur obat, semakin tinggi potensi dan semakin kuat khasiat obat. Hal ini berlawanan dengan pengenceran untuk obat-obat / unsur-unsur yang lain.

2.12.   Cara Penyiapan Obat Siap Konsumsi
Obat yang merupakan hasil dari potensiasi atau mother tincture jarang digunakan secara langsung, karena disamping rasanya sangat tidak enak ( pahit ), juga tidak efisien. Maka untuk menjadikan obat yang siap konsumsi digunakanlah media obat, berupa gula halus, atau globul ( bulatan kecil ).
Caranya adalah : Gula halus dimasukan dalam plastik obat kemudian ditetesi satu atau dua tetes obat, kemudian dicampur dengan cara meremas-remas agar bercampur dengan merata. Sedangkan untuk Globul, setelah ditetesi 2 – 3 tetes, kemudian dikocok-kocok hingga bercampur merata. Dan obat itu telah siap konsumi.

2.13.   Ketentuan Pemberian Obat Homeopathy
Pada umumnya untuk penderita yang mempunyai gejala dengan vatalitas rendah atau gejalanya berjalan lambat, dalam perawatannya diberikan potensi rendah ( potensi 6 – 39 C ). Sedangkan bagi penderita yang gejalanya hebat, baik dalam bentuk demam atau gangguan emosional, diberikan potensi menengah ( 200C). Adapun untuk menyembuhkan secara cepat dengan agravasi kecil, hanya diberikan kepada penderita dengan jumlah keluhan mental atau emosional. Potensi yang optimum akan merangsang secukupnya, dengan proses penyembuhan tubuh dengan cara yang paling lembut.
Setiap unsur obat memiliki dua macam efek, yaitu efek primer dan efek sekunder. Kedua efek ini berlawanan. Ketika efek primer berakhir, maka muncul efek sekunder. Efek primer bersifat sementara, sedangkan efek sekunder merupakan efek terakhir yang akan mengobati penyakit.
Dalam perawatan pasien Homeopathy ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
1. Jangan sekali-kali mengulangi memberikan obat yang sama selama reaksi obat pertama sedang berjalan pada arah kesembuhan.
2. Berikan sekali lagi obat yang sama apabila reaksi obat pertama yang membawa kesembuhan telah berhenti aksinya dan penyakitnya menunjukkan gejala seperti sebelumnya diberikan obat.
3. Ganti obat apabila reaksi perjalanan obat yang membawa kesembuhan telah berhenti dan gejala penyakit berubah.
Selain tiga hal tersebut ada pula yang harus diperhatikan dalam memilih jenis obat-obatan, karena dalam obat Homeopathy ada tiga karakter obat, yaitu :
1.      Obat yang sejalan (Compatible), adalah obat yang satu dengan lainnya mempunyai khasiat yang saling menunjang dalam penyembuhan penyakit, misalnya penggunaan Aconite dapat diiringi dengan penggunaan Sulphur, Pulsatila, Arsenic alb.
2.      Obat yang bertentangan (Inimica), adalah obat yang satu dengan yang lainnya mempunyai khasiat yang saling bermusuhan, atau berlawanan sehingga dapat menimbulkan berbagai gejala, misalnya pemberian obat Sulphur mengiringi Calc Carb, atau Rhus Tox mengiringi Apis Mel.
3.      Antidotal adalah obat yang satu digunakan bersamaan dengan obat lainnya dan obat tersebut sebagai Antidot, maka obat yang satu dengan lainnya akan saling menghilangkan khasiatnya. Misalnya Champhora dengan Opium atau Nux Vomica dengan Ignatia.

2.14. Cara Penyimpanan Obat Homeopathy
- Obat harus disimpan ditempat sejuk, kering dalam botol tertutup rapat, dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung, karena obat ini mudah menguap dengan adanya peningkatan suhu udara. Penguapan ini akan terus berlangsung jika tutup botol longgar atau tidak tertutup dengan baik.
-  Obat-obatan ini harus disimpan tersendiri dalam botol-botol terpisah, sehingga apabila diperlukan obat-obat itu dapat dicampurkan, tetapi dianjurkan agar tidak menyimpan obat yang telah tercampur dalam jangka waktu lama. Walaupun ada resep obat tertentu jika dicampur tidak saling menimbulkan efek negatif, tetapi ada beberapa obat tertentu memiliki sifat alami saling berlawanan dengan obat lainnya (Antidote) sehingga saling menghilangkan khasiat obat, maka tidak boleh dicampurkan.
-  Campuran obat yang baru dibuat mempunyai efek lebih baik dari pada obat yang tercampur sebelumnya. Demikian pula obat-obat ini harus selalu dilindungi dan dijauhkan dari bau-bauan, seperti : Parfum, sabun, bedak, minyak kayu putih, bumbu dapur, kopi, dsb., karena akan menghilangkan khasiat obat Homeopathy. Dalam keadaan normal, udara segar tidak mempengaruhinya, tetapi untuk tindakan pencegahan, sebaiknya jangan memakai Parfum ketika meminum obat atau hindari kedekatan dengan tempat obat-obatan.
-   Jangan membuka dua botol obat secara bersamaan dan berdekatan, karena akan saling mengkontaminasi.

2.15.   Aturan Minum Obat Homeopathy
1. Diminum dalam keadaan perut kosong, minimal 30 menit sebelum dan sesudahnya jangan makan atau minum apapun. Apabila setelah minum kopi, makan sambal atau menyikat gigi menggunakan pasta gigi, waktu yang baik adalah satu jam.
2. Aturan minum secara umum adalah :
·         Potensi 6x / 30 dimininum 3 x sehari untuk tiga hari pertama, kemudian 1 x untuk seterusnya.
·         Potensi 200 diminum 1 x sehari utnuk 3 hari pertama, selanjutnya 1 x seminggu.
·         Potensi 1000 diminum 1 x seminggu atau dua minggu satu kali.
·         Potensi CM ( 10.000 / 100.000 ) hanya dianjurkan diminum satu dosis
3.    Kedisiplinan meminum obat adalah faktor penting yang menyebabkan kesembuhan. Diusahakan waktu meminum obat konstan setiap harinya.
4.    Setiap ada tanda-tanda penyembuhan, pemakaian obat harus dikurangi. Apabila sudah sembuh harus dihentikan pemakaian obat.

BAB III
PENUTUP
3.1.       Kesimpulan
Homeopathy adalah seni penyembuhan yang didasarkan pada hukum persamaan dengan tujuan memberikan kesembuhan yang sebenar – benarnya. Bahan alami yang digunakan pada obat – obatan homeopathy berasal dari tumbuhan, hewan dan mineral. Ada 2 prinsip jenis pengobatan homeopathy yaitu serupa dan pengenceran serta klasik maupun kompleks. Di dalam pengembangannya homeopathy tidak berkembang dengan baik karena adanya ketergantungan pada keahlian dan penilaian praktisi dalam menilai obat yang sesuai untuk pasien. Penelitian Homeopathy sulit dilakukan karena obatnya dalam konsentrasi yang sangat rendah dan bersifat sangat individual juga tidak ada standar yang seragam untuk peresepan Homeopathy.

DAFTAR PUSTAKA
Almfelt A, Gustavus. 2000. Basic Principles of Homoeopathy. India: B. Jain.
Alvina RL, Schneiderman LJ. 1978. Why Patient Choose Homeopathy. Jurnal  West J Med 128 : 366-369. (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/, diakses tanggal 04 Februari 2019)
Hasbaan, A. (2003). Mengenal SIstem Pengobatan Alternatif Homeopathy. (A. Hasbaan, Ed.).
Heninrich, Michael dkk. 2010. Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta: EGC.
Kanye, Steven B. 2007. Homeopathic Prescribing Pocket Companion. British: Pharmaceutical Press.
Mirza, H., & Ahmad, T. (2005). HOMOEOPATHY “Like cures like.” Islamabad: Islam International Publications Ltd.
Tiwari Kant, Shashi. 2004. Homoeopathy Child Care. India: B. Jain.
Zaman, Nanizar – Joenoes. 2006. Ars Prscribendi Resep yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press


Friday, 8 March 2019

Ageratum conyzoides, Linn, Asteraceae Sebagai (Penyembuhan Luka)

Lebih lengkap: Download file Ageratum conyzoides sebagai penyembuh luka


Ageratum conyzoides, Linn,  Asteraceae
(Penyembuhan Luka)

1.      Tinjauan Botani
a.      Klasifikasi Botani
Berdasarkan Natural Resources Conservative Service (Kartesz, 2012) herba bandotan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Orde : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum Linn
Spesies : Ageratum conyzoides Linn
Ageratum conyzoides L. di Sumatera dikenal dengan nama daun tombak, rumput tahi ayam atau siangit sedangkan di Jawa dikenal dengan nama babandotan, bandotan, dus wedusan, tempuyak dan berokan, untuk masyarakat Sulawesi mengenal tumbuhan ini dengan nama dawet, lawet, rukut manoe dan sopi (Dalimartha, 2006).

b.      Morfologi Tanaman


Bandotan merupakan sejenis tanaman pengganggu yang banyak ditemukan di pinggir jalan, hutan, ladang dan tanah terbuka. Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Karibia, Florida, China Selatan dan 9  Australia. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman hias dari Amerika dan banyak ditemukan di Pasifik Selatan serta negara beriklim hangat lainnya (Prasad, 2011). Bandotan merupakan tanaman liar di Indonesia dan lebih dikenal sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) di kebun dan ladang (Retno, 2009).
Ageratum conyzoides Ageratum conyzoides merupakan tumbuhan dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Namun di balik itu Ageratum dapat digunakan sebagai obat, pestisida dan herbisida, bahkan untuk pupuk dapat meningkatkan hasil produksi tanaman (Sukamto, 2007).
Menurut Steenis dalam Khuzayaroh (2002), mengatakan bahwa bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30 - 90 cm dan bercabang. Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (composite), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1 - 10 cm, lebar 0,5 - 6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6 - 8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil seperti yang terlihat pada gambar 2.5.1. Habitat yang cocok untuk Ageratum conyzoides adalah daerah berketinggian 1 - 1.200 dpl, suhu optimum 16º - 24º, dan memerlukan intensitas cahaya tinggi.

2.      Tinjauan Farmakologi
a.       Khasiat Tradisional (Kinho, 2011)
1.      Obat luka bakar. Ambil daunya yang muda, dibersihkan kemudian diremas-remas dan langsung ditempelkan pada bagian yang luka (Tombulu-Rurukan)
2.      Dipakai untuk mengobati luka, bagian yang digunakan adalah daun, cara menggunakannya ambil daun kemudian ditumbuk atau dihaluskan dan ditempelkan pada bagian tubuh yang terluka.

b.      Pembuktian Khasiat Melalui Uji Praklinis
1.      Penelitian yang dilakukan oleh Mukherjee dengan menggunakan metode luka eksisi pada tikus albino  menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang baik karena Ageratum conyzoides memiliki senyawa aktif seperti alkaloid, saponin, dan terpenoid yang terkenal dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Khare, et al., 2009). Bagian daun dari Ageatum conyzoides ditempelkan pada luka sebagai antiseptic dan menyembuhkan luka dengan cepat. Senyawa alkaloid dan saponin bekerja sebagai antioksidan dan antibakteri (Aruna M, et al., 2015) karena dapat mengurangi waktu pendarahan, waktu protombin, dan waktu clotting (Kaur & Dogra, 2014).
2.      Pada penelitian Dash dan Narasimha Murthy (2011) menggunakan tikus putih yang kulitnya telah dilukai (luas area luka 500 mm2 dan kedalaman 2 mm2) serta diinokulasikan bakteri Staphylococcus aureus, dipilih metode dengan parameter histopatologi, pengurangan luas jaringan luka terbuka, lamanya proses reepitelisasi sel, jumlah jaringan granulasi kering, berserta sejumlah enzim seperti hidroksiprolin, SOD (super oksida dismutase), dan katalase. Ekstrak metanol daun bandotan menujukkan hasil reepitelisasi jaringan luka yang paling baik dan kuat apabila dibandingkan dengan ekstrak dalam pelarut lainnya, di mana luka dapat tertutup seluruhnya lebih cepat 3-4 hari bila dibandingkan dengan kontrol.

c.       Bagian tanaman yang digunakan untuk memperoleh khasiat farmakologis
Bagian tanaman yang digunakan untuk memperoleh efek farmakologis adalah daun (Kinho, 2011).

3.      Tinjauan kimia
a.      Komponen Kimia dari minyak esensial bunga Ageratum conyzoides (LA Usman, 2013)

b.      Skrining Fitokimia Ageratum conyzoides (Amadi (2012), Harbone (1998), Onwuka (2005)


4.      Produk Obat Tradisional Yang Beredar Yang Mengandung Ektrak Tanaman Bandotan
a.      Veggie Herbal

Merupakan sediaan yang berbentuk kapsul dari Ageratum conyzoides. Berisi 50 kapsul yang beratnya 500 mg. Kapsul ini berguna untuk mengatasi penyakit reamatik, maag dan perut kembung, sariawan, gangguan pernafasan, luka pendarahan (obat luar), dan mencegah tumor.


Daftar Pustaka

Aruna M. 2015. An Overview Of Herbs Possesing Wound Healing Activity. European
                 journal of Pharmaceutical and medicinal Research, 2(7), pp. 329-332.

Ba Amadi, Duru M.K.C, Agomuo E.n. 2012. Chemical Profiles Of Leaf, Stem, Root And
 Flower Ageratum Conyzoides. Asian J Plant Sci Res. 2(4) : 428-432.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 5. Pustaka Bunda: Jakarta

Dash, G. & Murthy, P. 2011. Wound Healing Effects Of Ageratum Conyzoides Linn.
                 International Journal of pharma and bio Sciences, 2(2).

Harborne J.B.1998. Phytochemical Methods: A Guide To Modern Technique Of Plant
 Analysis 3 Rd Edition. London : Chapman and Hall.

Kamboja & Saluja. 2011. Isolation Of Stigmasterol And β-sitosterol From Petroleum
 Ether Extract of Aerial Parts of Ageratum Conyzoides (Asteraceae). India. Int
Journal Pharm Sci, 3(1), 94-96

Kartesz, Jt, 2012. Ageratum Conyzoides l. Topical Whiteweed.  Http://plants.usda.gov/
core/profile?symbol=agco, diakses pada 24 Februari 2019.

Kaur, R. & Dogra, N. 2014. A Review On Traditional Uses,Chemical Constituents And
 Pharmacology Of Ageratum Conyzoides L. (Asteraceae). International of
 Pharmaceutical and biological Archieves, 3(3), pp. 33-45

Khare, P, Goswani, R. B., Khare, S. & Phatak, A. K. 2009. Evaluation Of Wound
               Healing Activity Of Ageratum Conyzoides Linn. Research journal of pharmacy
and Technology, 1(3), pp. 217-219.

Kerem, Z, Shashou, Hg & Yarden, O. 2005, Microwave-Assisted Extraction Of
Bioactive Saponins From Chickpea (CIicer Arietinum L.). United kingdom. Journal Sci Food Agric
Kinho, Julianus, Diah Irawati Dwi Arini, Supratman Tabba, Harwiyadin Kama,Yermias
 Kafiar, Syamsir Shabri Dan Moody C.Karundeng. 2011. Tumbuhan Obat
Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid I. Balai Penelitian Kehutanan: Manado.

Prasad, Kb. 2011. Evaluation Of Would Healing Activity Of Leaves Of Ageratum
Conyzoides L. Intj of Pharm Pract Drug Res. India. Inj Pharmacy Practice and
Drug Research, 13(3), 319-322.

Rangari, Vd. 2007. Tannin Countaining Drug. New Nandanvan. Chaturvedi College of
               Pharmacy.
Retno, Handayani Andaru. 2009. Uji Sitotoksik Ekstrak Petroleum Eter Herba
Bandotan (Ageratum Conyzoides L.) Terhadap Sel t47d dan Profil
Kromatografi Lapis Tipis. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Okunade, Al. 2002. Review Ageratum Conyzoides L. (Asteraceae). Washington dc.
 Fitoterapia.
Okuda, T & Ito, H. 2011. Tannins Of Contant Structure In Medical And Food Plant-
               Hydrolyzable Tannins And Polyphenol Related To Tannins. Tokyo. Afr
Journal Pharm Pharmacol, 16, 2191-2217

Onwuka G.I. 2005. Food Analysis And Instrumentation (Theory And Practice ) 1 Th
Edition. Surulere Lagos : Napthali Prints.






FATMA ZAHRA
    2805006