1. Identitas Pasien
No
MR : 83 05 xx
|
Nama Pasien : Tn.
I
|
Alamat : Kerawang
|
Agama : Islam
|
Jenis Kelamin : Laki-Laki
|
Umur : 51 tahun
|
Tanggal masuk : 11/08/2018
|
Tanggal keluar : 24/08/2014
|
Ruangan : Rawat Inap Neuro
|
2.
Pemeriksaan
Anamnesa
a.
Keluhan Utama
Penurunana
kesadaran sejak 6 jam yang lalu, tiba dirawatan bagian interne, keluhan
disertai dengan lemah anggota bagian kanan, muntah (+), nyeri kepala (-), mulut
kering
b.
Riwayat Penyakit
Sekarang
-
Mual
(+), muntah (+)
- Kedua
tungkai dan lengan sulit digerakkan.
-
Susah
berkomunikasi.
c.
Riwayat Penyakit
Keluarga
Tidak ada
d.
Riwayat Penyakit
Dahulu
Tidak ada
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Tanda Vital dan
Keadaan Umum
Pemeriksaan
|
Hasil
|
Normal
|
Kondisi Umum
|
Sedang
|
|
Kesadaran
|
13 (Somnolen)
|
CMC (15)
|
Tekanan Darah
|
167/105 mmHg
|
120/80 mmHg
|
Frekuensi Nadi
|
80 kali/menit
|
60-80 kali/menit
|
Frekuensi
Nafas
|
26 kali/menit
|
14-20
kali/menit
|
Suhu
|
37°C
|
36,5-37,5°C
|
b.
Status
Generalisa
No
|
Pemeriksaan
|
Normal
|
Tidak Normal
|
Keterangan
|
1.
|
THT
|
Ö
|
||
2.
|
Mulut
|
Ö
|
||
3.
|
Kepala
|
Ö
|
||
4.
|
Leher
|
Ö
|
||
5.
|
Mata
|
Ö
|
||
6.
|
Thorax
|
Ö
|
||
7.
|
Abdomen
|
Ö
|
Nyeri Tekan Epigastrium (+)
|
|
8.
|
Urogential
|
Ö
|
||
9.
|
Ekstremitas
|
Ö
|
Motorik lateralisasi ke kanan
|
|
10.
|
Kulit
|
Ö
|
4. Diagnosa Penyakit
a.
Diagnosa
Utama
Stroke Hemoragik
b.
Diagnosa
Sekunder
Hipertensi Stage II
5.
Terapi obat di
bangsal Neurologi
·
IVFD RL 12 jam/kolf
·
Therapy : Citicolin inj 2x250 mg (IV)
Asam Tranexamat 4x1 g (IV) 6 x 1 g (IV)
Ranitidin 2x1 amp (IV)
Omeprazole 1x1 amp (IV)
Manitol 20%
Ondansentron 2 x 1 amp (IV) = bila muntah
Paracetamol 3x500 mg (NGT)
Laxadyn
syr 3x1C (NGT)
Alinamin
F 1x50 mg (NGT)
Ondansentron
Inj 2x1 amp (IV) (bila muntah)
Dulcolax Supp 1 x 1
Furosemid 1x40 mg (pagi) (NGT)
KSR 1x1 (NGT)
Bisolvon syr 3x1 C (NGT)
Ceftriaxon 2x1 gr (IV)
Farmavon Inj 1x1 amp (IV)
Nistatin drop 2x1
6.
Terapi
7.
Alasan Pemilihan
Obat
8.
Analisa Permasalahan Terapi / Drug Related Problem (DRP)
No
|
Drug Therapy Problem
|
Check
List
|
Rekomendasi
|
1
|
Terapi obat yang tidak diperlukan
|
||
Terdapat terapi tanpa
indikasi medis
|
-
|
Pasien telah mendapatkan
terapi sesuai dengan indikasi, dimana pemberian
|
|
Pasien mendapatkan terapi
tambahan yang tidak diperlukan
|
-
|
Pasien tidak ada
mendapatkan terapi yang tidak diperlukan, karena semua obat yang diberikan
sudah sesuai dengan indikasi.
|
|
Pasien masih memungkinkan
menjamin terapi non farmakologi
|
-
|
Pasien tidak dapat
memungkinkan menjalamin terapi non farmakologi TW (Terapi Wicara). Karena
pasien tidak sadar.
|
|
Terdapat duplikasi terapi
|
-
|
Tidak terdapat duplikasi
terapi karena obat yang diberikan mempunyai mekanisme kerja yang berbeda-beda
|
|
Pasien mendapat penanganan
terhadap efek samping yang seharusnya dapat dicegah.
|
√
|
-
Pasien
mendapatkan penanganan terhadap efek samping
ranitidin yaitu konstipasi yang dapat dicegah dengan pemberiaan
laxadyn sebagai emolien (pelicin) jalan feses.
-
Pasien
mendapatkan penangangan terhadap efek samping dari penggunaan furosemid yaitu
hipokalemia yang dapat ditangani dengan pemberian KSR untuk Pencegahan dan pengobatan hiperkalemia
|
|
2
|
Kesalahan obat
|
||
Bentuk sediaan tidak tepat
|
-
|
Bentuk sediaan telah
tepat, sesuai dengan kondisi pasien yang tidak sadar seperti:
|
|
Terdapat kontra indikasi
|
-
|
Tidak ditemukan adanya
kontra indikasi pada terapi pengobatan dengan kondisi pasien
|
|
Kondisi pasien tidak dapat
disembuhkan oleh obat
|
-
|
Pasien belum mengalami
perbaikan dengan pemberian terapi yang didapatkan namun tekanan darah dan
nadi selalu dipantau.
|
|
Obat tidak diindikasikan
untuk kondisi pasien
|
-
|
Setiap obat yang diberikan
telah sesuai dengan indikasi suatu penyakit yang diderita pasien
|
|
Terdapat obat lain yang
lebih efektif
|
-
|
Menurut Dipiro, 2015,
terapi utama stroke hemoragik adalah yaitu menurunkan tekanan
intrakranial, menurunkan dan mengatur tekanan darah serta memperbaiki kondisi
pasien .
|
|
3
|
Dosis tidak tepat
|
||
Dosis terlalu rendah
|
-
|
Dosis yang diberikan telah
tepat
|
|
Dosis terlalu tinggi
|
-
|
Dosis yang diberikan telah
tepat dimana untuk dosis
|
|
Frekuensi penggunaan tidak
tepat
|
Ö
|
Frekuensi asam traneksamat
dinaikan terlalu cepat dari 1 g/6 jam menjadi 1 g/4 jam dalam interval waktu
2 hari
|
|
Penyimpanan tidak tepat
|
-
|
Proses penyimpanan obat
sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada stabilitasnya. Disimpan ditempat
yang terlindung dari cahaya.
|
|
Administrasi obat tidak
tepat
|
-
|
Administrasi obat telah
tepat, dimana penggunaan secara peroral dibuat dalam bentuk pulveres agar
mudah dialirkan melalui NGT
|
|
Terdapat interaksi obat
|
-
|
Tidak ditemukan adanya
interaksi obat yang signifikan.
|
|
4
|
Reaksi yang tidak diinginkan
|
||
Obat tidak aman untuk
pasien
|
-
|
Obat aman digunakan untuk
pasien yang dilihat dari tidak adanya reaksi yang tidak diinginkan.
|
|
Terjadi reaksi alergi
|
-
|
Tidak ada reaksi alergi
|
|
Terjadi interaksi obat
|
-
|
Menurut pengamatan yang
telah dilakukan Tidak ada terjadinya interaksi obat
|
|
Dosis obat dinaikkan atau
diturunkan terlalu cepat
|
-
|
Dosis obat dinaikkan tidak
telalu cepat karena dosis telah dikondisikan dengan keadaan pasien.
|
|
Muncul efek yang tidak
diinginkan
|
-
|
Menurut pengamatan selama
dilakukannya pengobatan dirawat inap dengan pemberian obat-obat efek samping
yang muncul adalah konstipasi akibat penggunaan dari ranitidine yang telah
diatasi dengan penggunaan laxadyn sebagai emolien untuk memperlicin jalannya
feces..
Munculya efek samping
hipokalemia akibat penggunaan dari furosemid, tetapi efek ini telah diatasi
dengan penggunaan KSR (kalium clorida) yang mencegah terjadinya penurunan
kadar kalium yang menyebabkan hipokaliemia.
|
|
Administrasi obat yang
tidak tepat
|
-
|
Administrasi obat telah
tepat,
|
|
5
|
Ketidak sesuaian kepatuhan pasien
|
||
Obat tidak tersedia
|
-
|
Tidak ada masalah untuk
penyediaan obat pasien. Semua obat
yang dibutuhkan pasien telah tersedia di apotek rumah sakit
|
|
Pasien tidak mampu
menyediakan Obat
|
Ö
|
Penyediaan obat pasien
dilakukan oleh petugas kesehatan seperti penyediaan obat peroral yang
dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan dibantu oleh keluarga untuk
penggunaannya melalui NGT, sedangkan untuk penggunaan obat dalam bentuk
injeksi, dibantu oleh tenaga keperawatan untuk menyuntikkannya. Obat-obatan untuk psien rawat inap disediakan dalam bentuk unit dose
dispensing (untuk pemakaian satu kali
pakai). Untuk penggunaan obat obatan injeksi dibantu oleh perawat sehingga
ketidak sesuaian kepatuhan pasien dapat teratasi
|
|
Pasien tidak bisa menelan
atau
menggunakan obat
|
Ö
|
Pasien tidak mampu menelan
ataupun menggunakan obat yang dikarenankan keadaan pasien yang lemah tidak
sadar, sehingga untuk membantu masuknya obat pasien menggunakan selang NGT
untuk sediaan peroral.
|
|
Pasien tidak mengerti
intruksi
penggunaan obat
|
Ö
|
Pasien tidak mengerti penggunaan obat dikarenakan kondisi pasien yang
tidak memungkinkan diberikannya intruksi, sehingga pemberian informasi atau
edukasi penggunaan obat dijelaskan kepada keluarga pasien. Untuk penggunaan
obat obatan injeksi dibantu oleh perawat sehingga ketidak sesuaian kepatuhan
pasien dapat teratasi.
|
|
Pasein tidak patuh atau
memilih untuk tidak menggunakan obat
|
-
|
Pasien patuh menggunakan
obat dilihat dari teraturnya pasien mengkonsumsi obat dan tidak adanya
penolakan dari penggunaan obat secara injeksi.
|
|
6
|
Pasien membutuhkan terapi tambahan
|
||
Terdapat kondisi yang
tidak diterapi
|
-
|
Pasien telah mendapatkan
terapi sesuai indikasi
|
|
Pasien membutuhkan obat
lain yang sinergis
|
-
|
Pasien telah mendapatakan
obat dengan kerja yang sinergis sehingga dapat meningkatkan efek pengobatan
untuk kondisi pasien
|
|
Pasien membutuhkan terapi
profilaksis
|
-
|
Pasien telah mendapatkan
terapi profilaksis untuk menghindari memperburuknya kondisi pasien.
|
Kesimpulan
Berdasarkan
kasus diatas yang dilihat dari data anamnesa, pemeriksaan fisik dan labor
pasien didiagnosa menderita Stroke Hemoregik dan Hipertensi Stage II. Untuk terapi yang diberikan, pasien
mendapatkan terapi yang efektif dan sesuai indikasi, bentuk sediaan dan cara
penggunaan obat pasien juga sudah tepat. Dilihat dari beberapa tahapan pengobatan
yang diberikan kepada pasien, belum terlihat adanya perubahan kondisi pasien,
namun pada hari ke -14 tepatnya pada hari jumat tanggal 24 Agustus 2018 pukul
16.55 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia.
Saran
Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti CT-SCAN, MRI, dan Electroencephalography (EEG)
agar diagnosa lebih jelas dan pemberian terapi lebih maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdie
H Ahmad. 1999. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Vol.1 Ed.13.
Jakarta : EGC, Hal 217
Bryony Jordan BSc, John Martin, Rachel S.M.
Ryan, Shama M.S. Wagle. 2014. BNF ed 68.
UK : Royal Pharmaceutical Society
Dipiro, J.
T., Barbara, G.W., Yee, G.C., Terry L.S., Wells, B.G. & Cecilyv.D. 2015. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic
Approach (9thEd).New York : Mcgraw-Hill.
Gerald K. McEvoy. 2011. AHFS Drug Information. Bethesda, Maryland
: American Society of Health-System Pharmacists
Karen Baxter. 2008. Stockley
Drug Interaction 8th Ed.UK : Pharmaceutical Press
Kasper
DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser S Longo D and Jameson JL. 2016. Harrison's
Principles of Internal Medicine 19th Edition. Publisher:
McGraw-Hill Professional
Roger
VL, Go AS, Lloyd‐Jones DM,
Benjamin
EJ, Berry JD, Borden WB, dkk. 2012. Heart Disease
And Stroke Statistics‐2012 update: a report
from the American Heart Association. Circulation.
Shiber
JR, Fontane E, Adewale A. 2010. Stroke registry:
Hemorrhagic vs Ischemic Strokes. Am J Emerg Med.
World
Health Organization. 1978. Cerebrovascular
disorders: a clinical and research classification. Geneva: World Health
Organization
Departemen
Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FK-UI Sukandar. 2012. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: ISFI
DdvalosA,
Alvarez-SabinJ, Castillo J, et al. 2012.International
citicoline trial on acute stroke trial investigators (ICTUS). Citicoline in
the treatment of acute ischaemic stroke: an international, randomised,
multicentre, placebocontrolled study (ICTUS trial). Lancet.;380:349-57.
Pokdi
Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2007. Guidline Stroke 2007. Jakarta :
PERDOSSI.
M.
Kurniawan, Isti Suharjanti, Rizaldy
T Pinzon. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi.
Jakrta : PERDOSSI
Wakai A, Roberts IG, Schierhout G. 2008. Mannitol
for acute traumatic brain injury. The Cochrane Library. 52(3): 298 – 300: Issue
4
Mancia G et
al. 2007. Practice Guidline For The Management
of Arterial Hypertension. ESC
No comments:
Post a Comment