Thursday, 7 November 2019

Case Report: HIPOGLIKEMIA, HIPONATREMIA, HIPERTENSI DISERTAI PERDARAHAN LAMBUNG



1.    Identitas Pasien
Nama pasien                    : Ny. N
No MR                             : 1187XXX
Umur                                : 73 tahun
Ruangan                           : IRNA C Lantai 3,
Agama                              : Islam
Jenis kelamin                    : Perempuan
Tanggal Masuk                 : 25 Februari 2019
Tanggal Keluar                 : 06 Maret 2019

2.    Ilustrasi Kasus
Seorang pasien Ny. N umur 73 tahun masuk Rumah Sakit Stroke melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 25 Februari 2019 jam 19:20 WIB. Ppenurunan kesadaran sejak ± 3,5 jam sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya pasien mengeluh badan letih, demam, muntah 1 kali berwarna hitam.

3.         Riwayat Penyakit sekarang
3.1  Riwayat Penyakit Sekarang
ü  Penurunan kesadaran onset ±3,5 jam
ü  Muntah 1 kali berwarna hitam
ü  Demam
ü  BAK dan BAB tidak terkontrol
3.2  Riwayat Penyakit Sebelumnya
-          Hipertensi (tidak diketahui awal tahunnya)
3.3  Riwayat Penyakit Keluarga
-          Tidak ada

4.      Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik pada tanggal 25 Februari 2019
-          Kondisi umum : buruk
-          Kesadaran        : coma
-          Frekuensi Nadi : 92x/menit
-          Frekuensi nafap : 20x/menit
-          Suhu                  : 36,8ºC
-          GCS                  : E1M4V1
-          Tekanan Darah  : 190/110 mmHg

·         Pemeriksaan Darah Lengkap
Hematology
Hasil
Nilai Normal
WBC
12,71 103/µL
4,00-10,00 103/µL
RBC
3,86 106/µL
0,12 – 5,50 106/µL
HGB
12,1 g/dL
12-16 g/dL
HCT
36,1 %
40-54,0 %
MCV
93,5  fL (-)
80-100 fL
MCH
31,3 pg (-)
27-34 pg
MCHC
33,5 g/dL (-)
32-36 g/dL
PLT
206 103/µL
150- 450 103/µL

·         Pemeriksaan Labor
25 Februari 2019
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Gula Darah Sewaktu
29 mg/dl
70-150 mg/dl
Ureum
16 mg/dl
10 – 50 mg/dl
Kreatinin
0,61 mg/dl
0,6 – 1,1 mg/dl
Natrium
123 mmol/L
136 – 145 mmol/L
Kalium
3,3 mmol/L
3,5 – 5,1 mmol/L
Klorida
89 mmol/L
97 – 111 mmol/L

26 Februari 2019

Hematology
Hasil
Nilai Normal
Asam urat
3,4 mg/dl
Pr 2,4-5,7 mg/dl
HDL Kholesterol
42 mg/dl
>65 mg/dl
LDL Kholesterol
116 mg/dl
< 150 mg/dl
Triglesirida
110 mg/dl
< 150 mg/dl
Total Kholesterol
162 mg/dl
< 220 mg/dl
Glukosa puasa
122 mg/dl
70-110 mg/dl

5.      Diagnosa
·         Penurunan kesadaran, Hipoglikemia dan GI bleeding
6.      Terapi / Tindakan
·         Terapi yang diberikan di IGD
-          BOLUS D 40% 2 flakon
-          O2 2L/i
-          Pemberian infuse D10% 1 KLOF/8 jam IV
-          Ranitidine injeksi 2x1 ampul, IV
-          Transamin injeksi 500mg 3x1 ampul, IV
-          Vitamin K injeksi 10mg/3ml 3x1 ampul, IV
-          Sucralfat 500mg/5 ml 3x1 sendok teh

·         Terapi yang didapatkan di ruang interne
-          Sucralfat 500mg/5ml 3x1 sendok teh PO
-      Diltiazem 30mg 2x1 PO
-      Ciprofloxacin 500mg 2x1 PO
-      Transamin injeksi 500 mg 3x1 IV
-      Vitamin K injeksi 10mg/3 ml 3x1 IV
-      Omeprazole 40 mg 1x1 IV
-      Ranitidine 50 mg injeksi 2x1 IV
-      Citicolin injeksi 500 mg 2x1 IV
-      Nacl 3%/12 jam IV

7.     Pemeriksaan Labor
G
L
U
K
O
S
a
D
A
R
A
h
S
E
W
A
K
T
u
Tanggal
Hasil
Nilai Normal
25 /02/2019

91mg/dL(22.30)
182 mg/dL(23.00)



70- 150 mg/dL
26/02/2019

102mg/dL(12.37)
147mg/dL(18.49)
27/02/2019
129mg/dL(11.01)
104mg/dL(00.41)
28/02/2019
121mg/dL
01/03/2019
114mg/dL
Natrium
121mmol/L
136-145 mmol/L
Kalium
2,8 mmol/L
3,3- 5,1mmol/L
Klorida
90 mmol/L
    96-105mmol/L
02/03/2019
108mg/dL


70-150 mg/dL
03/03/2019
114mg/dL
05/03/2019
69mg/dL(09.18)
135mg/dL(11.37)
122mg/dL(18.46)

8.         Diskusi
Seorang pasien Ny. N berumur 73 tahun masuk Rumah Sakit Stroke melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal  25 Februari 2019 19.20 WIB. Penurunan kesadaran sejak ± 3,5 jam sebelum masuk rumah sakit, sebelumnya pasien mengeluh badan letih, demam, muntah 1 kali berwarna hitam.
Dari hasil pemeriksaan fisik pasien di IGD bahwa kondisi umum buruk, kesadaran  coma, Frekuensi Nadi 92 x /menit, Frekuensi Nafas 20x/menit, Suhu 36,8 oC,GCSE1 M4 V1, Tekanan darah  190/110  mmHg.
Berdasarkan diagnosa kerja pasien dinyatakan Hipoglikemia dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar glukosa darah < 80 mg/dl, Hiponatremia dimana kadar natrium plasma < 136 mmol/L, Hipertensi stage 2 dan disertai perdarahan lambung  yang ditandai dengan muntah berwarna hitam.
 Pada saat di IGD pasien diberikan O2 2 L/menit untuk stabilisasi jalan nafas dan pernapasan. Berdasarkan Anamnesa bahwa kondisi pasien mengalami penurunan kesadaran dan koma serta dari hasil pemeriksaan labor glukosa random 29 mg/dl maka pasien dinyatakan menderita Hipoglikemia stadium lanjut. Hipoglikemia stadium lanjut dapat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma.hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Penatalaksanaan pasien hipoglikemia dengan kondisi stadium lanjut menurut PB PAPDI, 2006 pertama diberikan terapi IVFD D10 % 1 flakon/6 jam dan bila gula darah sewaktu < 50 mg/dl maka diberikan bolus dekstrosa 40 % 50 ml secra intravena. Pada kasus iniglukosa sewaktu pasien adalah 29 mg/dl Pasien diberikan IVFD D10 % 1 flakon/8 jam kemudian pasien diberikan terapi D 40 % 2 flakon (50 ml) bolus intravena untuk memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel.
Berdasarkan data labor dan catatan perkembangan medis psien pada tanggal 26 Februari 2019 pasien mengalami penurunan kadar natrium plasma yang disebut hiponatremia. Hiponatremia merupakan kondisi gangguan elektrolit ketika kadar natrium dalam darah lebih rendah dari batas normal. Dalam tubuh kita natrium memiliki sejumlah fungsi  antara lain untuk mengendaliakan kadar air dalam tubuh, menjaga tekanan darah, serta mengatur sistem syaraf dan kinerja otot, pada kondisi hiponatremia kronis dimana kadar natrium turun secara bertahap dalam 2 hari atau lebih dan terdapat gejala ringan seperti lemah dan lesu, komplikasi yang muncul belum berbahaya. Namun bila kadar natrium turun dalam waktu cepat (hiponatremia akut) terdapat gejala berat seperti penurunan kesadaran dapat terjadi pembengkakan otak yang bisa menyebabkan koma dan bahkan kematian. Pada kasus ini kadar natrium plasma pasien rendah yaitu 123 mmol/L dimana nilai normalnya  136–145 mmol/L, dapat dikategorikan hiponatremi berat karena kadar natrium plasma < 125 mmol/L, selain itu pasien juga mengalami penurunan kesadaran.Menurut Sylvia A.Price Lorraine M.Wilson, Patofisiologi Edisi 4. penatalaksanaan hiponatremi berat diberikan larutan garam hipertonik yang dapat meningkatkan Na+ serum sebanyak 0,5 mEq/L per jam hingga tercapainya kadar serum Na+ dan pasien telah melewati masa krisis nya. Pada kasus ini terapi yang diberikan yaitu Nacl 3 % 2 kolf/12  jam secara intravena.
Ø  Koreksi kadar natrium serum : 
SINa = IV Na – SNa
           BW + IVVol

SINa= 513 mEq/L – 123mEq/L
         (50 kg x 0,5 L/kg) + 1 L

       = 390 mEq/L
             26 L

       = 15 mEq/L
       = 1,5 mEq/100 ml
Keterangan: IVNa = Kosentrasi natrium infus
                  SINa  = kosentrasi natrium serum pasien

Ø  Kebutuhan cairan tubuh (tetes infus):
= Volume total infus x faktor tetesan
              Waktu total (menit)

= 500 ml x 20
  12 x 60 menit

= 10.000 tetes
   720 menit

= 13, 88 tetes/menit

= 14 tetes/ menit

Pasien juga mengalami hipertensi, hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah arteri yang persisten. Menurut JNC 7 hipertensi diklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu normal, prahipertensi, hipertensi stage 1, hipertensi stage 2 dan hipertensi stage 3. Pada kasus ini pasien mengalami hipertensi stage 2  dengan tekanan darah 190/110 mmHg. Untuk mengatasi hipertensi stage 2 diberikan 2 kombnasi obat yaitu diuretik thiazid dengan ACE inhibitor/ ARB/ β-Bloker/ CCB, Pada kasus ini untuk mengatasi penyakit yang diderita pasien tidak diberikan diuretik thiazid karena kadar natrium pasien rendah (hiponatremia) sedangkan diuretik tiazid dapat meningkatkan ekresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler sehingga apabila diberikan akan memperburuk keadaan. Maka untuk penatalaksanaannya hanya diberikan obat antihipertensi Diltiazem 30 mg 2x1 secara oral. Dimana Diltiazem merupakan obat antihipertensi golongan CCB ( Calcium Channel Bloker ), yang mana berdasarkan literature diketahui bahwa mekanisme kerja mekanisme kerja dari Diltiazem adalah menghambat kalsium masuk kedalam sel, sehingga menyebabkan vasodilatasi, memperlambat laju jantung dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan tekanan darah.
         Selain itu pasien didiagnosa GI bleeding (perdarahan pada lambung) yang ditandai dengan muntah berwarna hitam. Penatalaksan perdarahan lambung menurut PB PABDI, 2006 yaitu diberikan injeksi antagonis reseptor H2 dan PPI (pump proton inhibitor), sitoprotektor (sucralfat), antasid, injeksi vitamin k.
         Pada kasus ini pertama pasien diberikan ranitidin injeksi 50 mg 2x1 ampul. Kerja obat ini adalah menghambat secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel-sel parietal lambung sehingga sekresi asam lambung terhambat.
         Pasien juga di berikan terapi PPI (Proton pump inhibitor) yaitu injeksi omeprazol 40 mg 1x1 yang memiliki mekanisme kerja menghambat H+/K+ATPase dan enzim karbonik anhidrase terjadi penurunan produksi asam lambung, perbaikan vaskular, peningkatan mikrosirkulasi lambung dan meningkatkan aliran darah mukosa lambung.
         Pasien juga mendapatkan obat Sukralfat 500  mg/5 ml 3x1 c dapat digunakan untuk mengatasi peradangan pada lambung (gastritis) dan mencegah perdarahan saluran cerna. Obat ini bekerja dengan membentuk lapisan pada bagian yang luka dan melindunginya dari asam lambung yang dapat memperlambat penyembuhan. Sucralfat bekerja sebagai non systemic cytoprotective agent, Sucralfat membentuk kompleks dengan protein ulcer sebagai lapisan penghalang terhadap difusi asam, pepsin dan garam empedu.
Kemudian pasien diberikan vitamin K injeksi 10 mg/ ml 3x1 Untuk meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protombin, factor VII, IX, X di hepar. Aktivasi X menjadi Xa oleh factor VIIa, TF dan Ca2+ dari jalur ekstrinsik dan faktor IXa, VIIIa dan Ca2+ dari jalur intrinsik. Kemudian faktor Xa dibantu oleh Ca2+ dan factor Va akan mengaktifkan protombin menjadi trombin. Trombin kemudian mengaktivasi factor XIII dan XIIIa yang akan mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Selain itu pasien diberikan injeksi Transamin yang mengandung  asam traneksamat 500 mg 3 x 1 secara IV yang merupakan inhibitor kompetitif dari aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain. Pemberian asam traneksamat bertujuan mengurangi pendarahan dan untuk membantu darah menggumpal dengan normal untuk mencegah dan menghentikan pendarahan yang lama. Obat ini termasuk dalam kelas obat antifibrinolitik.
Selanjutnya pasien juga diberikan antibiotik karena terjadi infeksi saluran cerna yang ditandai pasien demam dan kadar leukosinya tinggi yaitu 12, 71 x 103/µL dimana nilai normalnya 4-10 x 103/µL Ciprofloxacin  500mg 2 x 1 yang merupakan antibiotik golongan floroquinolon, yang bekerja dengan cara mempengaruhi enzim DNA gyrase bacteri. Ciprofloxacin merupakan antibiotik yang sensitif terhadap bakeri gram positif dan bakteri gram negatif. Ciprofloxacin terutama aktif terhadap gram negatif termasuk salmonela, shigella, camphylobacter, Neisseria, dan pseudomonas.
Penggunaan Sucralfat dapat mengurangi absorbsi ciprofloxacin jika diberikan bersamaan, sehingga dapat menurunkan keefektifannya sehingga dalam penggunaannnya dijarakkan Ciprofloxcasin diberikan 1 jam sebelum mkan dan Sucralfat diberikan 2 jam setelah makan.
Pasien juga diberikan diberikan obat paracetamol 500 mg 3x1 karena mengalami demam dengan suhu tubuh 37,50CParacetamol bekerja pada pusat pengatur suhu hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh (antipiretik), menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri ringan-sedang.
         Pada catatan perkembangan medis pasien pada tanggal 2 feruari 2019 pasien mengalami encelopati yang mengacu pada kelainan stuktur atau fungsi otak akibat suatu kondisi atau penyakit. Gejala enselopati dapat berupa sulit menelan dan berbicara, penurunan kesadaran mulai dari tampak mengantuk hingga koma dan penyebabnya kekurangan pasokan oksigen pada otak dan gangguan elektrolit. Pada kasus ini pasien diberiakan Citicolin injeksi 500 mg 2x1Sehingga pasien diberikan  injeksi Citicolin yang juga berperan sebagai neuroprotektor  yang bekerja dengan cara meningkatkan senyawa kimia di otak bernama phospholipid phosphatidylcholine. Senyawa ini memiliki efek untuk melindungi otak, mempertahankan fungsi otak secara normal, serta mengurangi jaringan otak yang rusak akibat cedera. Selain itu, citicolin mampu meningkatkan aliran darah dan konsumsi oksigen di otak. Sebenarnya, citicolin merupakan senyawa kimia otak yang secara alami ada di dalam tubuh manusia.
Semua pengobatan yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi dan dosis yang digunakan untuk mengobati pasien ini.

9.   Tabel DRP
No.
Drug Therapy Problem
Chck List
Rekomendasi
1
Terapi obat yang tidak diperlukan



Terdapat terapi tanpa indikasi medis
Tidak, pasien mendapat terapi sesuai dengan indikasi.
-Sucralfat : mengatasi peradangan lambung
-Diltiazem 30 mg: untuk menurunkan tekanan darah.
-Ciprofloxacin  500 mg: untuk infeksi karena pasien mengalami perdarahan saluran lambung, demam dan dan kadar leukosit tinnggi 12, 71 x 103/µL.
-Transamin injeksi 500 mg:Antifibrinolitik
-Vitamin K injeksi: untuk membentuk faktor pembekuan darah.
-Ranitidin injeksi 50 mg: Mengurangi sekresi asam lambung
-Omeprazol injeksi 40 mg : menurunkan produksi asam lambung.
-Citicolin 500 mg  injeksi : encelopati
-Nacl 3 % : untuk meningkatkan kadar natrium
- D 40 % : untuk meningkatkan kadar glukosa darah
-paracetamol 500 mg : demam



Pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan
Tidak, Pasien tidak mendapat terapi tambahan karena pengobatan telah sesuai dengan diagnose




Pasien masih memungkinkan menjalani terapi non farmakologi
Ya.
Berikan gula murni 30 g (2 sendok makan) dan makanan yang mengandung karbohidrat.



Terdapat duplikasi terapi
Tidak terdapat duplikasi terapi

Pasien mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat dicegah
Tidak ada efek samping yang berarti

2
Kesalahan obat



Bentuk sediaan tidak tepat
Tepat pasien diberikan obat dalam bentuk puyer karena menggunakan alat bantu NGT.


Terdapat kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi


Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan oleh obat
Tidak, karena Pasien mengalami perbaikan dengan terapi yang diberikan


Obat tidak diindikasikan untuk kondisi pasien
Tidak, semua obat sesuai indikasi


Terdapat obat lain yang lebih efektif
Tidak, obat yang dipilih sudah efektif

3
Dosis tidak tepat



Dosis terlalu rendah
Tidak, sudah tepat dosis


Dosis terlalu tinggi
Tidak, sudah tepat dosis


Frekuensi penggunaan tidak tepat
Tidak, Frekuensi penggunaan obat telah tepat untuk pasien


Penyimpanan tidak tepat
Tidak, Penyimpanan obat telah tepat disimpan ditempat yang sejuk dan terhindar dari cahaya matahari lansung




Administrasi obat tidak tepat
Tidak, Administrasi obat yang digunakan telah tepat


Terdapat interaksi obat
Tidak terdapat interaksi antar obat.

4
Reaksi yang tidak diinginkan



Obat tidak aman untuk pasien
Tidak, Obat aman untuk pasien dan memberikan efek yang sesuai dengan yang diharapkan


Terjadi reaksi alergi
Tidak, terdapat masalah, pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat sehingga obat aman digunakan


Terjadi interaksi obat
Sucralfat dapat mengurangi absorbsi ciprofloxacin jika diberikan bersamaan, sehingga dapat menurunkan keefektifannya
Ciprofloxcasin diberikan 1 jam sebelum mkan dan Sucralfat diberikan 2 jam setelah makan

Dosis obat dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat
Tidak, dosis yang digunakan telah sesuai dengan pasien sejak dilakukannya diagnose.


Muncul efek yang tidak diinginkan
Tidak


Administrasi obat yang tidak tepat
Tidak

5
Ketidak sesuaian kepatuhan pasien



Obat tidak tersedia
Tidak ada masalah untuk penyediaan obat pasien, semua obat yang dibutuhkan pasien telah tersediadi apotek rumah sakit


Pasien tidak mampu menyediakan obat
Tidak, Pasien mampu menyediakan obat


Pasien tidak bisa menelan atau menggunakan obat
Iya pasien menggunakan alat bantu NGT


Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan obat
Tidak, Pasien mengerti instruksi penggunaan obat


Pasein tidak patuh atau memilih untuk tidak menggunakan obat
Tidak, Pasien patuh dalam penggunaan obat

6
Pasien membutuhkan terapi tambahan



Terdapat kondisi yang tidak diterapi
Tidak


Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis
Tidak


Pasein membutuhkan terapi profilaksis
Tidak


9.      Kesimpulan
-          Dari hasil diagnosa pasien menderita hipoglikemia dan GI bleeding
-          Terapi yang diberikan pada pasien sudah tepat dengan indikasi penyakit pasien
-          Pasien pulang dalam keadaan perbaikkan, serta dilanjutkan terapi dengan rawat jalan

10.  Saran
-             Sebaiknya dilakukan pengecekan yang lebih mendalam terhadap pasien    untuk menegakkan diagnosa.
-             Sebaiknya dilakukan analisis DRP sebelum dilakukan pemberian terapi.

11.    Daftar Pustaka
Alexander, J.A., Chapter 11 : Nonvariceal gastrointestinal trac bleeding. Dalam: haucer, S.C., et al. Mayo clinic gstroenterologi and hepatologi board review 3rd
American Diabetes Association Workgroup on Hypoglycemia. Defining and reporting hypoglycemia in diabetes. Diabetes Care 2005; 28: 1245 – 9
Anand, B.S. 2011. Pepticular Disiase, bayler collage of medicine. Availabel from
Bauduceau B, Doucet J, Bordier L, Garcia C, Dupuy O, Mayaudon H. 2010.  Hypoglycaemia and dementia in diabetic patients. Diabetes & Metabolism; 36: 106 – 11
Caestecker, J.d Uper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presetation: Hahneman Univercity.
Cryer PE, Davis SN, Shamoon H. 2003.Hypoglycemia in diabetes. Diabetes Care; 26:  1902 – 12
Djojodiningrat D. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: dispepsia fungsional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dubey, S. Perdarahan gastrointestinal atas: Greenberg, M.I., et al.teks atlas kedokteran kedarutan greenberg volume 1. Jakarta: Erlangga;2008;275
Jutabha, R., et al., acute uper gstrointestinal bleeding :friedman, s.i., et al., curent diagnosis & treatmen in gastroentgerology 2 ed. USA: Mcgraw-Hill Companies; 2003; 53-67.
Porter , R.S., et al., The Merc Manual Of Patient Symptomp. USA: Merc Research Laboratoris, 2008.
Soeatmadji DW. 2008. Hipoglikemia Iatrogenik. In: Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: 1900 – 6
Panduan pelayanan medik. 2006. Jakarta : Himpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Penerbit buku kedokteran
U.S. Study Group of Insulin Glargine  in Type 1 Diabetes. Less Hypoglycemia With Insulin Glargine in Intensive Insulin Therapy for Type 1 Diabetes. Diabetes Care 2000: 23: 639 – 43



No comments: