LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
”IDENTIFIKASI LEMAK DAN MINYAK“
OLEH
Nama
: Fatma Zahra
No
bp : 1404045
Kelas
: A
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2015
I.
TUJUAN
1. Untuk
mengidentifikasi kelarutan dan ketidakjenuhan lemak dan miyak
2. Melakukan
reaksi penyabunan minyak
3. Menguji
penggunaan sabun terhadap air sadah
II.
TEORI
DASAR
Lemak dan minyak merupakan sumber energy yang
terdapat dalam makanan kita. Jika dimetabolisme lemak menghasilkan ±9
kkal/gram. Karbohidrat dan protein menghasilkan ±4 kkal/gram, kurang dari
separoh lemak.
Lemak dan minyak adalah trigliserida dan trigliserol
, tapi pada suhu kamar lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud cair.
Trigliserida pada hewan berupa lemak dan trigliserida pada tumbuhan berupa
minyak.
Struktur lemak:
Trigliserida merupakan aster dari gliserol dan asam
lemak , struktur lemak ditemukan oleh chevreul
(prancis tahun 1920). Dia menemukan lemak jika dihiidrolisisi akan
menghasilkan asam lemak dan gliserol (alcohol trivalent) . jika lemak merupakan
ester-ester dari gliserol sehingga disebut triagliserol
Lemak merupakan senyawa organic yang terdapat dialam
serta tidak larut dalam air., tetapi larut dalam pelarut organic non polar.
Misalnya dietil eter, klorofom, benzene dan hirokarbon lainnya. Lemak dan
minyak dapat larut dalam pelarut tersebut karena mempunyai prioritas yang sama
dengan pelarut tersebut. Hidrolisis lemak dan minyak menghasilkan asaam
karboksilat dan gliserol.
Perbedaan lemak atau miunyak disebabkan oleh
asam-asam lemak penyusunnya. asam lemak beratom genap misalnya 12,14,16, 18 dan
20. Asam –asam lemak yang terdapat dalam lemak antara lain, asam laurat (C12),
Maristat (C14), palmitat (C16) , stearate (C18) dan oleat (C20), dan lain-lain.
Ttrigliserida yang sebagian besar terdiri dari asam
lemak jenuh, pada suhu kamar akan berwujud lemak (disebut lemak), sedangkan
kalau sebagian besar dari asam lemak tak jenuh akan berwujud cair (disebut
minyak ). Semakin besar ikatan ganda pada lemak semakin cair minyak tersebut.
Minyak dengan ikatan ganda lebih banyak lebih baik kualitasnya dan lebih baik
untuk dikomsumsi.
Contoh dari asam lemak jenuh adalah asam butirat,
palmiat dan stearate. Sedangkan yang tidak jenuh contohnya palmiotoleat, oleat,
linoleat dan linolenat.
Berdasarkan sifat mongering, lemak dan minyak
diklasifikasikan atas minyak tidak mongering berupa minyak zaitun, tipe rape
dan minyak hewani. Kemudian minyak setengah mongering dan nabati mongering.
Berdasarkann sumbernya, minyak yang berasal dari
tanaman disebut minyak nabati dan yang berasal dari hewan disebut lemak hewani.
Berdasarkan kegunaannya minyak mineral digunakan
untuk bahan bakar, minyak nabati / hewan sebagai bahan makanan bagi manusia dan
minyak atsiri untuk obaat-obatan.
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan
sifat-sifatnya. Pengujian sifat-sifat lemak meliputi:
1. Penentuan
angka penyabunan
2. Openentuan
angka ester
3. Penentuan
angka iodine
4. Penentuan
angka rei-chert-meissel
Faktor penentu kualitas lemak dan minyak antara
lain:
1. Angka
asam
2. Angka
peroksida
3. Asam
thiobarbiturat
4. Kadar
minyak.
Sifat-sifat lemak dan minyak
1. Sifat
fisika
a. Bau
amis
b. Bobot
jenis ditentukan pada temperature kamar
c. Indeks
bias dipaki pada pengenalan unsur kimia
d. Tidak
larut dalam air, kecuali minyak jarak, sedikit larut dalam alcohol, larut
sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut halogen.
e. Rasa
alami
f. Titik
didih meningkat dengan bertambah panjangnya rantai karbon.
g. Titik
kekeruhgan ditetapkan dengan cara mendi9nginkan campuran lemak dengan pelarut
lemak.
2. Sifat-sifat
kimia lemak
a. Esterifikasi
Proses
ini bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk
ester. Reaksi ini dapat dilakukan melalui reaksi kimia yadisebut interifikasi
atau penukaran ester berdasarkan prinsip friedel-craft.
b. Hidrolisa
Pada reaksi ini lemak dan minyak akan
diubah menjadi asam –asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis
mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak. Hal ini terjadi karena terdapat
sejumlah air dalam lemak atau minyak tersebut.
c. Sponifikasi
Reaksi sponifikasi atau reaksi penyabunan
bertujusan untuk membuat sabun. Reaksi
ini dilakukann dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida.
Bila penyabunan telah lengkap , lapisan air yang mengandung gliserol
dipisaahkan dengan penyulingan/
d. Hidrogenasi
Merupakan reaksi pembuatan lemak (semi padat) dari mnyak. Reaksi ini
digunakan pada pembuatan margarin atau mentega tiruan. Proses ini bertujuan
menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak pada lemak atau minyak.
e. Reaksi
halogenasi
Digunakan untuk menguji ada tidaknya
ikatan rangkap dalam suatu minyak. Uji ketidakjenuhan ini juga dapat dengan
larutan KMnO4.
f. Pembentukan
keton
Yaitu penguraian dengan cara hidrolisis
ester
g. Oksidasi
Berlanngsung jika terjadi kontak dengan
sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak.
Sabun mempunyai kelemahan dibandingkan detergen
karena dapat diendapkan oleh air sadah sehingga kurang atau tidak bisa
digunakan pada pencucian dengan air sadah . hal ini dikarenakan molekul sabun
akan diendapkan oleh ion Ca2+ dan Mg2+ dari air sadah.
Kegunaan lemak dan minyak
1. Pemberi
rasa gurih dan aroma yang spesifik
2. Sumber
energi
3. Penyusun
dinding sel
4. Sebagai
penggoreng, pembuatan susu, margarin dan mentega
5. Memberi
tekstur yang lembut pada es krim
III.
ALAT
DAN BAHAN
3.1 Alat
1.
Gelas ukur
2.
Tabung reaksi
3.
Rak tabung
4.
Gelas kimia
5.
Timbangan
3.2
Bahan
1.
minyak kelapa
2.
minyak zaitun
3.
minyak sawit
4.
minyak ikan
5.
sabun cair
6.
sabun padat
7.
mentega
8.
detergen
9.
air brom
10.
larutan KMnO4 1%
11.
larutan CaCl2 2 M
12.
aquadest
13.
aseton
14.
etanol
15.
H2SO4 encer
16.
KOH
17.
NaOH
18.
pewarna dan pengharum
IV.
PROSEDUR
KERJA
1. Uji
Kelarutan
Sebanyak 2 ml pelarut (aquadest, etanol, h2so4 encer
masing0-masing dimasukkan kedalam tabung reasksi yang bersih. Kemudian
dibubuhkan sedikit bahan-bahan percobaan (minyak kelapa, minyak zaitun , minyak
sawit, minyak ikan, sabun cair, sabun padat . mentega, detergent) lalu dikocok
kuat-kuat dan amati kelarutannya.
2. Uji
ketidakjenuhan minyak dengan KMnO4
Masukkan minyak kelapa, minyak zaitun , minyak
sawit, minyak ikan, mentega masing- masing 1 ml kedalam tabung reaks terpisah. Tambahkan
tetes demi tetes kmno4 amati apa yang terjadi pada setiap tabung dan catat
pengamatan.
3. Reaksi
penyabunan
a.
Pembuatan sabiun cair
Timbang 17 gram minyak sawit, 8,5 gram minyak
kelapa, dan 2,5 gram minyak zaitun. Campurkan dalam beker gelas dan aduk
menggunakan magnetic stirter.
Timbang 6,1 gram koh
dan larutkan dengan 12,5 ml aquadest. Larutan ini dimasukkan dalam
campuran minyak diatas dengan cara sedikit demi sedikit dengan terus dihomogenkan sampai terbentuk sabun cair.
Tambahkan pengharum dan zat warna sesuai kesukaan
b.
Pembuatan sabun padat
Timbang 23,5 gram minyak zaitun, 15 gram minyak
kelapa, dan 10 gram minyak sawit. Campurkan dalam beker gelas dan aduk dengan
menggunakan magnetic stirrer.
Tambahkan pengharum dan zat warna sesuai kesukaan
Timbang 7,4 gram naoh dan larutkan dengan 21 ml
aquadest. Larutan ini dimasukkan dalam campuran minyak diats dengan cara
sedikit ddemi sedikit sampai terus dihomogenkan sampai mengental.
4. Uji
pada pembuatan air sadah
Buat sabun cair (0,1 ml + 10 ml aquadest) dan
larutan pembanding detergen (0,3 gram+
10 ml air) dalam tabung reaksi aduk pelan-pelan
Tambahkan 4 tetes larutan cacl4 2 m pada
masing-masing tabung , kocok campuran selama 15 detik dan biarkan selama 30 detik, amati perubahan yhang terjadi.
Bandingkan hasilnya
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
1.
Uji kelarutan
No
|
Sampel
|
|
|
Pelarut
|
|
|
|
aquadest
|
Aseton
|
etanol
|
H2so4 encer
|
1
|
Minyak kelapa
|
TL
|
L
|
L
|
TL
|
2
|
Minyak zaitun
|
TL
|
L
|
L
|
TL
|
3
|
Minyak sawit
|
TL
|
L
|
L
|
TL
|
4
|
Minyak ikan
|
TL
|
L
|
TL
|
TL
|
5
|
Sabun cair
|
L
|
L
|
L
|
L
|
6
|
Sabun padat
|
L
|
TL
|
L
|
TL
|
7
|
Mentega
|
TL
|
TL
|
TL
|
TL
|
8
|
Detergen
|
L
|
TL
|
TL
|
TL
|
Keterangan : L = larut
TL =tidak larut
2. Uji
ketidak jenuhan minyak
No
|
Sampel
|
Hasil pengamatan
|
1
|
Minyak kelapa + KMnO4
|
Terbentuk larutan tidak jenuh
|
2
|
Minyak zaitun + KMnO4
|
Terbentuk larutan jenuh
|
3
|
Minyak sawit + KMnO4
|
Terbentuk larutan tidak jenuh
|
4
|
Minyak ikan + KMnO4
|
Terbentuk larutan tidak jenuh
|
5
|
mentega + KMnO4
|
Terbentuk larutan jenuh
|
3. Raeksi penyabunan
a. Pembuatan
sabun cair
17 g minyak sawit + 8,5 gram minyak
kelapa + 2,5 gram minyak zaitun + (6,1 gram KOH + 12,5 ml aquadest) dicampur
homogeny + pengharum+ zat warna , dinginkan
b. Pembuatan
sabun padat
23,5 gram minyak zaitun + 15 gram minyak
kelapa + 10 gram minyak zairtun + zat warna + zat pengharum+ ( 7,4 g NaOH + 21
ml aquadest) dicampur homogeny sampai mengental, dinginkan.
4. Uji
pencucian dengan air sadah
No
|
Reaksi
|
Hasil pengamatan
|
1
|
Larutan sabun cair + CaCl2
|
Tidak terjadi endapan
|
2
|
Larutan detergent + CaCl2
|
Terjadi endapan
|
5.2 Pembahasan
Pada
uji kelarutan , sampel yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak zaitun ,
minyak sawit, minyak ikan, sabun cair, sabun padatv . mentega, detergent.
Sedangkan pelarut yang digunakan adalah aquadest, aseto dan etanoldan h2so4
encer. Dari percobaan yang telah dilakukan minyak kelapa, minyak zaitun ,
minyak sawit tidak larut dalam aquadest dan h2so4 encer, namun larut dalam
aseton dan etanol. Minyak ikan larut dalam aseton , namun tidak larut dalam
dalam aquadest, etanol dan h2so4 encer. Sabun cair larut dalam semua pelarut
yang digunakan, sedangkan mentega tidak. Sabun padat larut dalam aquadest dan
etanol namun tidak larut dalam aseton dan h2so4 encer . detergen larut dalam
aquadest namun tidak larut dalam aseton, etanol dan asam sulfat encer.
Pada
uji ketidakjenuhan dengan KMnO4 , minyak kelapa , minyak sawit dan
minyak ikan jika ditambah dengan KMnO4 menghasilkan larutan tidak
jenuh. Sedangkan minyak zaitun dan mentega yand ditambahkan KMnO4 menghasilkan
larutan jenuh.
Pada
reaksi penyabunan yang telah kami lakukan, kami gagal dalam mengahsilkan sabun,
baik sabun padat maupun sabun cair. Hal ini disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya KOH ynag terkontaminasi logam berat (pada sabun cair), atau (NaOH
terkontaminasi logam padat pada sabun padat) sehingga dapat mempengaruhi
struktur sabun serta dapat menurunkan resisternsi terhadap oksidasi. Kedua,
tidak murninya minyak yang digunakan, keti]ga konsentrasi KOH/NaOH yang
melebihi, keempat lemak yang tak tersponifikasi, dan yang kelima adalah
keterbatasan pengetahuan kami dalam pembuatan sabun cair ataupun padat.
Pada
uji dengan pencucian air sadah, larutan sabun cair ditambah CaCl2 tidak
menghasilkan endapan. Sedangkan pada detergen menghasilkan endapan.
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1. Kelarutan dan kejenuhan lemak dan
minyak tergantung pada pelarut yang digunakan
\2. Lemak tidak larut dalam air
3. Pada uji pencucian air sadah, larutan
sabun cair ditambah CaCl2 tidak menghasilkan endapan. Sedangkan pada
detergen menghasilkan endapan
6.2
Saran
Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya
praktikan lebih cermat dan teliti lagi dalam mengamati reaksi yang terjadi.
Selain itu juga dibutuhkan kehati-hatian terutama saat pemanasan tabung reaksi
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Ralph J, dan
Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar
Kimia Organik. Jakarta. Bina Aksara.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Willbraham, and Michael S.
Matta. 1992. Kimia Organik dan
Hayati. Bandung : ITB
Petrucci,R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta. Erlangga.
Pine, Stanley. H. 1988. Kimia Organik I. Bandung. ITB
No comments:
Post a Comment