Tuesday, 20 February 2018
KULIAH LAPANGAN MORTAXTUM STIFI YP PADANG ANGKATAN 2014
Kuliah lapangan STIFI -YP Padang "Ekspedisi Tanaman Obat dan Pencarian jenis tumbuhan untuk herbarium dalam rangka melengkapi laporan praktikum morfologi taxonomi tumbuhan yang diadakan di Padang Panjang 19-21 Desember 2015
Praktikum...Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang (ST...
Memanfaatkan waktu kosong disela-sela praktikum..
#mahasiswa semester 6
#Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis Padang..
#kelas A
#2014
Monday, 12 February 2018
EKSPERIMEN VITAMIN E ASETAT
1.
Uji
Pendahuluan
Organoleptis : Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk
alfa tokopherol dan alfa tokopherol asetat berupa minyak kental jerin, warna
kuning atau kuning kehijauan. D-alfatokopherol asetat dapat berbentuk padat
pada suhu dingin. Alfa tokopherol asam suksinat berupa serbuk warna putih,
bentuk d-isomer melebur pada suhu lebih kurang 75’C dan bentuk dl- melebur pada
suhu lebih kurang 70”C. Golongan alfa tokopherol tidak stabil terhadap udara
dan cahaya. Golongan alfatokopherol dan esternya tidak stabil dalam suasana
alkalis. Senyawa dengan asam suksinat juga tidak stabil bila dalam bentuk
leburan.
Kelarutan : alfa tokoferol asam suksinat tidak
larut dalam air, sukar larut dalam larutan alkali , larut dalam ethanol, ether,
aseton dan minyak nabati.Sangat mudah larut dalam chloroform. Bentuk vitamin E
lain tidak larut dalam air, larut dalam ethanol, dapat bercampur dengan ether,
dengan aseton, minyak nabati dan dengan chloroform.
Reaksi
umum : Aqua Brom :
Identifikasi ikatan Rangkap
Zat
Aqua brom à Warna aqua brom hilang
2.
Konstanta
Fisika
Berat
molekul :
430,69
Titik
Leleh : 2,5’C
Titik
didih : 200 – 220’C
3.
Analisi
Kation, Anion Ataupun Elemen
Analisis
anion:
Ø larutan
asam asetat ditambah larutan asam sulfat encer lalu dipanaskan menghasilkan bau
cuka
Ø dengan
asam sulfat pekat , asam asetat dilepaskan pada pemanasan bersama –sama
belerang dioksida, yang terakhir ini cenderung menutupi bau menusuk dari uap
asetat pekat itu. Karena itu, uji dengan asam sulfat encer, dimana uap asam
asetat diencerkan dengan uap air, hendaknya lebih dipilih terhadap uji asetat.
Ø etanol
dan asam sulfat pekat. 1 gram asetat padat diolah dengan 1 ml asam sulfat pekat
dan 2-3 ml alcohol yang telah direktifikasi (disuling dengan kolom rektifikasi (fraksionasi). Dalam sebuah tabung
uji, dan keseluruhannya dipanaskan dengan perlahan-lahan selama beberapa menit, terbentuk etil asetat , CH3COO.C2H5
yang dapat dikenali dari baunya yang segar dan seperti buah. Setelah
didinginkan dan diencerkan dengan air diatas kaca arloji, bau harum itu akan
lebih mudah dideteksi.
CH3COONa
+ H2SO4 à
CH3COOH + Na- + H2SO4-
CH3COOH
+ C2H5OH à
CHCOO. C2H5 + H2O
Ø larutan perak
nitrat, endapan perak asetat yang putih , kristalin, dihasilkan dalam larutan
pekat dalam keadaan dingin. Endapan lebih mudah larut dalam air mendidih dan
mudah larut dalam larutan amoniak encer.
CHCOO- + Ag + ß==à
CH3COOAg
Ø larutan
barium klorida, kalsium klorida atau merkurium (ii) klorida tak terjadi perubahan dengan adanya asetat
(perbedaan dari oksalat dan format)
Ø larutan besi (III)
klorida: pewarnaan merah tua, disebabkan oleh pembentukan ion kompleks. {Fe3(OH)2(CH3COO)6}+
+ {Fe3(OH)2(CH3COO)6}+ + 4H2O menghasilkan 3Fe (OH)3
CHCOO + 3CHCOOH + H+
Ø reaksi
kakodil oksida (cacodyl oxide), jika suatu asetat kering, sebaiknya asetat dari
natrium atau kalium, dipanaskan dalam sebuah tabung pemijar atau tabung uji
dengan sedikit sekali arsenic (III) oksida, dihasilkan bau dari kakodil oksida
yang teramat busuk. Semua senyawa cocodil sangat beracun , maka eksperimen ini
harus dilakukan dalam skala yang sangat kecil sekali, dan sebaiknya dalam kamar
asam. Campurkan tak lebih dari 0,2 gram natrium asetat dengan 0,2 arsenik (III)
oksida dalam sebuah tabung pemijar dan panaskan; perhatikan bau yang teramat
tak sedap yang dihasilkan .
Ø uji
lanthanum nitrat; olah 0,5 ml larutan asetat dengan 0,5 ml larutan lanthanum
nitrat 0,1 M , tambahkan 0,5 ml larutan iod dan beberapa tetes larutan amoniak
encer dan panaskan dengan perlahan –lahan sampai titik didih dihasilkan warna
biru ini mungkin disebabkan absorbs iod tersebut oleh lanthanum basa. Reaksi
ini merupakan uji yang sangat peka terhadap asetat. Sufat dan phosfat
menganggu, tetapi bias dihilangkan dengan . mengendapkannya dengan larutan
barium nitrat sebelum melakukan uji ini, propionate memberikan reaksi yang
serupa.
Ø pembentukan
uji indigo . uji ini bergantung pada pengubahan seton yang terbentuk dengan
penyulingan kering asetat-asetat, menjadi indigo. Tidak asam lemak lain yang
member hasil positif dengan uji ini, tetapi kepekaannya berkurang dengan adanya
mereka. Campurkan cuplikan uji padat dengan kalsium karbonat atau suatu cara
lain, uap setetes larutan uji sampai kering dengan kalsium karbonat: kedua
pengolahan ini dapat dilakukan dengan tabung dari kaca keras tutupi ujung
tabung yang terbuka dengan selembar kertassaring kuantitatif yang dibasahi
larutan o-nitrobenzaldehida dalam natrium hidroksida 2M, yang baru saja dibuat
dan tahan kertas pada kedudukannya dengan semua tutup kaca yang kecil atau
sebuah kaca arloji yang kecil. Sisipkan tabung pada sebuah lobang dalam
lembaran asbes dan oralit dan panaskan kertas menjadi hijau atau hijau
kebiruan. Aseton dilepaskan , yang jumlah-jumlah yang sedikit sekali ,
sebaiknya singkirkan kertas sarimg sehabis reaksi , dan kerjakan kertas dengan
setetes asam klorida encer; dengan ini warna kuning yang asli dari kertas yang
diputihkan dan warna biru dari indigo jadi lebih mudah terlihat.
Ø kerja
oleh panas semua asetat terurai pada pemijaran yang kuat, dengan menghasilkan
seton, ch3.co.ch3 yang sangat mudah menyala dan suatu residu yang terdiri dari
karbonatnya untuk asetat logam alkali, dari oksidanya untuk asetat logam-logam alkali tanah dan
ldari logamnya dari perak dan logam-logam mulia. Lakukan eksperimen ini dalam
sebuah tabung pemijar dengan natrium asetat dan timbale asetat.
4. Analisa Gugus Fungsi Dan Golongan Zat Uji
-Reaksi Marquis : Identifikasi gugus aromatis
Zat
+ 3 tetes formaldehid + H2SO4 pekat à
cincin warna
-10 mg zat dalam 10 ml ethanol + 2 ml HNO3 sambil
diaduk à dipanaskan pada suhu 75’C selama 15
menit à warna merah cerah atau jingga
5. Penelaahan Literature
Senyawa Standar.
- Farmakope Indonesia Edisi V halaman 77 –
79.
- Handbook of Pharmaceutical Excipients
halaman 34 – 37.
-
Lipidbank.jp/cgi-bin/detail.cgi?id=VVE0018
- Subcellular Biochemistry volume 30
Fat-soluble vitamin, halaman 113.
6. Tes Penegasan
a. UV
Spectra :
290 nm, E 1% 1 cm = 77,2 (ethanol)
b. IR Spectra :
3420,1435,1368,1242,1155,1075,917 dan 851 cm-1
c. NMR Spectra :
1H-NMR:d 5.12, 4.15, 2.58, 2.10 – 1,58 dan 1,23 ppm, NMR Spectrum
dari semua Trans Alfa Tokotrienol (60 MHz : CDCL3).
d. HPLC
e. LC-Molekular Spectrometri / MS
FITO FARMAKOGNOSI “ SAFROL OIL DAN WINTER GREEN OIL”
SAFROL OIL
1.
Nama IUPAC Safrole ialah
5-(2-propenil)-1,3-benzodioksol.
2.
Nama lainnya adalah 5-alilbenzo[d][1,3]dioksol;
3,4-metilena-dioksifenil-2-propena.
3.
Rumus molekul: C10H10O2
Berat molekul: 162,19
gr/mol
Berat yang tepat:
162,06808
Densitas: 1,096 gr/cm3
Titik lebur:
11 °C, 284 K, 52 °F
Titik didih:
232–234 °C
4.
Spesies: Sassafras albidum
Family:
Lauraceae
5.
Simplisia : kulit, akar
atau buah dari tanaman sassafras
6.
Deskripsi
Safrol,
juga dikenal sebagai shikimol, adalah sebuah phenylpropene. Merupakan cairan berminyak yang berwarna dan agak
kuning. Safrol adalah komponen utama dari minyak kamfer coklat, dan ditemukan dalam
jumlah kecil dalam berbagai tanaman. Akar kayu sassafras Amerika mengandung beberapa
persen uap minyak mudah menguap yang sebenarnya adalah 75% safrole.
7. Sifat
fisik
Safrole
tidak larut dalam air tapi dapat bercampur baik dalam cloroform,eter dan senyawa
nonpolar lainnya (Budavaris 1989; Burdock 1997).
8. Sifat
kimia
Banyak
cincin aromatik menyebabkan bau dan rasa yang khas. Hal ini dikarenakan
metabolisme fenil propanoid melalui jalur asam sikimik (Dewick 1997; Wink2010).
9. Cara
memperoleh:
a. Ambil akarnya (jika akar)
, kulit ataupun buah, lalu cuci. Lakukan
destilasi. Uap akan melewati akar, lalu ekstrak minyak melalui distilasi
azeotrop , minyak dan air akan mengembun di kondensor. Minyak dan air kemudian
dikumpulkan dalam kontainer berukuran sesuai. Minyak dilihat sebagai tetesan
kecil . Bila tidak ada lagi tetesan, untuk memisahkan minyak dari air yang
tersisa, pisahkan minyak dari air dengan menuangkan kelebihan air dan kemudian
menuangkan sisanya ke dalam corong pemisah.minyak lebih berat dari air. Keringkan
minyak dengan kalsium klorida atau agen pengeringan lainnya dan tempatkan dalam
labu mendidih untuk distilasi.
b.
Disintesis dari
metilendioksi yang terkait dg senyawa lainya
10. Kegunaan
:
a. Pestisida
alami.
b. Melindungi
terhadap radiasi ultraviolet, jamur, dan bakteri
c. Bertindak sebagai atraktan penyerbuk
d. Digunakan
dalam bahan makanan, produk pembersih, dan kosmetik
e. Sebagai
agen penyedap
f. Dibidang kesehatan
pengobatan kudis,
luka kulit, masalah ginjal, sakit gigi, rematik, bengkak, gangguan menstruasi
dan penyakit menular seksual, bronchitis, hipertensi, dan disentri. Hal ini
juga digunakan sebagai fungisida, pasta gigi, rubefacient, yg mengeluarkan
keringat, parfum, karminatif dan sudorific
g. Aromatik
WINTER GREEN OIL
1. Nama
lain : Metil salisilat atau 2-hydroxy benzoid acid methyl ester atau minyak
gandapura
2. Spesies
: Gaultheria sp.
Family : Ericaceae
3.
Simplisia : Daun dan
gagang
4.
Sifat fisika dan kimia
a. Berwarna kuning /merah
b. Berupa minyak
c. Dapat bercampur dengan alcohol, Larut
dalam eter dan asam asetat glacial, Larut dalam alcohol 70%
d. Berbau seperti westergen
e. Indeks bias 1,535-1,538
f.
Titik leleh -8,3°C
g. Titik didih 222,2°C
h. bj sintetik 1,18 sampai 1,85 gr/mol
i.
bj alami 1,176 sampai 1,8 gr/mol
5. Komponen:
Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar
1,2%, Komponen utama dari minyak atsirinya adalah metil salisilat, jumlahnya
dapat mencapai 93% (Heyne, 1987) bila disuling dalam keadaan segar kadar
minyaknya hanya 0,5 – 0,8%, tetapi bila telah dikeringkan dapat mencapai 1%
(Heyne, 1987; Anonim, 1997).
6. Cara
memperoleh
a. Destilasi
dari Wintergreen (familia : G. procumbens) dipotong kecil-kecil biarkan 12 jam
dalam air lalu minyak dipisahkan dengan steam.
b. Metil
salisilat dapat juga dibuat secara sintesis melalui reaksi esterifikasi anatra
metanol dan asam salisilat dengan bantuan katalis H2SO4 pekat
7. Kegunaan
a. Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik,
karminatif, diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik
dan antelmintik
b. Dalam industri, digunakan sebagai campuran untuk pewangi dalam pembuatan
minuman, parfum, obat, permen dan pasta gigi (Oyen dan Dung, 1999; Hener et
al., 1990).
c.
daun yang telah difermentasi dapat dibuat sebagai teh herbal (Oyen et
al., 1999). Daun yang masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga
tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang
aromaterapi, farmasi, kosmetik dan parfum (Shiva et al., 1996).
Subscribe to:
Posts (Atom)