No
|
Pemeriksaan
|
Normal / Tidak
Normal
|
Keterangan
|
1.
|
THT
|
Normal
|
|
2.
|
Mulut
|
Normal
|
|
3.
|
Kepala
|
Normal
|
|
4.
|
Leher
|
Normal
|
|
5.
|
Mata
|
Tidak
Normal
|
Konjungtiva anemis +/+ sklera ikterik
+/+
|
6.
|
Thorax
|
Tidak Normal
|
Kardiomegali, murmur (+)
|
7.
|
Abdomen
|
Tidak normal
|
Hepatomegali, Nyeri
Tekan Epigastrium (+)
|
8.
|
Urogential
|
Normal
|
|
9.
|
Ekstremitas
|
Tidak Normal
|
udem
|
10.
|
Kulit
|
Normal
|
2. Monitoring Kondisi Pasien
NO
|
DATA
|
NILAI NORMAL
|
Tanggal
|
||||||
6/8
|
7/8
|
8/8
|
9/8
|
10/8
|
11/8
|
12/8
|
|||
1
|
Kondisi Umum
|
sedang
|
lemah
|
sedang
|
sedang
|
lemah
|
lemah
|
lemah
|
|
2
|
Kesadaran
|
CM
|
CM
|
CM
|
CM
|
CM
|
CM
|
||
3
|
Motorik
|
+/+
|
+/+
|
+/+
|
+/+
|
+/+
|
+/+
|
||
4
|
Nadi (x/
menit)
|
60-80
|
97
|
98
|
104
|
||||
5
|
Pernafasan (x/
menit)
|
18-20
|
26
|
28
|
28
|
22
|
20
|
20
|
20
|
6
|
Suhu (◦C)
|
35,5
|
35,5
|
||||||
7
|
Tekanan darah
(mmHg)
|
<120/80
|
140/70
|
90/70
|
101/71
|
105/65
|
92/61
|
91/54
|
2.
3. Pemeriksaan Hematologi
Data Penunjang
|
Pasien
|
Normal
|
Hemoglobin
|
12 g/Dl
|
12-16 g/dL
|
Leukosit
|
8.560 / µL
|
5.000 – 10.000
/ µL
|
Hematokrit
|
38 %
|
37 – 43 %
|
Trombosit
|
119.000/ µL
|
150 – 400 . 103
|
4. Pemerikasaan Kimia Klinik
Data penunjang
|
Pasien
|
Normal
|
||
06/08/18
|
08/08/18
|
11/08/18
|
||
Darah Sewaktu
(P)
|
104 mg/dL
|
< 200 mg/dL
|
||
Ureum
|
120 mg/dL
|
107 mg/dL
|
13 – 43 mg/dL
|
|
Kreatinin
|
2,4 mg/dL
|
2,2 mg/dL
|
0,6 – 1,2
mg/dL
|
|
Natrium
|
127 mEq/L
|
128 mEq/L
|
126 mEq/L
|
135 – 148
mEq/L
|
Kalium
|
4,2 mEq/L
|
3,8 mEq/L
|
2,2 mEq/L
|
3,5 – 5,5
mEq/L
|
Klorida
|
90 mEq/L
|
88 mEq/L
|
72 mEq/L
|
98 – 107 mEq/L
|
Protein Total
|
6,0 g/dL
|
6,6 -8,0 g/dL
|
||
Albumin
|
3,6 g/dL
|
3,5 – 5,0 g/dL
|
||
Globulin
|
2,4 g/dL
|
|||
Billirubin
Total
|
9,1 mg/dL
|
0,1 – 1,0
mg/dL
|
||
Billirubin
Direk
|
6,2 mg/dL
|
< 0,25
mg/dL
|
||
Billirubin
Indirek
|
2,9 mg/dL
|
< 0,75
mg/dL
|
||
SGOT
|
51 U/L
|
< 40 U/L
|
||
SGPT
|
51 U/L
|
< 40 U/L
|
5. Terapi yang Diberikan
6. Alasan Pemilihan Obat
7. Analisa permasalahan terapi / DRP
No
|
Drug Therapy Problem
|
Check
List
|
Rekomendasi
|
1
|
Terapi obat yang tidak diperlukan
|
||
Terdapat terapi tanpa indikasi medis
|
Ö
|
Pemberian Ceftriakson pada kasus ini tidak tepat,
karena berdasarkan hasil laboratorium pasien tidak menunjukkan adanya
tanda-tanda infeksi
|
|
Pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan
|
Ö
|
Pemberian antibiotik Ceftriakson tidak tepat
diberikan, karena ceftriakson digunakan sebagai antibiotik yang bekerja dalam
mengobati infeksi. Namum pasien tidak memiliki infeksi yang ditunjukkan dari
hasil laboratorium yaitu leukosit masih berada dalam rentang normal
|
|
Pasien masih memungkinkan menjamin terapi non farmakologi
|
-
|
Pasien tidak dapat memungkinkan menjalamin terapi non farmakologi.
|
|
Terdapat duplikasi terapi
|
-
|
Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat dengan mekanisme
kerja yang berbeda-beda.
|
|
Pasien mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat
dicegah.
|
Pasien tidak mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya
dapat dicegah, karena pasien tidak mengalami efek samping obat yang
signifikan.
|
||
2
|
Kesalahan obat
|
||
Bentuk sediaan tidak tepat
|
-
|
Bentuk sediaan telah disesuaikan dengan kondisi pasien :
|
|
Terdapat kontra indikasi
|
Ö
|
Ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan. Kontra
indikasi dari obat yaitu :
· Furosemid yaitu Gagal ginjal dengan anuria, koma
hepatik, hipokalemia, hiponatremia, & atau hipovolamiadengan atau tanpa
hipotensi
· Spironolakton yaitu hiperkalemia, gagal ginjal
progresif.
|
|
Kondisi pasien tidak dapat
disembuhkan oleh obat
|
-
|
Pasien sudah mengalami perbaikan, namun kondisi pasien masih lemah dan
masih dilakukan monitoring secara intensif di ruang HCU.
|
|
Obat tidak diindikasikan untuk
kondisi pasien
|
Ö
|
Pemberian Ceftriakson pada kasus ini tidak tepat, karena berdasarkan
hasil laboratorium pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi
|
|
Terdapat obat lain yang lebih efektif
|
-
|
Terapi obat yang diberikan telah efektif dalam proses penyembuhan.
|
|
3
|
Dosis tidak tepat
|
||
Dosis terlalu rendah
|
-
|
Dosis obat telah sesuai diberikan.
|
|
Dosis terlalu tinggi
|
Ö
|
Pada kasus ini, pasien diberikan digoxin 1 x 0,25 mg, sedangkan dosis
pemakaian dengan fungsi ginjal normal pemberiannya 0,125 mg/hari. Namun, pada
pasien dengan fungsi ginjal buruk, lansia, maupun pasien yang diterapi
menggunakan obat yang dapat berinteraksi dosis yang diterapkan adalah 0,125
mg setiap 2 hari.
|
|
Frekuensi penggunaan tidak tepat
|
-
|
Frekuensi penggunaan obat sudah tepat.
|
|
Penyimpanan tidak tepat
|
-
|
Proses penyimpanan obat sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada
tempatnya.
|
|
Administrasi obat tidak tepat
|
-
|
Administrasi sudah tepat.
|
|
Terdapat interaksi obat
|
Ö
|
-
Natrium
bicarbonat jika diberikan bersamaan dengan digoxin, maka natrium bicarbonat
akan mengabsorpsi digoksin, sehingga absorpsi digoxin menurun sebesar 20 – 35
% (Gerald, 2011)
-
Spironolakton
jika diberikan bersamaan dengan digoxin akan meningkatkan toksisitas digoxin
(dipiro, 2008).
-
Furosemid
dengan digoxin hipokalemia dan hipomagnesia sehingga meningkatkan toksisitas
digoxin (stockley drug interaction,2008)
-
Spironolakton
dengan digoxin dapat menurunkan kliren renal dan non renal serta dapat
mengganggu test digoxin yang meningkatkan serum digoxin concentration (SDC)
(Dipiro, 2008).
|
|
4
|
Reaksi yang tidak diinginkan
|
||
Obat tidak aman untuk pasien
|
Ö
|
·
spironolakton
dapat menurunkan fungsi ginjal (dipiro, 2008 ; Karen, 2014)
·
spironolakton
dapat meningkatkan kadar kalium
·
ceftriakson
dengan furosemid dapat menyebabkan efek nefrotoksik dan meningkatkan
furosemid (stockley drug interaction, 2008)
·
pemberian
ranitidine bersamaan dengan furosemid terjadi peningkatan bioavailabilitas
furosemid. Tetapi tidak meningkatkan efek diuretik (stockley drug
interaction,2008)
|
|
Terjadi reaksi alergi
|
-
|
Tidak ada masalah, Pasien tidak ada yang riwayat alergi, sehingga obat
aman digunakan.
Terapi yang diberikan pada pasien tidak menimbulkan reaksi
hipersensitivitas pada pasien.
|
|
Terjadi interaksi obat
|
Ö
|
- Natrium
bicarbonat jika diberikan bersamaan dengan digoxin, maka natrium bicarbonat
akan mengabsorpsi digoksin, sehingga absorpsi digoxin menurun sebesar 20 – 35
% (Gerald, 2011)
- Spironolakton
jika diberikan bersamaan dengan digoxin akan meningkatkan toksisitas digoxin
(dipiro, 2008).
- Furosemid
dengan digoxin hipokalemia dan hipomagnesia sehingga meningkatkan toksisitas
digoxin (stockley drug interaction,2008)
- Spironolakton
dengan digoxin dapat menurunkan kliren renal dan non renal serta dapat
mengganggu test digoxin yang meningkatkan serum digoxin concentration (SDC)
(Dipiro, 2008).
|
|
Dosis obat dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat
|
-
|
Tidak terdapat peningkatan dan penurunan dosis pada terapi pasien,
dosis terapi yang diberikan pasien telah tepat dan disesuaikan dengan berat
badan serta kondisi mendis pasien
|
|
Muncul efek yang tidak diinginkan
|
-
|
Menurut pengamatan tidak muncul efek yang tidak diinginkan selama
pemberian terapi.
|
|
Administrasi obat yang tidak tepat
|
-
|
Administrasi sudah tepat
|
|
5
|
Ketidak sesuaian kepatuhan pasien
|
||
Obat tidak tersedia
|
-
|
Tidak ada masalah untuk penyediaan obat pasien. Semua obat yang dibutuhkan pasien
telah tersedia di apotek rumah sakit
|
|
Pasien tidak mampu menyediakan Obat
|
Ö
|
Pasien tidak mampu menyediakan obat, dikarenakan pasien dalam keadaan
lemah. Penyediaan obat dilakukan oleh
petugas kesehatan dan pemberiannya dibantu oleh keluarga pasien
|
|
Pasien tidak bisa menelan atau
menggunakan obat
|
-
|
Pasien mampu menelan obat dalam bentuk tablet per oral
|
|
Pasien tidak mengerti intruksi
penggunaan obat
|
-
|
Pasien mengerti intruksi penggunaan obat, karena pasien sadar.
|
|
Pasein tidak patuh atau memilih
untuk tidak menggunakan obat
|
-
|
Pasien patuh menggunakan obat. Obat-obatan untuk pasien rawat inap
disediakan dalam bentuk UDD untuk pemakaian 1 kali pakai, sehingga
ketidakpatuhan pada pasien dapat teratasi.
|
|
6
|
Pasien membutuhkan terapi tambahan
|
||
Terdapat kondisi yang tidak diterapi
|
-
|
Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi, karena obat yang
digunakan telah tepat untuk terapi penyakit
|
|
Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis
|
-
|
Terapi obat yang diberikan telah sinergis sehingga tidak perlukan lagi
terapi lain.
|
|
Pasien membutuhkan terapi profilaksis
|
-
|
Pasien telah mendapatkan pengobatan profilaksis terhadap kondisinya
sehingga tidak perlu diberikan terapi tambahan.
|
8. Daftar Permasalahan Terkait Obat dan Rekomendasi
NO
|
Permasalahan
|
Rekomendasi
|
1.
|
Pemberian antibiotik Ceftriakson kurang tepat
|
Antibiotic ceftriakson tidak perlu diberikan.
Karena ceftriakson digunakan sebagai antibiotik yang bekerja dalam mengobati infeksi. Namum pasien tidak memiliki infeksi yang ditunjukkan
dari hasil laboratorium yaitu leukosit masih berada dalam rentang normal.
|
2.
|
Dosis digoxin 1 x 0,25 mg tinggi untuk pasien dengan
gangguan fungsi ginjal.
|
Dosis digoxin diturunkan menjadi 0,125 mg setiap 2
hari. Karena, pemakaian digoxin dengan fungsi ginjal normal pemberiannya
0,125 mg/hari. Namun, pada pasien dengan fungsi ginjal buruk, lansia, maupun
pasien yang diterapi menggunakan obat yang dapat berinteraksi dosis yang
diterapkan adalah 0,125 mg setiap 2 hari (Dipiro, 2015)
|
3.
|
Natrium bicarbonat diberikan bersamaan dengan
digoxin (Gerald, 2011, Dipiro,
2008)
|
Jarakkan pemberian obat selama 2 jam atau hindari
penggunaan secara bersamaan. Karena natrium bicarbonat akan mengabsorbsi
digoxin dan absorbsi digoxin akan rendah ketika diberikan secara bersamaan
|
4.
|
Spironolakton
|
Spironolakton
sebaiknya tidak diberikan karena dapat meningkatkan kadar kliren kreatinin
dan dapat menurunkan fungsi ginjal. Spironolakton juga dapat meningkatkan
kadar kalium yang menyebabkan hiperkalemia (Dipiro, 2008).
|
5.
|
Furosemid
dengan digoxin
|
Dapat menyebabkan terjadinya hipokalemia dan
hipomagnesia sehingga meningkatkan toksisitas digoxin (Dipiro, 2008).
Sehingga perlu monitoring kadar elektrolit.
|
Kesimpulan
Berdasarkan
kasus diatas yang dilihat dari data anamnesa, pemeriksaan fisik dan labor
pasien didiagnosa menderita Congestive
Heart Failure dengan Hepatopati kongestif. Untuk terapi
yang diberikan, pasien mendapatkan terapi yang kurang efektif dan juga ditemukan
pemberian obat yang tidak tepat. Dilihat dari beberapa tahapan
pengobatan yang diberikan kepada pasien, terlihat adanya perbaikan, namun pada hari ke -7 tepatnya pada
tanggal 12 Agustus 2018 sore hari sekita pukul
18.10
pasien dinyatakan meninggal dunia karena ketidakmampuan fungsi organ pasien dalam
bekerja semestinya dan komplikasi berat yang telah diderita oleh pasien.
Saran
Terkait pemberian dosis obat sebaiknya dipertimbangkan fungsi organ
vital seperti hati dan ginjal karena umumnya obat di metabolisme dihati dan
dieksresikan diginjal terutama pada pasien dengan fungsi organ yang sudah
terganggu sehingga perlu penyesuaian dosis untuk mencegah terjadinya kerusakan
organ yang lebih parah dan komplikasi, serta pemberian antibiotik sebaiknya
dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui apakah pasien perlu mendapatkan
antibiotik dan pilihan terapi antibiotik yang tepat untuk diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdie H Ahmad. 1999. Harrison prinsip-prinsip ilmu
penyakit dalam Vol.1 Ed.13. Jakarta : EGC, Hal 217
Dipiro, J. T., Barbara, G.W., Yee, G.C., Terry L.S., Wells, B.G. &
Cecilyv.D. 2015. Pharmacotheraphy : A
Pathophysiologic Approach (9thEd).New York : Mcgraw-Hill.
Dipiro, J. T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Wells, B.G.
&Posey L.M. 2008. Pharmacotheraphy :
A Pathophysiologic Approach (7thEd).New York : Mcgraw-Hill.
Kasper DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser S Longo D and
Jameson JL. 2016. Harrison's Principles of Internal Medicine 19th
Edition. Publisher: McGraw-Hill Professional
Fouad YM, Yehia R. 2014. Hepato-cardiac
disorders. World J Hepatol
Bryony Jordan BSc, John
Martin, Rachel S.M. Ryan, Shama M.S. Wagle. 2014. BNF ed 68. UK : Royal Pharmaceutical Society
Karen Baxter. 2008. Stockley Drug Interaction 8th
Ed.UK
: Pharmaceutical Press
Gerald K. McEvoy. 2011. AHFS Drug Information. Bethesda,
Maryland : American Society of
Health-System Pharmacists
No comments:
Post a Comment