Thursday, 7 November 2019

Case Report: Stroke Hemoragik dan Hipertensi Stage II


          1.  Identitas Pasien

No MR                      : 83 05 xx          
Nama Pasien             : Tn. I                
Alamat                      : Kerawang    
Agama                      : Islam               
Jenis Kelamin           : Laki-Laki
Umur                        : 51 tahun
Tanggal masuk         : 11/08/2018
Tanggal keluar          : 24/08/2014
Ruangan                   : Rawat Inap Neuro
2.      Pemeriksaan Anamnesa
a.      Keluhan Utama
Penurunana kesadaran sejak 6 jam yang lalu, tiba dirawatan bagian interne, keluhan disertai dengan lemah anggota bagian kanan, muntah (+), nyeri kepala (-), mulut kering
b.      Riwayat Penyakit Sekarang
-          Mual (+), muntah (+)
-      Kedua tungkai dan lengan sulit digerakkan.
-          Susah berkomunikasi.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada

3.  Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital dan Keadaan Umum
Pemeriksaan
Hasil
Normal
Kondisi Umum
Sedang

Kesadaran
13 (Somnolen)
CMC (15)
Tekanan Darah
167/105 mmHg
120/80 mmHg
Frekuensi Nadi
80 kali/menit
60-80 kali/menit
Frekuensi Nafas
26 kali/menit
14-20 kali/menit
Suhu
37°C
36,5-37,5°C
b.      Status Generalisa
No
Pemeriksaan
Normal
Tidak Normal
Keterangan
1.
THT
Ö


2.
Mulut
Ö


3.
Kepala
Ö


4.
Leher
Ö


5.
Mata
Ö


6.
Thorax
Ö


7.
Abdomen

Ö
Nyeri Tekan Epigastrium (+)
8.
Urogential
Ö


9.
Ekstremitas

Ö
Motorik lateralisasi ke kanan
10.
Kulit
Ö



4.      Diagnosa Penyakit
a.      Diagnosa Utama
Stroke Hemoragik
b.      Diagnosa Sekunder
Hipertensi Stage II

5.      Terapi obat di bangsal Neurologi
·         IVFD RL 12 jam/kolf
·         Therapy : Citicolin inj 2x250 mg (IV)
Asam Tranexamat   4x1 g (IV)                   6 x 1 g (IV)
Ranitidin 2x1 amp (IV)
Omeprazole 1x1 amp (IV)
Manitol 20%
Ondansentron 2 x 1 amp (IV) = bila muntah
Paracetamol 3x500 mg (NGT)
Laxadyn syr 3x1C (NGT)
Alinamin F 1x50 mg (NGT)
Ondansentron Inj 2x1 amp (IV) (bila muntah)
Dulcolax Supp 1 x 1
Furosemid 1x40 mg (pagi) (NGT)
KSR 1x1 (NGT)
Bisolvon syr 3x1 C (NGT)
Ceftriaxon 2x1 gr (IV)
Farmavon Inj 1x1 amp (IV)
Nistatin drop 2x1
6.      Terapi

7.      Alasan Pemilihan Obat

8.      Analisa Permasalahan Terapi / Drug Related Problem (DRP)
No
Drug Therapy Problem
Check
List
Rekomendasi
1
Terapi obat yang tidak diperlukan



Terdapat terapi tanpa indikasi medis
-
Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan indikasi, dimana pemberian

Pasien mendapatkan terapi tambahan yang tidak diperlukan
-
Pasien tidak ada mendapatkan terapi yang tidak diperlukan, karena semua obat yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi.

Pasien masih memungkinkan menjamin terapi non farmakologi
-
Pasien tidak dapat memungkinkan menjalamin terapi non farmakologi TW (Terapi Wicara). Karena pasien tidak sadar.

Terdapat duplikasi terapi
-
Tidak terdapat duplikasi terapi karena obat yang diberikan mempunyai mekanisme kerja  yang berbeda-beda

Pasien mendapat penanganan terhadap efek samping yang seharusnya dapat dicegah.
-          Pasien mendapatkan penanganan terhadap efek samping  ranitidin yaitu konstipasi yang dapat dicegah dengan pemberiaan laxadyn sebagai emolien (pelicin) jalan feses.
-          Pasien mendapatkan penangangan terhadap efek samping dari penggunaan furosemid yaitu hipokalemia yang dapat ditangani dengan pemberian KSR untuk  Pencegahan dan pengobatan hiperkalemia
2
Kesalahan obat



Bentuk sediaan tidak tepat
-
Bentuk sediaan telah tepat, sesuai dengan kondisi pasien yang tidak sadar seperti:

Terdapat kontra indikasi
-
Tidak ditemukan adanya kontra indikasi pada terapi pengobatan dengan kondisi pasien

Kondisi pasien tidak dapat
disembuhkan oleh obat
-
Pasien belum mengalami perbaikan dengan pemberian terapi yang didapatkan namun tekanan darah dan nadi selalu dipantau.

Obat tidak diindikasikan untuk kondisi pasien
-
Setiap obat yang diberikan telah sesuai dengan indikasi suatu penyakit yang diderita pasien

Terdapat obat lain yang lebih efektif
-
Menurut Dipiro, 2015, terapi utama stroke hemoragik adalah yaitu menurunkan tekanan intrakranial, menurunkan dan mengatur tekanan darah serta memperbaiki kondisi pasien .
3
Dosis tidak tepat



Dosis terlalu rendah
-
Dosis yang diberikan telah tepat

Dosis terlalu tinggi
-
Dosis yang diberikan telah tepat dimana untuk dosis

Frekuensi penggunaan tidak tepat
Ö
Frekuensi asam traneksamat dinaikan terlalu cepat dari 1 g/6 jam menjadi 1 g/4 jam dalam interval waktu 2 hari

Penyimpanan tidak tepat
-
Proses penyimpanan obat sudah diletakan pada tempat yang sesuai pada stabilitasnya. Disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya.

Administrasi obat tidak tepat
-
Administrasi obat telah tepat, dimana penggunaan secara peroral dibuat dalam bentuk pulveres agar mudah dialirkan melalui NGT

Terdapat interaksi obat
-
Tidak ditemukan adanya interaksi obat yang signifikan.
4
Reaksi yang tidak diinginkan



Obat tidak aman untuk pasien
-
Obat aman digunakan untuk pasien yang dilihat dari tidak adanya reaksi yang tidak diinginkan.

Terjadi reaksi alergi
-
Tidak ada reaksi alergi

Terjadi interaksi obat
-
Menurut pengamatan yang telah dilakukan Tidak ada terjadinya interaksi obat

Dosis obat dinaikkan atau diturunkan terlalu cepat
-
Dosis obat dinaikkan tidak telalu cepat karena dosis telah dikondisikan dengan keadaan pasien.

Muncul efek yang tidak diinginkan
-
Menurut pengamatan selama dilakukannya pengobatan dirawat inap dengan pemberian obat-obat efek samping yang muncul adalah konstipasi akibat penggunaan dari ranitidine yang telah diatasi dengan penggunaan laxadyn sebagai emolien untuk memperlicin jalannya feces..
Munculya efek samping hipokalemia akibat penggunaan dari furosemid, tetapi efek ini telah diatasi dengan penggunaan KSR (kalium clorida) yang mencegah terjadinya penurunan kadar kalium yang menyebabkan hipokaliemia.

Administrasi obat yang tidak tepat
-
Administrasi obat telah tepat,
5
Ketidak sesuaian kepatuhan pasien



Obat tidak tersedia
-
Tidak ada masalah untuk penyediaan obat  pasien. Semua obat yang dibutuhkan pasien telah tersedia di apotek rumah sakit

Pasien tidak mampu menyediakan Obat
Ö
Penyediaan obat pasien dilakukan oleh petugas kesehatan seperti penyediaan obat peroral yang dilakukan oleh tenaga kefarmasian dan dibantu oleh keluarga untuk penggunaannya melalui NGT, sedangkan untuk penggunaan obat dalam bentuk injeksi, dibantu oleh tenaga keperawatan untuk menyuntikkannya. Obat-obatan untuk psien rawat inap disediakan dalam bentuk unit dose dispensing (untuk pemakaian satu  kali pakai). Untuk penggunaan obat obatan injeksi dibantu oleh perawat sehingga ketidak sesuaian kepatuhan pasien dapat teratasi

Pasien tidak bisa menelan atau
menggunakan obat
Ö
Pasien tidak mampu menelan ataupun menggunakan obat yang dikarenankan keadaan pasien yang lemah tidak sadar, sehingga untuk membantu masuknya obat pasien menggunakan selang NGT untuk sediaan peroral.

Pasien tidak mengerti intruksi
penggunaan obat
Ö
Pasien tidak mengerti penggunaan obat dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan diberikannya intruksi, sehingga pemberian informasi atau edukasi penggunaan obat dijelaskan kepada keluarga pasien. Untuk penggunaan obat obatan injeksi dibantu oleh perawat sehingga ketidak sesuaian kepatuhan pasien dapat teratasi.

Pasein tidak patuh atau memilih untuk tidak menggunakan obat
-
Pasien patuh menggunakan obat dilihat dari teraturnya pasien mengkonsumsi obat dan tidak adanya penolakan dari penggunaan obat secara injeksi.
6
Pasien membutuhkan terapi tambahan



Terdapat kondisi yang tidak diterapi
-
Pasien telah mendapatkan terapi sesuai indikasi

Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis
-
Pasien telah mendapatakan obat dengan kerja yang sinergis sehingga dapat meningkatkan efek pengobatan untuk kondisi pasien

Pasien membutuhkan terapi profilaksis
-
Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis untuk menghindari memperburuknya kondisi pasien.









































































































Kesimpulan
Berdasarkan kasus diatas yang dilihat dari data anamnesa, pemeriksaan fisik dan labor pasien didiagnosa menderita Stroke Hemoregik dan Hipertensi Stage II. Untuk terapi yang diberikan, pasien mendapatkan terapi yang efektif dan sesuai indikasi, bentuk sediaan dan cara penggunaan obat pasien juga sudah tepat. Dilihat dari beberapa tahapan pengobatan yang diberikan kepada pasien, belum terlihat adanya perubahan kondisi pasien, namun pada hari ke -14 tepatnya pada hari jumat tanggal 24 Agustus 2018 pukul 16.55 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia.

Saran
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti CT-SCAN, MRI, dan Electroencephalography (EEG) agar diagnosa lebih jelas dan pemberian terapi lebih maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
Asdie H Ahmad. 1999. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam Vol.1 Ed.13. Jakarta : EGC, Hal 217
Bryony Jordan BSc, John Martin, Rachel S.M. Ryan, Shama M.S. Wagle. 2014. BNF ed 68. UK : Royal Pharmaceutical Society
Dipiro, J. T., Barbara, G.W., Yee, G.C., Terry L.S., Wells, B.G. & Cecilyv.D. 2015. Pharmacotheraphy : A Pathophysiologic Approach (9thEd).New York : Mcgraw-Hill.
Gerald K. McEvoy. 2011. AHFS Drug Information. Bethesda, Maryland  : American Society of Health-System Pharmacists
Karen Baxter. 2008. Stockley Drug Interaction 8th Ed.UK : Pharmaceutical Press
Kasper DL, Braunwald E, Fauci A, Hauser S Longo D and Jameson JL. 2016. Harrison's Principles of Internal Medicine 19th Edition. Publisher: McGraw-Hill Professional
Roger VL, Go AS, LloydJones DM, Benjamin EJ, Berry JD, Borden WB, dkk. 2012. Heart Disease And Stroke Statistics2012 update: a report from the American Heart Association. Circulation.
Shiber JR, Fontane E, Adewale A. 2010. Stroke registry: Hemorrhagic vs Ischemic Strokes. Am J Emerg Med.
World Health Organization. 1978. Cerebrovascular disorders: a clinical and research classification. Geneva: World Health Organization
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:FK-UI Sukandar. 2012. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: ISFI
DdvalosA, Alvarez-SabinJ, Castillo J, et al. 2012.International citicoline trial on acute stroke trial investigators (ICTUS). Citicoline in the treatment of acute ischaemic stroke: an international, randomised, multicentre, placebocontrolled study (ICTUS trial). Lancet.;380:349-57.
Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2007. Guidline Stroke 2007. Jakarta : PERDOSSI.
M. Kurniawan, Isti Suharjanti, Rizaldy T Pinzon. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakrta : PERDOSSI
Wakai A, Roberts IG, Schierhout G. 2008. Mannitol for acute traumatic brain injury. The Cochrane Library. 52(3): 298 – 300: Issue 4
Mancia G et al. 2007. Practice Guidline For The Management of Arterial Hypertension. ESC


No comments: