Friday, 2 October 2020

SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH (IR)

SPEKTROFOTOMETRI INFRA MERAH (IR)

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75-1.000 μm atau pada bilangan gelombang 13.000–10 cm-1 (Giwangkara, 2007).

Daerah inframerah sedang (4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-gugus fungsi dalam molekul tersebut. Daerah inframerah jauh (400-10 cm-1) bermanfaat untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa anorganik, namun membutuhkan teknik khusus yang lebih baik. Daerah inframerah dekat (12.500-4000 cm-1) yang peka terhadap vibrasi overtone (Schecter, 1997).

1.      Prinsip Dasar Spektrofotometer Infra Merah (IR)

Dasar Spektroskopi Infra Merah dikemukakan oleh Hooke dan didasarkan pada senyawa yang terdiri atas dua atom atau diatom yang digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas seperti tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar. Gambaran dua atom yang memiliki vektor listrik dan vektor magnetik

Jika pegas direntangkan atau ditekan pada jarak keseimbangan tersebut maka energi potensial dari sistem tersebut akan naik. Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam gerak, yaitu gerak translasi, vibrasi dan rotasi. Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus dan secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi potensial dan sebaiknya. Jumlah total adalah sebanding dengan frekuensi vibrasi dan tetapan gaya (k) dari pegas dan massa (m1 dan m2) dari atom yang terikat energi yang dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan vibrasi (Giwangkara, 2007).

Menurut Sastrohamidjojo (1992), Frekuensi vibrasi dari ikatan dapat dihitung berdasarkan hukum Hooke dengan persamaan:

Dimana:

v = frekuensi

c = kecepatan cahaya (3 x 10-10 cm/detik)

k = tetapan gaya untuk ikatan

m1, m2 = massa dari atom

Syarat suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa dapat terukur pada spektra IR adalah adanya perbedaan momen dipol pada gugus tersebut. Vibrasi ikatan akan menimbulkan fluktuasi momen dipol yang menghasilkan gelombang listrik (Harjono, 1992).

Sinar inframerah bila dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik maka sejumlah frekuensi akan diserap sedangkan frekuensi yang lain diteruskan tanpa diserap (Noerdin, 1985).

Pada alat spektrofotometri inframerah, satuan bilangan gelombang merupakan satuan yang umum digunakan. Nilai bilangan gelombang berbanding terbalik terhadap frekuensi atau energinya. Bilangan gelombang dan panjang gelombang dapat dikonversi satu sama lain menggunakan persamaan dibawah :

V(cm-1) = 1/ λ(μm) x 104

Informasi absorpsi inframerah pada umumnya diberikan dalam bentuk spektrum dengan panjang gelombang (μm) atau bilangan gelombang (cm-1) sebagai absis x dan intensitas absorpsi atau persen transmitan sebagai ordinat y. Intensitas pita dapat dinyatakan dengan transmitan (T) atau absorban (A). Transmitan adalah perbandingan antara fraksi sinar yang diteruskan oleh sampel (I) dan jumlah sinar yang diterima oleh sampel tersebut (Io) (Http://www.prenhall.com).


                                              A= log(1/T) = -logT = -log I/Io     

                              

Spektrum yang dihasilkan biasanya relatif kompleks karena adanya overtone kombinasi dan perbedaan serapan yang lemah. Overtone dihasilkan akibat adanya eksitasi dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yang merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental (v). Bila dua frekuensi vibrasi (v1 dan v2) dalam molekul bergabung menghasilkan vibrasi frekuensi baru dalam molekul, dan bila frekuensi tersebut aktif inframerah, maka hal tersebut disebut serapan kombinasi (Harjono, 1992). Apabila vibrasi fundamental bergabung dengan serapan overtone atau serapan kombinasi lainnya, maka vibrasi gabungan ini disebut resonansi fermi yang sering teramati dalam senyawa karbonil (Silverstein, 1986).

Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu:

1.      Vibrasi regangan (stretching)

 Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan terdiri dari dua macam, yaitu regangan simetri dan regangan asimetri.

Gambar. Vibrasi regangan antar atom

(Giwangkara, 2007)

2.      Vibrasi bengkokan (bending)

Jika sistem tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau variasi deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau molekul secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu vibrasi goyangan, guntingan, kibasan dan pelintiran.

Gambar. Jenis-jenis vibrasi bengkokan antar atom (Giwangkara, 2007)

Berikut ini adalah tabel korelasi antara jenis vibrasi gugus fungsional dan frekuensi.

Tabel  korelasi antara jenis vibrasi gugus fungsional dan frekuensi

Gugus

Jenis Vibrasi

Frekuensi (Cm-1)

Intensitas

C-H

Alkana (Ulur)

3.000 – 2.850

Kuat

 

-CH3 (Tekuk)

1.450 dan 1.375

Medium

 

-CH2 (Tekuk)

1.465

Medium

 

Alkena (ulur)

3.100- 3.000

Medium

 

Alkena (tekuk, keluar bidang)

1.000-650

Kuat

 

Aromatis (ulur)

3.150-3.050

Kuat

 

Aromatis (tekuk,keluar bidang

900-690

Kuat

 

Alkuna (ulur)

±3.300

Kuat

 

Aldehid

2.900-2.800

Lemah

 

 

2.800-2700

Lemah

C-C

Alkana

1.200

Sedang

C=C

Alkena

1.680-1.600

Medium-Lemah

C=C

Aromatis

1.600 dan 1.475

Medium-Lemah

C=O

Alkuna

2.250-2100

Medium-Lemah

 

Aldehid

1.740-1.720

Kuat

 

Keton

1.725-1.705

Kuat

 

Asam karboksilat

1.725-1.700

Kuat

 

Ester

1.750-1.730

Kuat

 

Amida

1.680-1.630

Kuat

 

Anhidrida

1.810 dan 1.760

Kuat

 

Asil Klorida

1.800

Kuat

C-O

Alkohol, eter, ester, asam karboksilat, antihidrida

1.300 – 1.000

Kuat

O-H

Fenol

 

 

 

Bebas

3.650 – 3.600

Medium

 

Terikat hidrogen

3.400 – 3.200

Medium

 

Asam-asam karboksilat

3.400 – 2.400

Medium

N-H

Amin primer, amin sekunder, amida

 

3.500 – 3.100

 

 

Ulur

1.640 - 1.550

Medium

 

Tekuk

 

 

C-N

Amina

1.350 - 1.000

Medium sampai Kuat

C=N

Imina dan Oksin

1.690 – 1.640

Medium sampai Kuat

C=N

Nitril

2.260 – 2.240

Medium

X=C=Y

Alena, Ketena, Isosianat, Isotiosianat

2.270 – 1.940

Medium sampai Kuat

N=O

Nitro (R-NO2)

1.550 dan 1.350

Kuat

S-H

Merkaptan

2.250

Lemah

S=O

Sulfoksida

1.050

Kuat

 

Sulfon, sulfonil klorida, sulfat, sulfonamid

1.375 – 1.300 dan

1.350 – 1.140

Kuat

C-X

Fluorida

1.400 – 1.000

Kuat

 

Klorida

785 – 540

Kuat

 

Bromida, Iodida

<667

Kuat

(Sumber: Pavia, 2009)

 

2.      Instrumentasi Spektrometer IR

Spektrofotometer infra merah biasanya merupakan spektrofotometer ganda dan terdiri dari 5 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi difraksi (monokromator), detektor dan recorder.

Gambar. Bagian-bagian spektofotometer IR

 

a.       Sumber Radiasi

Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar. Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi hingga sekitar 1.200oC, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 μm. Pijar Nernst merupakan batang cekung dari sirkonium dan yitrium oksida yang dipanasi hingga sekitar 1.500oC dengan arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 μm dan kurang stabil jika dibandingkan dengan globar, tetapi Globar memerlukan pendinginan air (Sudjadi, 1985).

a.       Monokromator

Monokromator terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk memantulkan dan memfokuskan berkas sinar. Bahan yang lazim digunakan prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida (Sudjadi, 1985).

b.      Detektor

Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor fotolistrik tidak dapat digunakan untuk mendeteksi sinar infra merah, karena energi foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari permukaan katoda dari suatu tabung foton. Detektor panas suntuk mendeteksi sinar infra merah yaitu termokopel, bolometer dan sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar infra merah (Sudjadi, 1985).

3.      Kelebihan Infra spektroskopi Merah

Berikut ini beberapa kelebihan menggunakan spektroskopi inframerah (www.le.ac.uk/chemistry) :

a.       Merupakan teknik yang cepat

b.      Dapat digunakan untuk identifikas gugus fungsi tertentu dari suatu molekul

c.       Spektrum inframerah yang diberikan untuk suatu senyawa bersifat unik sehingga dapat digunakan sebagai sidik jari dari senyawa tersebut.

 SUMBER

 Giwangkara, E. 2007. Spektrofotometri Inframerah. (http://www.chem-is-try.org/artikel_ kimia/kimia_analisis/spektrofotometri_infra_merah/., diakses pada 20 November 2017)

2.      Harjono.S. 1992. Spektroskopi Inframerah Edisi Pertama. Yogyakarta: Liberty Press.

3.      Http://www.le.ac.uk/chemistry diakses tanggal 20 November 2017

4.      Http://www.prenhall.com. diakses tanggal 20 November 2017

5.      Pavia, D.L., Lampan, G.M., Kriz, G.S., dan Vyvyan, J.R., 2009, Introduction to Spectroscopy, Fourth Edition, Brooks/Cole, Washington, USA.

6.      silverstein, R.M., G.C. Bassler ang T.C. Morril. 1981. Spectrometric Identification Of Organic Compounds 4Th Edition Edn. John Wiley And Sons, New York.

7.      Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta: Ghalia Indonesia.

8.      Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta: Liberty Press.

9.      Schecter, et al. 1997. Online Remote Prediction of Gasoline Properties by Combined Optical Method. Ana.Chim.Acta.

 

No comments: